Rabu, 10 Maret 2010

HIPOTESIS

1. Pengertian Hipotesis
Menurut Sumadi Suryabrata dalam bukunya “Metodologi Penelitian”, definisi hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya masih harus di uji secara empiris. Dalam penelitian yang disajikan, hipotesis merupakan rangkuman dari kesimpulan-kesimpulan teoritis yang diperoleh dari penelaahan kepustakaan. Hipotesis merupakan jawaban terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya.
Secara teknis, hipotesis dapat didefinisikan sebagai pernyataan mengenai keadaan populasi yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sample penelitian.
Secara statistik, hipotesis merupakan pernyataan mengenai keadaan parameter yang akan diuji melalui statistik sampel.
Secara implisit, hipotesis itu juga menyatakan prediksi. Misalnya, hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan yang positif dan sistematis antara nilai ujian masuk dan prestasi belajar mengandung prediksi bahwa mahasiswa-mahasiswa yang mempinyai nilai ujian masuk tinggi juga akan mempunyai indeks prestasi belajar tinggi; hipotesis yang menyatakan bahwa metode diskusi lebih baik daripada metode ceramah secara implicit mengandung prediksi bahwa kelas-kelas yang diajar terutama dengan metode diskusi akan lebih baik hasil belajarnya dari pada kelas-kelas yang diajar terutama dengan metode ceramah; dan sebagainya.
Pengertian hipotesis menurut Arikunto (1995: 71), hipotesis adalah alternatif dugaan jawaban yang dibuat oleh peneliti bagi problematika yang diajukan dalam penelitiannya. Dugaan jawaban tersebut merupakan kebenaran yang sifatnya sementara, yang akan diuji kebenarannya dengan data yang dikumpulkan melalui penelitian.Tujuan peneliti mengajukan hipotesis adalah agar dalam penelitiannya,perhatian peneliti tersebut terfokus hanya pada informasi atau data yang diperlukan bagi pengujian hipotesis. Hipotesis merupakan kunci keberhasilan suatu eksperimen. Hipotesis merupakan salah satu bentuk konkrit dari perumusan masalah. Dengan adanya hipotesis, pelaksanaan penelitian diarahkan untuk membenarkan atau menolak hipotesis. Pada umumnya hipotesis dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menguraikan hubungan sebab-akibat antara variabel bebas dan tak bebas gejala yang diteliti. Hipotesis mempunyai peranan memberikan arah dan tujuan pelaksanaan penelitian, dan memandu ke arah penyelesaiannya secara lebih efisien. Hipotesis yang baik akan menghindarkan penelitian tanpa tujuan, dan pengumpulan data yang tidak relevan. Tidak semua penelitian memerlukan hipotesis. Hipotesis menghubungkan dua faktor.
Sebagai contoh, pada penelitian jamur di atas, dua faktor yang berhubungan adalah adalah lampu dan pertumbuhan jamur. Hipotesis yang mungkin muncul untuk menjawab pertanyaan di atas adalah : saya percaya bahwa jamur tidak memerlukan cahaya untuk berkembang biak.
Menurut Suparmoko, hipotesis adalah pernyataan tentatip yang berhubungan dengan permasalahan sehingga berguna dalam mencari atau medaptkan alat pemecahan.
Contoh: “jika provinsi DIY dapat meningkatkan produksi daging sapi dengan 15% dan mengurangi biaya produksi dengan 10%, maka kebutuhan daging DIY akan terpenuhi.”
Jadi hipotesis menunjukkan arah bagi pengumpulan data dimana ia berfungsi sebagai penghubung yang penting antara permasalahan dan pengumpulan data serta tahap-tahap analisis dari suatu penelitian.
Dalam buku Supranto yang dikutip dari Webster’s New World dictionary, “hypothesis is an unproved theory, proposition, supposition, etc. tentatively accepted to explain certain facts or to provide a basis for investigation, arguments, etc.”
hipotesis ialah suatu proposisi, kondisi atau prinsip yang untuk sementara waktu dianggap benar dan barangkali tanpa keyakinan, agar bisa ditarik suatu konsekuensi yang logis dan dengan cara ini kemudian diadakan pengujian tentang kebenarannya dengan menggunakan data empiris hasil penelitian.
Misalnya hasil penjualan tekstil PN. Sandang merosot. Pemimpin mempunyai hipotesa, bahwa penyebab utama adanya saingan tekstil impor. Untuk lebih meyakinkan lagi pemimpin minta dilakukan penelitian pasar untuk menguji anggapan tersebut.
Secara kuantitatif hipotesis merupakan suatu pernyataan mengenai nilai parameter. Parameter ialah nilai sebenarnya yang diperoleh kalau seluruh objek diselidiki satu-persatu. Misalnya rata-rata modal perusahaan Rp. 100juta, pengaruh pupuk terhadap kenaikan produksi padi sebesar 1,5 kali, nasabah bank yang tidak puas terhadap pelayanan bank = 10%; koefisien korelasi antara X (=harga) dan Y (=sales) sebesar 0 (tak ada korelasi).
Menurut Fred N. Kerlinger dalam bukunya “Asas-Asas Penelitian Behavioral”,
”hipotesis adalah pernyataan dugaan (conjectural) tentang hubungan antara dua variable atau lebih. Hipotesis selalu mengambil bentuk kalimat pernyataan (declarative), dan menghubungkan-secara umum maupun khusus-variabel yang satu dengan variabel lain.”
Menurut Moh. Nazir dalam bukunya “Metode Penelitian”, hipotesis adalah pernyataan yang dapat diterima secara sementara sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya, pada saat fenomena dikenal dan merupakan dasar kerja serta panduan dalam verifikasi.
Menurut Trelease (1960:44), hipotesa adalah suatu keterangan sementara dari suatu fakta yang dapat diamati.
Menurut Good dan Scates (1954), hipotesa adalah sebuah taksiran atau referensi yang dirumuskan serta diterima untuk sementara yang dapat menerangkan fakta-fakta yang dapat diamati ataupun kondisi-kondisi yang diamati, dan digunakan sebagai petunjuk untuk langkah penelitian selanjutnya.
hipotesis merupakan jawaban sementara atas permasalahan penelitian yang dianggap benar dari segi teori atau logika. Jadi, definisi maupun kaitan antarvariabel yang dihasilkan pada pendekatan terhadap permasalahan dimaksudkan untuk merumuskan hipotesis mengenai suatu kerangka pemikiran.
Contoh: Kerangka pemikiran untuk permasalahan mengenai besarnya biaya iklan dan volume penjualan suatu produk misalnya, dapat dikemukakan sebagai berikut: “ Pada dasarnya iklan bertujuan untuk menyampaikan informasi yang positif mengenai suatu produk. Untuk itu, informasi mengenai produk itu dibuat sedemikian rupa sehingga konsumen yang menjadi sasaran produk yang diiklankan menjadi tertarik. Selanjutnya, jika informasi itu semakin sering disampaikan, maka konsumen sasaran diharapkan akan memiliki sikap yang positif terhadap produk yang diinformasikan. Jika frekuensi penyampaian iklan itu makin sering lagi dilakukan, maka konsumen sasaran itu diharapkan akan memiliki keinginan untuk memperoleh produk itu dan pada akhirnya konsumen sasaran diharapkan akan benar-benar membeli produk tersebut. Selain semakin banyak konsumen sasaran yang membeli, frekuensi mereka untuk membeli akan diharapkan meningkat juga. Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui bahwa makin sering suatu iklan disampaikan, makin besar biaya iklan yang dibutuhkan. Dari uraian tersebut dapat juga diketahui bahwa makin banyak dan sering konsumen sasaran membeli suatu produk, makin besar volume penjualan suatu produk. “Berdasarkan kerangka pemikiran pada contoh di atas, maka hipotesis penelitiannya dapat dirumuskan sebagai berikut: “Besarnya biaya iklan dapat digunakan untuk memprediksi besaran volume penjualan produk.”
Kerangka pemikiran sebenarnya dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan berupa : kenapa demikian atau kok bisa? Mengenai suatu hipotesis.
Selain itu, menurut Lerbin (2007:25) hipotesis merupakan suatu pernyataan yang terdiri atas beberapa variabel yang berkaitan, baik tipe maupun sifat kaitan antarvariabel tesebut. Hipotesis dirumuskan berdasarkan kerangka pemikiran tertentu dan kerangka pemikiran itu sendiri didasarkan pada definisi konseptual (teoretis) mengenai objek suatu penelitian. Sejalan dengan itu, sampai pada tahapan perumusan kerangka pemikiran, objek penelitian yang dibahas sering kali masih bersifat atau dalam bentuk konsep, belum dalam variabel (yang siap untuk diperoleh data empirisnya). Pada perumusan hipotesis, objek itu sudah harus dalam bentuk variabel. Konsep belum mengimplikasikan adanya atribut dan variasi dari suatu objek, seperti pada variabel.
Contoh konsep adalah penjualan. Bila penjualan itu yang menjadi objrk suatu penelitian, maka atribut dari penjualan yang akan diteliti harus dinyatakan secara eksplisit, atribut itu dapat berupa volume dan nilai penjualan. Contoh lainnya mengenai konsep adalah mobil. Atribut mobil itu dapat berupa warnanya, tipenya, harganya, dan lain sebagainya.
Hipotesis adalah penjelasan sementara tentang tingkah laku, gejala-gejala, atau kejadian tertentu yang telah terjadi atau yang akan terjadi. Suatu hipotesis adalah pernyataan masalah yang spesifik. (andieir, 2008).

