Instrumen Penelitian
Instrumen merupakan alat yang digunakan untuk melakukan sesuatu. Sedangkan penelitian memiliki arti pemeriksaan, penyelidikan, kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian data secara sistematis dan objektif. Dengan masing-masing pengertian kata tersebut di atas maka instrumen penelitian adalah semua alat yang digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah, atau mengumpulkan, mengolah, menganalisa dan menyajikan data-data secara sistematis serta objektif dengan tujuan memecahkan suatu persoalan.
Perbedaan teknik pengumpulan data dengan instrumen adalah teknik merupakan cara untuk mengumpulkan data. Dan teknik itu sendiri ada beberapa jenis yaitu : teknik wawancara, teknik angket, teknik pengamatan, teknik studi dokumentasi. Sedangkan instrumen merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Yaitu : daftar wawancara, angket, pedoman pengamatan atau observasi dan pedoman penelusuran dokumen. Syarat-syarat data yang baik adalah data harus akurat, relevan, uptodate.
.
Beberapa teknik yang dapat digunakan dalam penelitian bisnis adalah sebagai berikut :
1. Teknik Tes
Teknik tes digunakan untuk mengumpulkan data yang digunakan untuk mengevaluasi yaitu membedakan antara kondisi awal dengan kondisi sesudahnya.
2. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengambilan data dimana peneliti langsung berdialog dengan responden untuk menggali informasi dari responden.
3. Teknik Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan indra jadi tidak hanya dengan pengamatan menggunakan mata saja. Medengarkan, mencium, mengecap meraba termasuk salah satu bentuk dari observasi. Instrumen yang digunakan dalam observasi adalah panduan pengamatan dan lembar pengamatan.
4. Teknik Angket ( Kuesioner)
Merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan untuk mengumpulkan data dengan cara membagi daftar pertanyaan kepada responden agar responden tersebut memberikan jawabannya.
Kuesioner terbuka
Dalam kuesioner ini responden diberi kesempatan untuk menjawab sesuai dengan kalimatnya sendiri.
Bagaimanakah pendapat anda tentang harga barang di supermarket ini ?……………………………………………………
Kuesioner tertutup
Dalam kuesioner ini jawaban sudah disediakan oleh peneliti, sehingga responden tinggal memilih saja.
Bagaimanakah pendapat anda tentang harga barang di supermarket ini ?
Sangat mahal Murah
Mahal Sangat murah
Cukup
Langkah-langkah dalam penyusunan kuesioner agar kuesioner tersebut efesien dan efektif yaitu:
1. Menentukan variabel yang diteliti
2. Mementukan Indikator
3. Menentukan subindikator
4. Mentransformasi sub indikator menjadi kuesioner
Menurut Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, sebuah instrumen dipersiapkan untuk mengumpulkan data penelitian benar-benar mengukur apa yang ingin diukur. Dan alat pengumpul data yang dipakai harus memiliki validitas dan realibilitas yang tinggi. Misalnya sekiranya peneliti menggunakan kuesioner di dalam pengumpulan data penelitian, maka kuesioner yang disusunnya harus mengukur apa yang ingin diukurnya. ( Singarimbun dan Effendi, 1989: 122-123).
Berikut menurut (www.Google.co.id), mengenai validitas dan realibilitas instrumen. Pertanyaan-pertanyaan untuk mengukur variabel yang kita teliti sebelumnya harus dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Bila instrumen/alat ukur tersebut tidak valid maupun reliabel, maka tidak akan diperoleh hasil penelitian yang baik. Validitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur betul-betul mengukur apa yang akan diukur. Ada beberapa jenis validitas, namun yang paling banyak dibahas adalah validitas konstruk. Konstruk atau kerangka konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk menggabarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian penelitian. Konsep itu kemudian seringkali masih harus diubah menjadi definisi yang operasional, yang menggambarkan bagaimana mengukur suatu gejala. Langkah selanjutnya adalah menyusun pertanyaan-pertanyaan/ pernyataan-pernyataan yang sesuai dengan definisi itu.Untuk mencari definisi konsep tersebut dapat ditempuh dengan berbagai cara sebagai berikut :
1. Mencari definisi konsep yang dikemukakan para ahli. Untuk ini perlu dipelajari buku-buku referensi yang relevan.
2. Kalau dalam literatur tidak dapat diperoleh definisi konsep-konsep penelitian, maka peneliti harus mendefinisikan sendiri konsep tersebut. Untuk tujuan ini peneliti dapat mendiskusikan dengan ahli-ahli yang kompeten dibidang konsep yang akan diukur.