2. Kegunaan hipotesis
Menurut Moh. Nazir (1988:183), kegunaan hipotesa adalah sebagai berikut:
a. Memberikan batasan serta memperkecil jangkauan penelitian dan kerja penelitian.
b. Mensiagakan peneliti kepada kondisi fakta dan hubungan antar fakta, yang kadangkala hilang begitu saja dari perhatian peneliti.
c. Sebagai alat yang sederhana dalam memfokuskan fakta yang tercerai-berai tanpa koordinasi ke dalam suatu kesatuan penting dan menyeluruh.
d. Sebagai panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan fakta dan antar fakta.
Tinggi rendahnya kegunaan hipotesa tergantung dari:
a. pengamatan yang tajam si peneliti.
b. Imajinasi serta pemikiran kreatif dari si peneliti.
c. Kerangka analisa yang digunakan oleh si peneliti.
d. Metode serta desain penelitian yang dipilih oleh peneliti.
Menurut Lerbin (2007:26), hipotesis itu berfungsi sebagai jawaban sementara atas permasalahan penelitian. Sebagai jawaban, hipotesis dirumuskan dalam kalimat pertanyaan. Disebut sebagai jawaban sementara karena kebenarannya masih harus diverifikasi secara empiris, harus diuji secara empiris, yaitu dengan pengumpulan data empiris mengenai tiap variabel yang tercakup pada permasalahan maupun hipotesis penelitian.
Menurut Andieir (2008) ,adapun fungsi-fungsi hipotesis, yaitu: membimbing pikiran peneliti dalam memulai penelitian, menentukan tahapan atau prosedur penelitian, membantu menetapkan format dalam menyajikan, menganalisis dan menafsirkan data dalam tesis.
Hipotesis mengkonkritkan dan memperjelas masalah yang diselediki, karena dalam hipotesis secara tidak langsung ditetapkan lingkup persoalan dan jawabannya. Pada gilirannya hipotesis memberikan arah dan tujuan pelaksanaan penelitian, sehingga terhindarkan adanya penelitian yang tak bertujuan. Dengan hipotesis yang dirumuskan secara baik, proses penelitian lebih terjamin akan berlangsung secara teratur, logis dan sistematis menuju pada tujuan akhir penelitian. Selain dari itu hipotesis, memberikan jalan yang cepat dan efisien ke arah penyelesaian masalah. Tanpa hipotesis, pengumpulan data dan informasi akan dilakukan secara membabi-buta. Hipotesis memberikan batasan data yang diperlukan atau sesuai dengan kebutuhan penelitian.

3. Ciri-Ciri dan Kriteria Hipotesis
Menurut M. Suparmoko (1991:14) Ciri-ciri hipotesis sebagai berikut:
1. Hipotesis sebaiknya dinyatakan dalam bentuk “jika…maka…” , dan dinyatakan sedemikian rupa sehingga implikasi dan hubungannya terhadap permasalahan dapat diperlihatkan secara logis.
2. Hipotesis harus dinyatakan sesederhana mungkin baik dalam arti rumusan teori maupun implikasinya maupun jumlah variabel yang dilibatkan.
3. Hipotesis harus dapat diuji kebenarannya dan dapat ditolak dalam batas-batas dana, tenaga dan waktu yang ada.
4. Hipotesis harus dinyatakan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan pengarahan bagi penelitian yang bersangkutan. Hipotesis bila dirumuskan dengan baik, akan menyarankan pengumpulan data, dan teknis analisis yang tepat bagi pengujian yang akan dipakai dalam proses penelitian. Jadi suatu hipotesis dapat dianggap sebagai suatu rencana pelaksanaan penelitian.
5. Secara keseluruhan, hipotesis harus pantas dan efisien dalam menyarankan pemecahan masalah penelitian. Hipotesis harus memberikan hasil dengan derajat kepercayaan yang dapat diterimanya, tetapi menggunakan sumber daya yang seminimal mungkin.
Menurut Fred N. Kerlinger (1996:30), kriteria hipotesis sebagai berikut:
1. Hipotesis adalah pernyataan tentang relasi antara variable-variabel.
2. Hipotesis mengandung suatu implikasi-implikasi yang jelas untuk pengujian hubungan-hubungan yang dinyatakan itu.
Menurut Moh. Nazir dalam bukunya “Metode Penelitian”, ciri-ciri hipotesis antara lain:
1. Hipotesis harus menyatakan hubungan, berarti bahwa hipotesa mengandung dua atau lebih variabel.
2. Hipotesis harus sesuai dengan fakta, bukan berarti hipotesa baru diterima jika hubungan yang dinyatakannya harus cocok dengan fakta.
3. Hipotesis harus berhubungan dengan ilmu, serta sesuai dan tumbuh dengan ilmu dengan ilmu pengetahuan, jika tidak hipotesis bukan lagi terkaan tetapi merupakan suatu pernyataan yang tidak berfungsi sama sekali.
4. Hipotesis harus dapat diuji, baik dengan nalar dan kekuatan member alasan ataupun dengan menggunakan alat-alat statistik.
5. Hipotesis harus sederhana dan terbatas untuk mengurangi timbulnya kesalahpahaman pengertian.
6. Hipotesis harus bisa menerangkan fakta-fakta yang ada dan dapat dikaitkan dengan teknik pengujian yang dapat dikuasai.
Menurut Sulaiman Masri (tutor.com), ciri-ciri hipotesis:
(i) Hipotesis hendaklah wujud daripada hubungannya dengan bidang ilmu pengetahuan yang sedang diteroka oleh penyelidik. Ini penting supaya hipotesis terus berfungsi.
(ii) Hipotesis hendaklah jelas, sederhana dan terbatas. Jelas bermaksud hipotesis diolah dengan bahasa yang mudah difaham. Sederhana bermaksud untuk mengurangi sebarang kekeliruan kerana adanya perbezaan pengertian. Terbatas bermaksud sebagai penjelasan tentang luas dan sukarnya masalah yang diselidiki.
(iii) Hipotesis hendaklah dapat diuji. Hipotesis yang baik sentiasa memperlihatkan variabel (angkubah) yang dapat diukur dan dibandingkan.
Walaupun istilah mengenai nama variabel yang digunakan pada hipotesis dan pada kegiatan sebelumnya adalah sama, tetapi pemikiran peneliti sudah harus berorientasi pada perolehan data empiris mengenai objek (variabel) penelitiannya. Hal ini sejalan dengan kebenaran ilmiah yaitu logis dan empiris. Kebenaran yang dihasilkan pada pendekatan terhadap permasalahan sampai pada perumusan kerangka pemikiran baru bersifat logis, belum empiris. Agar kebenarannya juga bersifat empiris, maka objek itu harus dapat diukur secara empiris (dijadikan variabel). Dengan pernyataan lain, objek pada hipotesis harus dalam bentuk variabel. (Lerbin, 2007:26)

4.Jenis-Jenis Hipotesis
Menurut Sumardi Suryabrata dalam bukunya “Metodologi Penelitian”(1990:75), ciri-ciri hipotesis dapat dibedakan menurut isi dan rumusannya antara lain:
1. Hipotesis tentang hubungan, yaitu hipotesis yang menyatakan tentang saling-hubungan antara dua variabel atau lebih, mendasari berbagai penelitian korelasional.
2. Hipotesis tentang perbedaan, yaitu hipotesis yang menyatakan perbedaan dalam variabe tertentu pada kelompok yang berbeda-beda. Hipotesis tentang perbedaan itu mendasari berbagai penelitian komparatif.
Konsep penting lain mengenai hipotesis adalah hipo-Ho adalah hipotesis yang menyatakan tidak adanya saling hubungan antara 2 variabel atau lebih, atau hipotesis yang menyatakan tidak adanya perbedaan antara kelompok yang satu dan lainnya. Didalam analisis statistic, uji statistik biasanya mempunyai sasaran untuk menolak kebenaran hipotesis nol itu. Hipotesis lain yang bukan hipotesis nol disebut hipotesis alternatif. Hipotesis alternatif (HA) menyatakan adanya saling-hubungan antara dua variable atau lebih, atau menyatakan adanya perbedaan dalam hal tertentu pada kelompok-kelompok yang berbeda. Pada umumnya, kesimpulan uji statistic berupa penerimaan hipotesis alternatif sebagai hal yang benar.
Pada dasarnya, kedua jenis perumusan itu dapat dilakukan. Namun, dalam kenyataanya kebanyakan penelitian ilmiah merumuskan hipotesis penelitiannya dalam bentuk hipotesis alternatif. Hal yang demikian itu terjadi terutama dalam penelitian eksperimental, dalam penelitian ini peneliti bermaksud mengetahui perbedaan gejala pada kelompok yang satu dan pada kelompok yang lain, sebagai akibat adanya perbedaan perlakuan. Dalam penelitian bukan eksperimental pun lebih banyak diketemukan hipotesis alternatif daripada hipotesis alternatif daripada hipotesis nol yang dirumuskan sebagai hipotesis penelitian. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya penelitian bertujuan untuk mengetahui atau mengungkapkan adanya saling-hubungan atau adanya perbedaan, dan bukan sebaliknya
Suatu hal yang sering dipersoalkan dalam hubungan dengan hipotesis ini ialah “apakah setiap penelitian harus mempunyai hipotesis?” jawaban terhadap pertanyaan ini dapat “ya” atau “tidak”. Jika penelitian itu adalah penelitian ilmiah seperti yang modelnya disajikan disini, jawabannya “ya”. Dalam penelitian ilmiah komponen-komponen utama yang menuntun langkah-langkah yang dilakukan adalah: masalah- hipotesis- data- hasil- analisis- kesimpulan. Komponen-komponen itu dijalin secara serasi oleh teori tertentu, dan penelitiannya dituntun secara tertib oleh metodologi tertentu.
Ada penelitian-penelitian yang komponennya tidak seperti yang tersebut diatas itu, dan karenanya mungkin dilakukan tanpa hipotesis. Penelitian deskriptif misalnya, tidak bertujuan memuji sesuatu hipotesis, melainkan bertujuan membuat deskripsi menganai hal yang diteliti. Penelitian eksploratif biasanya bersifat deskriptif. Pada umumnya penelitian eksploratif itu bertujuan untuk mendapatkan data dasar, yang diperlukan sebagai pangkalan untuk penelitian lebih lanjut ataupun sebagai dasar untuk mebuat suatu keputusan.
Menurut Moh. Nazir (1988:185), hipotesis dapat dibagi sebagai berikut:
1. Hipotesis tentang perbedaan vs hubungan.
Hipotesis tentang hubungan adalah pernyataan rekaan yang menyatakan tentang saling hubungan antara dua variabel atau lebih, sebaliknya hipotesa yang menyatakan perbedaan menyatakan adanya ketidaksamaan
2. Hipotesis kerja vs hipotesa nol.
- Hipotesis nol mula-mula diperkenalkan oleh bapak statistic Fisher, yang difommulasikan untuk ditolak sesudah pengujian. Selalu ada implikasi “tidak ada beda”. Perumusannya bias dalam bentuk: “Tidak ada beda antara … dengan … “ Hipotesis nul dapat juga ditulis dalam bentuk “… tidak mem …”.
- Dengan menolak hipotesa nul, maka kita menerima hipotesis pasangan, yang disebut hipotesis alternatif.
- Hipotesis nul biasanya digunakan dalam penelitian eksperimental.
• Hipotesis kerja mempunyai rumusan dengan implikasi alternatif di dalamnya.
• Hipotesis kerja biasanya dirumuskan dalam bentuk sebagai berikut: “Andaikan … , maka … “.
• Hipotesis kerja biasanya diuji untuk diterima, dan biasanya dirumusakan oleh peneliti-peneliti ilmu sosial dalam desain yang noneksperimental.
3. Hipotesis common sense vs ideal.
Hipotesis acap kali menyatakan terkaan tentang dalil dan pemikiran bersahaja dan common sense ( akal sehat). Hipotesis ini biasanya menyatakan hubungan keseragaman kegiatan terapan. Contohnya: hipotesis sederhana tentang produksi dan status pemilikan tanah, hipotesa mengenai hubungan tenaga kerja dan luas garapan, hubungan antara dosis pemupukan dengan daya tahan terhadap insekta, hubungan antara kegiatan-kegiatan dalam industri, dan sebagainya.
Sebaliknya, hipotesis yang menyatakan hubungan yang kompleks dinamakan hipotesis jenis ideal. Hipotesis ini bertujuan untuk menguji adanya hubungan logis antara keseragaman-keseragaman pengalaman empiris. Hipotesis ideal adalah peningkatan dari hipotesa analitis. Contoh: kita mempunyai suatu hipotesa ideal tentang keseragaman empiris dan hubungan antara daerah, jenis tanah, luas garapan, jenis pupuk, dan sebagainya. Misalnya tentang hubungan jenis tanaman A dengan jenis tanah A* dan hubungan jenis tanaman B dengan jenis tanah B*. jika kita perinci hubungan ideal di atas, misalnya dengan mencari hubungan antara varietas tanaman A saja, maka kita memformulasikan hipotesa analitis.
Terdapat tiga jenis hipotesis yang penting menurut Sulaiman Masri (tutor.com) yaitu hipotesis penyelidikan, hipotesis nol, dan hipotesis statistik.
Hipotesis penyelidikan merupakan pernyataan yang cermat tentang keadaan hal-hal penyelidikannya. Hipotesis nol juga merupakan pernyataan kenyataan sesuatu perkara tetapi pernyataan yang menolak atau menyangkal apa yang ditunjukkan oleh hipotesis penyelidikan. Hipotesis statistik pula adakah pernyataan tentang populasi statistik yang berdasarkan maklumat daripada data yang diamati dan diusahakan oleh seseorang untuk diguna pakai atau disangkal.
Dalam ruang lingkup proposal penyelidikan, hipotesis boleh dipandang sebagai kenyataan spesifik daripada teori dalam bentuk yang boleh diuji. Tiada had dalam jumlah hipotesis yang boleh ditarik daripada skema teporetis dan dijadikan sasaran ujian pengujian empirisis. Namun begitu, biasanya jumlah hipotesis pada pengujian emperis, maka beberapa atau kesemua sasaran projek penyelidikan dicapai sebahagian atau semuanya.
Menurut Dr.Suharsimi Arikunto dalam bukunya Manajemen Penelitian (Suharsimi,1995:60), ditinjau dari operasinya, rumusan untuk ketiga jenis hipotesis tersebut dikenal dua jenis rumusan yaitu:
1. Hipotesis nol, yakni hipotesis yang menyatakan ketidakadanya hubungan antara variabel. Dalam notasi, hipotesis ini dituliskan dengan ”Ho”
Dalam contoh-contoh di atas ketiga rumusan hipotesis nol dimaksud adalah:
a. Tidak ada hubungan antara nilai matematika dengan nilai IPA
b. Tidak ada hubungan sebab-akibat timbal balik antara tingkat kekayaan dengan kelancara berusaha. Tidak ada saling pengaruh antara tingkat kekayaan dengan keberhasilan berusaha.
c. Tidak ada hubungan sebab-akibat antara banyaknya makan dengan tingkat kekenyangan. Tidak adanya pengaruh banyaknya makan terhadap tingkat kekenyangan. Banyaknya makanan tidak berpengaruh terhadap tingkat kekenyangan.
2. Hipotesis alternatif atau hipotesis kerja, yakni hipotesis yang menyatakan adanya hubungan antar variabel. Dalam notasi, hipotesis ini dituliskan dengan ”Ha”. Untuk hipotesis alternatif dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu hipotesis terarah (direction hypothesis) dan hipotesis tidak terarah (non directional hypothesis).
Contoh-contoh beikut disesuaikan dengan ketiga jenis hubungan yang telah disebutkan.
a. Untuk hubungan dua variabel sejajar tidak dapat dirumuskan hipotesis terarah.
Ha tidak terarah (non directional) :
Ada hubungan antara nilai matematika dengan nilai IPA.
b. Ha terarah (directional) :
Tingkat kekayaan berpengaruh terhaap kelancaran usaha.
Kelancaran berusaha berpengaruh terhadap tingkat kekayaan.
Ha tidak terarah (non directional) :
Ada pengaruh tingkat kekayaan terhadap keberhasilan berusaha.
Ada pengaruh keberhasilan berusaha terhadap tingkat kekayaan.
c. Ha terarah (directional) :
Banyaknya makan berpengaruh terhadap tingkat kekenyangan , atau
Banyaknya makan mempengaruhi tingkat kekenyangan.
Ha tidak terarah (non directional) :
Ada pengaruh banyaknya makan terhadap tingkat kekenyangan.
Perbedaan antara hipotesis terarah (directional) dengan hipotesis tidak terarah (non directional) adalah dalam hipotesis terarah peneliti sudah berani dengan tegas menyatakan bahwa variabel bebas memang berpengaruh terhadap variabel tergantung. Dalam hipotesis tidak terarah, peneliti merasakan adanya pengaruh, tetapi belum berani secara tegas menyatakan pengaruh tersebut. Ia baru berani menyatakan bahwa ada pengaruh.
Ditinjau dari lingkupnya, hipotesis dapat dibedakan menjadi: (Suharsimi,1995:62)
a. Hipotesis mayor adalah hipotesis mengenai kaitan seluruh variabel dan seluruh subjek penelitian. Contoh:
” Banyaknya makan berpengaruh terhadap tingkat kekenyangan”.
b. Hipotesis minor adalah hipotesis mengenai kaitan sebagian dari variabel, atau dengan kata lain pecahan dari hipotesis mayor. Contoh:
1. ” Banyaknya makan nasi berpengaruh terhadap tingkat kekenyangan”.
2. ” Banyaknya makan kue berpengaruh terhadap tingkat kekenyangan”.
3. ” Banyaknya makan buah-buahan berpengaruh terhadap tingkat kekenyangan”.
4. ” Banyaknya makan ekstra berpengaruh terhadap tingkat kekenyangan”.
Tipe kaitan antarvariabel yang dirumuskan pada hipotesis dapat bersifat korelasional atau komparatif. Contoh hipotesis korelasional adalah ada hubungan antara volume penjualan dan biaya iklan suatu produk. Contoh hipotesis komparatif adalah:
• Ada perbedaan proporsi (persentase) antara perempuan dan laki-laki yang membeli suatu produk.
• Ada perbedaan nilai rata-rata sikap konsumen terhadap iklan suatu produk antara sebelum dan setelah iklan itu ditayangkan pada media audio visual.
• Ada pengaruh pemberian kupon berhadiah terhadap volume penjualan suatu produk.
Pembedaan hipotesis berdasarkan pada tipenya itu berkaitan erat dengan tipe teknik analisis statistik yang mestinya digunakan sebagai alat bantu untuk menjawab permasalahan penelitian.
Hipotesis yang dirumuskan berdasarkan hasil pendekatan terhadap permasalahan dinamakan hipotesis substantif atau hipotesis penelitian. Hipotesis itu (dapat dikatakan selalu) dalam bentuk kalimat pernyataan yang positif dan biasanya diawali dengan kata ’ada’. Semua contoh hipotesis berdasarkan tipenya yang dikemukakan di atas termasuk hipotesis substantif. Lawan dari hipotesis ini adalah hipotesis nihil (nol) atau disebut juga sebagai hipotesis statistik. Hipotesis nol ini selalu merupakan kebalikan dari hipotesis substantif. Jadi, bila pada hipotesis substantifnya dinyatakan:
• Ada hubungan atau perbedaan ...., maka hipotesis nolnya adalah tidak ada hubungan atau tidak ada perbedaan ...,
• A lebih besar daripada atau sama dengan B, maka hipotesis nolnya adalah A lebih kecil daripada B.
Hipotesis substantif disebut juga sebagai hipotesis alternatif, yakni sebagai alternatif atas hipotesis nihil (statistik). Hipotesis alternatif dibedakan lagi menjadi hipotesis alternatif tidak terarah (tidak memiliki arah) dan hipotesis alternatif terarah.
Contoh hipotesis alternatif tidak terarah:
• Ada hubungan antara volume penjualan dan biaya iklan (tidak tersurat apakah hubungan kedua variabel itu tegolong positif atau negatif).
• Ada perbedaan proporsi antara perempuan dan laki-laki yang membeli suatu produk (tidak tersurat apkah proporsi perempuan atau laki-laki yang lebih besar).
• Ada perbedaan nilai rata-rata sikap konsumen terhadap iklan antara sebelum dan setelah iklan suatu produk ditayangkan pada media audio visual (tidak tersurat apakah nilai rata-rata sikap sebelum iklan atau setelah iklan yang lebih besar).
• Ada pengaruh pemberian kupon berhadiah terhadap volume penjualan suatu produk (tidak tersurat apakah pengaruhnya positif atau negatif).
Contoh hipotesis alternatif tidak terarah:
• a. Ada hubungan yang positif antara volume penjualan dan biaya iklan.
b. Ada hubungan yang negatif antara volume penjualan dan biaya iklan.
• a. Proporsi perempuan yang membeli produk lebih besar daripada proporsi laki-laki.
b. Proporsi perempuan yang membeli suatu produk lebih kecil daripada proporsi laki- laki.
• a. Nilai rata-rata sikap konsumen terhadap iklan suatu produk lebih besar setelah iklan itu ditayangkan pada media audio visual bila dibandingkan dengan sebelumnya.
b. Nilai rata-rata sikap konsumen terhadap iklan suatu produk lebih kecil setelah iklan itu ditayangkan pada media audio visual bila dibandingkan dengan sebelumnya.
• a. Ada pengaruh yang positif dari pemberian kupon berhadiah terhadap volume penjualan suatu produk.
b. Ada pengaruh yang negatif dari pemberian kupon berhadiah terhadap volume penjualan suatu produk.
Dari contoh-contoh di atas, kita dapat mengetahui bahwa arah kaitan antarvariabel pada hipotesis alternatif terarah dinyatakan secara eksplisit, sedangkan pada hipotesis alternatif tidak terarah tidak demikian.
(Lerbin, 2007:27)
Selain lebih informatif, bila dibandingkan dengan hipotesis alternatif tidak terarah, hipotesis alternatif juga lebih menguntungkan dari segi teknik analisis statistik, khususnya dalam pembuatan kesimpulan. Pada dasarnya, teknik-teknik analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis dimaksudkan untuk menguji hipotesis nihil. Alternatif kesimpulan yang dapat dibuat dari pengujian hipotesis itu hanya dua, yaitu menolak atau tidak dapat menolak hipotesis nihil. Bila hipotesis alternatifnya yang merupakan lawan atau tandingan atas hipotesis nihil yang diuji tidak terarah dan bila hipotesis nihilnya tidak dapat ditolak, maka peneliti akan menghadapi masalah. Dalam hal ini, peneliti hanya dapat menyimpulkan adanya kaitan antarvariabel yang dirumuskan pada hipotesis alternatif itu tanpa mengetahui (tanpa boleh menyimpulkan) arah kaitannya, walaupun dari hasil analisis statistiknya dapat diketahui arahnya. Dalam hal hipotesis nihil ditolak dan hipotesis tandingannya adalah hipotesis alternatif terarah, maka peneliti dapat dengan mudah menyimpulkan arah kaitannya. Hipotesis nihil hanya dibuat pada bagian metode penelitian pada suatu proposal atau laporan penelitian. Alasannya adalah bahwa analisis data dikemukakan pada bagian metode penelitian dan hipotesis nihil dibuat sehubungan dengan analisis statistik yang digunakan. (Lerbin, 2007:28)
Jenis-jenis hipotesis menurut winner statistik (2008), yaitu:
• hipotesis 1 arah
• hipotesis 2 arah.
Perbedaanya terletak pada masalah apa yang mau diuji. Hipotesis 1 arah digunakan untuk menguji suatu hal yang sudah jelas akan lebih besar atau lebih kecil dari hipotesis awal. Sedangkan Hipotesis 2 arah digunakan untuk menguji suatu hal (hipotesis awal) pada suatu titik tertentu, dimana kemungkinan hipotesis tandingannya bisa lebih besar maupun lebih kecil dari titik tersebut.
Misalnya kita ingin menguji suatu kadar emisi kendaraan apakah mencapai batas tertentu atau tidak. Maka, yang menjadi perhatian kita adalah melebihi batas emisi ataukah tidak. Bila kadar emisi lebih kecil dari batas emisi dianggap masih menjadi hipotesis awal karena semakin kecil semakin baik. Dalam hal ini hipotesis yang digunakan adalah 1 arah.
Misalnya kita ingin menguji kadar racun dalam tubuh manusia misalhnya kreatinin dan ureum. Maka kita konsen pada dua arah. Apabila kadar kreatinin dan ureum melebihi batas normal sangat berbahaya. sedangkan apabila lebih kecil dari batas normal juga berbahaya. Yang bagus adalah kadarnya pas dengan batas normal. Oleh karena itu lebih cocok menggunakan hipotesis 2 arah.

5.Sumber Menggali Hipotesis dan Menggali Hipotesis
Menurut Goode dan Hatt (1952:64-65), terdapat empat sumber untuk menggali hipotesis:
1. Kebudayaan dimana ilmu tersebut dibentuk.
2. Ilmu itu sendiri yang menghasilkan teori dan teori member arah kepada penelitian.
3. Analogi juga merupakan sumber hipotesa. Pengamatan terhadap jagad raya atau pengamatan yang serupa pada ilmu lain, merupakan sumber hipotesa yang baik. Contoh: mengamati respon berat hewan terhadap makanan, memberikan analogi tentang adanya respon tanaman terhadap zat hara.darinya dapat dirumuskan hubungan antara tumbuhan dengan zat hara dalam tanah.
4. Reaksi individu dan pengalaman. Reaksi individu terhadap sesuatu, ataupun pengalaman-pengalaman sebagai suatu konsekuensi dari suatu fenomena dapat merupakan suatu sumber hipotesa. Reaksi tanaman terhadap pestisida, reaksi ayam terhadap suntikan suatu obat dapat merupakan sumber hipotesa.
Menurut Good dan Scates (1954), memberikan beberapa sumber untuk menggali hipotesis, yaitu:
- Ilmu pengetahuan dan pengertian yang mendalam tentang ilmu.
- Wawasan, serta pengertian yang mendalam tentang suatu wawasan.
- Imajinasi atau angan-angan.
- Materi bacaan dan literatur.
- Pengetahuan tentang kebiasaan atau kegiatan dalam daerah yang sedang diselidiki.
- Data yang tersedia.
- Analogi atau kesamaan.

Menurut Goode dan Hatt (1952: 57), ada 3 penyebab kesukaran dalam memformulasikan hipotesa:
1. Tidak adanya kerangka teori atau tidak ada pengetahuan tentang kerangka teori yang terang.
2. Kurang kemampuan untuk menggunakan kerangka teori yang ada.
3. Gagal berkenalan dengan teknik-teknik penelitian yang ada untuk dapat merangkaikan kata-kata dalam membuat hipotesa secara benar.

6.Merumuskan Hipotesis
Menurut Moh Nazir (1988:190), ada beberapa petunjuk dalam merumuskan hipotesis:
a. Hipotesis harus dirumuskan secara jelas dan padat serta spesifik.
b. Hipotesis sebaiknya dinyatakan dalam kalimat deklaratif atau pernyataan.
c. Hipotesis sebaiknya menyatakan hubungan antardua atau lebih variabel yang dapat diukur.
d. Hipotesis hendaknya dapat diuji.
e. Hipotesis sebaiknya mempunyai kerangka teori.
Cara menemukan hipotesis yang baik menurut pendapat Borg dan Ball (1979: 61-62) harus memenuhi empat kriteria berikut:
1. Hipotesis hendaknya merupakan rumusan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih variabel. Dengan kriteria ini sekaligus sebenarnya Born dan Gall menolak adanya hipotesis untuk satu variabel. Menurut pendapat ahli-ahli ini hipotesis hanya berlaku bagi dua atau lebih variabel.
2. Hipotesis yang dirumuskan hendaknya disertai dengan alasan atau dasar-dasar teoritik dan hasil penemuan terdahulu. Walaupun hipotesis baru merupakan dugaan jawaban atau dugaan yang harus diuji kebenarannya, dan dari pengujiannya itu ada kemungkinan terbukti atau tidak, namun peneliti tidak boleh menduga sembarang duga. Pemilihan alternatif dugaan tersebut harus dilakukan secara profesional ilmiah yang disertai dengan argumentasi yang kokoh.
3. Hipotesis harus dapat diuji. Hipotesis adalah pernyataan yang menunjukkan ada atau tidak adanya oleh peneliti sebelum mereka memperoleh bukti-bukti dari data yang terkumpul. Dengan kriteria ini peneliti dituntut agar mampu mencari data yang akan digunakan untuk membuktikan hipotesisnya.
Rumusan hipotesis hendaknya singkat dan dapat, artinya bahwa hipotesis tidak boleh menggunakan hiasan kata atau diberi hiasan kata-kata yang tidak atau kurang bermakna. Hipotesis merupakan pernyataan tentang satu kebenaran. Agar kebenaran tersebut dapat dengan cepat dan mudah dipahami, maka layaknya kalau rumusannya singkat dan padat agar tidak memberi peluang untuk ditafsirkan lain-lain.
Beberapa contoh permasalah penelitian perbandingan:
- ”Adanya perbedaan antara prestasi belajar anak pria dengan anak wanita dalam pelajaran matematika?”
- ”Adakah perbedaan antara prestasi belajar matematika siswa kelas V Sekolah Dasar ditinjau dari asal daerahnya?”
- ”Apakah ada perbedaan tingkat keimanan siswa ditinjau dari latar belakang orang tua?”
Dalam penelitian biasanya peneliti tidak puas hanya sekedar mengajukan pertanyaan ada atau tidaknya perbedaan, tetapi juga mempertanyakan (andaikan ada perbedaan) signifikan tidaknya perbedaan tersebut. Rumusan permasalahannya menjadi:
- ”Adakah perbedaan secara signifikan antara prestasi belajar anak pria dengan wanita dalam pelajaran matematika?”
- ”Adakah perbedaan secara signifikan antara prestasi belajar matematika siswa kelas V Sekolah Dasar ditinjau dari asal daerah?”
- ”Apakah ada perbedaan secara signifikan tingkat keimanan siswa ditinjau dari latar belakang orang tua?”

7. Menguji hipotesis
Secara umum hipotesis dapat diuji dengan dua cara:
1. Dengan mencocokkan dengan fakta, maka diperlukan percobaan-percobaan untuk memperoleh data. Data tersebut kemudian kita nilai untuk mengetahui apakah hipotesa tersebut cocok dengan fakta tersebut atau tidak. Cara ini biasa dkerjakan dengan menggunakan desain percobaan.
2. Dengan mempelajari konsekuensi logis, maka si peneliti meneliti suatu desain di mana logik dapat digunakan, untuk menerima atau menolak hipotesa. Cara ini sering digunakan dalam menguji hipotesa pada penelitian dengan menggunakan metode noneksperimental seperti metode deskriptif, metode sejarah, dan sebagainya.
Pengujian hipotesis memerlukan tiga komponen:
• Soalan penyelidikan
• Populasi yang ditakrif dengan tepat (well-defined population)
• Alat mengukur
Untuk membuktikan sesuatu hipotesis, kaedah menguji memerlukan dua kenyataan yang bertentangan :
• Hipotesis penyelidikan (yang juga dikenali sebagai hipotesis alternatif), H1
• Hipotesis Nol (Null hypothesis), H0
• Untuk membuktikan H1 benar, biasanya kita akan cuba menbuktikan H0 tidak benar.
Ciri-ciri hipotesis H1 dan H0 ialah :
• saling eklusif (mutually exclusive) - ia itu kedua-dua hipotesis tidak boleh benar atau tidak benar pada masa yang sama
• ekhaustif (exhuastive) - tiada alternatif lain
8. Penelitian Tanpa Hipotesis
Jenis-jenis penelitian yang biasanya tanpa menggunakan hipotesis antara lain:
1. penelitian deskriptif
Penelitian deskripsi dilakukan oleh peneliti dengan harapan hasil berupa deskripsi, penggambaran, atau uraian.
2. penelitian historis
3. penelitian filosofis
4. penelitian pelacakan
Tujuan utama penelitian pelacakan adalah menguji sejauh mana efektivitas dan efisiensi sesuatu lembaga pendidikan , misalnya sekolah, institut, universitas atau program-program lain yang mempunyai tugas menyiapkan lulusannya untuk menerapkan kemampuan yang diperoleh untuk diterapkan dalam tugas pelaksanaan pekerjaan bagi penunjang kehidupannya. Dengan kata lain, penelitian pelacakan berusaha mengadakan evaluasi lembaga dengan kriteria eksternal.
5. penelitian evaluasi
Dalam penelitian evaluasi, peneliti juga hanya ingin mengetahui apakah pelaksanaan program yang dievaluasi sudah mencapai standar yang diharapkan ataukah belum. Dalam hal ini peneliti dituntut oleh sederetan kriteria yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan program. Dalam melakukan penelitian tersebut biasanya peneliti tidak mempunyai dugaan untuk jawabannya. Oleh karena itu dia tidak perlu menggunakan hipotesis dalam penelitiannya.
6. penelitian tindakan (action research)
Dalam ” The Action Research Planner”, Stephen Kemmis dan Robert Mctaggert (1982) memberikan pedoman tentang langkah-langkah yang dilalui jika seseorang melaksanakan penelitian tindakan yaitu:
a. Menyusun sebuah rencana (to develop a plan) untuk mengembangkan atau meningkatkan tindakan yang sudah dan sedang dilangsungkan.
b. Melaksanakan apa yang direncanakan (to act to implement the plan).
c. Mengadakan pengamatan terhadap akibat dari tindakan yang dilakukan (to observe the effects of action in the context in which it occurs)
d. Mengadakan refleksi berdasarkan atas akibat-akibat tindakan untuk membuat rencana tindak lanjut.
(Suharsimi,1995:67)

9. Peranan Statistika dalam Perumusan Hipotesis
Perumusan hipotesis sebagai pernyataan yang menunjukkan pertautan antara dua variabel atau lebih itu sebenarnya adalah perumusan menurut model matematis pula. Selanjutnya permusan-perumusan hipotesis dalam hipotesis alternatif dan hipotesis nol adalah konsep dalam statistika. Hipotesis nol dirumuskan atas dasar teori probabilitas. Karena itu pemahaman terhadap konsep-konsep dasar mengenai teori ini akan sangat membantu seseorang untuk merumuskan hipotesisnya secara lebih cermat.

10. Pengujian Hipotesis Dengan Data Sampel

Pengujian hipotesis menggunakan data sampel yang mungkin saja keliru. Karena itu pengujian ini perlu memperhatikan berapa besar probabilitas bahwa sampel itu berasal dari populasi tertentu. Dalam hal hipotesis H0 dan H1 maka kita ingin mengentahui berapa besar probabilitas bahwa sampel itu berasal dari populasi H0 serta berapa besar probabilitas bahwa sampel itu berasal dari populasi H1.
Dalam hal rerata, misalkan hipotesis itu adalah H0: X = 6 dan H1: X > 6, sedangkan rerata sampel adalah Xr = 6,3. Rerata sampel ini memiliki kemungkinan keliru sehingga tidak dapat langsung digunakan untuk mengambil keputusan. Kita perlu melihat berapa besar probabilitas rerata sampel ini berasal dari populasi H0 serta berapa besar probabilitas rerata sampel itu berasal dari populasi H1.
Dengan tanda = pada H0 kita memiliki satu populasi H0. Dengan tanda > pada H1 kita memiliki tak hingga banyaknya populasi H1. Dengan demikian kita tidak mungkin mencari berapa besar probabilitas bahwa data sampel berasal dari populasi H1 (Naga, 2006). Kita hanya dapat mencari berapa besar probabilitas bahwa sampel berasal dari populasi H0. Di sinilah kita temukan peranan H0 di dalam pengujian hipotesis.

Katakan saja bahwa probabilitas rerata sampel berasal dari populasi H0 adalah sebesar . Probabilitas ini kita peroleh dengan melihat kedudukan statistik data sampel pada distribusi probabilitas (kekeliruan) pensampelan untuk parameter rerata. Karena itu, pada pengujian hipotesis, kita perlu mengetahui bentuk dari distribusi probabilitas (kekeliruan) pensampelan serta kekeliruan bakunya. Berdasarkan  ini kita mengambil keputusan pada pengujian hipotesis.

Jika  besar maka terdapat probabilitas yang besar bahwa sampel berasal dari populasi H0 sehingga kita dapat memutuskan bahwa sampel berasal dari populasi H0. Dalam hal ini kita menerima H0. Sebaliknya jika  kecil, misalkan kurang dari 0,05 atau kurang dari 0,01, maka kita menjadi ragu. Kalau H0 kita terima maka kemungkinannya terlalu kecil. Kalau H0 kita tolak maka ada probabilitas sebesar  bahwa sampel betul berasal dari H0 sehingga kita mengambil keputusan yang keliru. Keputusan mana yang akan diambil, menerima H0 dengan probabilitas kecil ataukah menolak H0 dengan probabilitas keliru sebesar  (taraf signifikansi).
Biasanya kita berkeputusan untuk menolak H0 dengan risiko keliru sebesar . Ini berarti kita berkeputusan bahwa sampel kita bukan berasal dari populasi H0. Selanjutnya dengan alasan tiada pilihan ketiga, maka penolakan H0 dapat diartikan sebagai penerimaan H1. Sekali lagi, jika tiada pilihan ketiga, sehingga rumusan hipotesis statistika tidak boleh memberi peluang untuk adanya pilihan ketiga selain pasangan H0 dan H1.
(Dali S. Naga, 2006)

11 komentar:

  1. Bu Rodhiah, mau tanya ttg hipotesis.

    Di atas tertulis kalau Hipotesis sebaiknya dinyatakan dalam bentuk “jika…maka…”

    Apakah hipotesis dapat dinyatakan dalam bentuk selain itu ?

    Misalnya "ada hubungan...terhadap.."?

    BalasHapus
  2. Diatas dikatakan bahwa Hipotesis penyelidikan merupakan pernyataan yang cermat tentang keadaan hal-hal penyelidikannya.

    Contoh hipotesis penyelidikan itu seperti apa bu ? Dan juga hipotesis statistik ?

    Apakah sama dengan H0 dan HA ?

    BalasHapus
  3. bu rodhiah, apakah conclusion pada jurnal itu bisa disamakan dengan hipotesis?

    BalasHapus
  4. Bu Rodhiah, mau tanya apabila hipotesis terdapat kata hubungan maka untuk menguji kebenarannya pasti menggunakan korelasi atau bisa yang lain?

    BalasHapus
  5. ibu, saya marine, mau bertanya, bagaimana seandainya dalam suatu masalah ada lebih dari satu hipotesa dalam satu ruang lingkup?
    apakah akan diuraikan seluruhnya?

    BalasHapus
  6. Bu Rodhiah, saya mau bertanya,di atas tertulis Penelitian Tanpa Hipotesis...
    Jadi yang menderkati fakta/jwbann/gambaran yg sebenarnya untuk suatu penelitian itu, penelitian dgn hipotesis atau penelitian tanpa hipotesis?
    trus, biassany Penelitian Tanpa Hipotesis digunakan untuk penelitian apa?

    BalasHapus
  7. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  8. Pengujian hipotesis memerlukan tiga komponen:
    • Soalan penyelidikan
    • Populasi yang ditakrif dengan tepat (well-defined population)
    • Alat mengukur

    yang di maksud alat mengukur disini seperti apa yah bu?

    BalasHapus
  9. Ibu Rodhiah, saya mau bertanya. dalam penelitian tanpa hipotesis disebutkan salah satu jenisnya adalah penelitian pelacakan. apakah penelitian pelacakan hanya dapat digunakan untuk meneliti lembaga pendidikan atau dapat pula digunakan untuk meneliti bidang yang lain? lalu disebutkan juga bahwa penelitian pelacakan berusaha untuk mengadakan evaluasi lembaga dengan kriteria eksternal. yang dimaksud dengan kriteria eksternal di sini apa ya, bu? terima kasih.

    BalasHapus
  10. Jenis-jenis hipotesis menurut winner statistik (2008), yaitu:
    • hipotesis 1 arah
    • hipotesis 2 arah

    yang ingin saya tanyakan adalah apakah kita boleh memakai 2 hipotesis tersebut di atas dalam hipotesis kita atau harus memilih salah 1 nya saja? Terima kasih

    Natalia/125070525/CY

    BalasHapus
  11. Bu Rodiah, saya Nicky. tentang hipotesis diuji Dengan mencocokkan dengan fakta, dengan menggunakan desain percobaan.

    Desain percobaan yang seperti apa dan bagaimana menyiasati pencarian fakta yang benar - benar sesuai yang kita butuhkan untuk penelitian? dan bagaimana kita memilih jumlah populasi kita yang sesuai dengan bahan penelitin bu?? apakah harus orang yang banyak baru kita pilah ataukah kita mencari sesuai kriteria baru menetapkan jumlah orangnya? terima kasih bu..

    Nicky Sanoto / Cy / 125070175

    BalasHapus

Terimakasih atas kunjungan anda.