3. Menanyakan definisi konsep yang akan diukur kepada calon responden atau orang-orang yang memiliki karakteristik yang sama dengan responden . Misalnya peneliti ingin mengukur konsep “religiusitas”. Dalam mendefinisikan konsep ini peneliti dapat langsung menanyakan kepada beberapa calon responden tetnang ciri-ciri orang yang religius. Berdasar jawaban calon responden, kemudian disusun kerangka suatu konsep. Apabila terdapat konsistensi antra komponen-komponen konstruk yang satu dengna lainnya, maka konstruk itu memiliki validitas.
Cara yang paling banyak dipakai untuk mengetahui validitas konstruk suatu instrumen/alat pengukur ialah dengan mengkorelasikan skor/nilai yang diperoleh pada masing-masing pertanyaan/pernyataan dari semua responden dengan skor/nilai total semua pertanyaan/pernyataan dari semua responden. Korelasi antara skor/nilai setiap pertanyaan/pernyataan dan skor/nilai total haruslah signifikan berdasarkan ukuran statistik tertentu misalnya dengan menggunakan teknik korelasi product moment.
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengkur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Reliabilitas menunjukkan kemantapan/konsistensi hasil pengukuran. Suatu alat pengukur dikatakan mantap atau konsisten, apabila untuk mengukur sesuatu berulang kali, alat pengukur itu menunjukkan hasil yang sama, dalam kondisi yang sama.
Setiap alat pengukur seharusnya memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran yang mantap atau konsisten. Pada alat pengukur fenomena fisik seperti berat dan panjang suatu benda, kemantapan atau konsistensi hasil pengukuran bukanlah sesuatu yang sulit diperoleh. Tetapi untuk pengukuran fenomena sosial, seperti sikap, pendapat, persepsi, kesadaran beragama, pengukuran yang mantap atau konsisten, agak sulit dicapai.
Berhubung gejala sosial tidak semantap fenomena fisik, maka dalam pengukuran fenomena sosial selalu diperhitungkan unsur kesalahan pengukuran. Dalam penelitian sosial kesalahan pengukuran ini cukup besar. Karena itu untuk mengetahui hasil pengukuran yang sebenarnya, kesalahan pengukuran ini perlu diperhitungkan. Makin kecil kesalahan pengukuran, semakin reliabel alat pengukurnya. Semakin besar kesalahan pengukuran, semakin tidak reliabel alat pengukur tersebut.
Teknik-teknik untuk menentukan reliabilitas ada tiga yaitu: a. teknik ulangan, b. teknik bentuk pararel dan c. teknik belah dua. Dalam tulisan ini akan dijelaskan satu teknik saja yaitu teknik belah dua.
Teknik belah dua merupakan cara mengukur reliabilitas suatu alat ukur dengan membagi alat ukur menjadi dua kelompok. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a. Mengajukan instrumen kepada sejumlah responden kemudia dihitung validitas itemnya. Item yang valid dikumpulkan menjadi satu, item yang tidak valid dibuang.
b. Membagi item yang valid tersebut menjadi dua belahan. Untuk mebelah instrumen menjadi dua, dapat dilakukan dengan salah satu cara berikut: 1). Membagi item dengan cara acak (random). Separo masuk belahan pertama, yang separo lagi masuk belahan kedua; atau (2) membagi item berdasarkan nomor genap-ganjil. Item yang bernomor ganjil dikumpulkan menjadi satu dan yang bernomor genap juga dijadikan satu. Untuk menghitung reliabilitasnya skor total dari kedua belahan itu dikorelasikan.
Pedoman Penyusunan Angket
1. Tujuan Pokok Pembuatan Angket
a. Memperoleh data yang relevan dengan tujuan penelitian
b. Memperoleh data dengan reliabilitas dan validitas setinggi mungkin
2. Sumber Penyusunan Angket
a. Kerangka konseptual (variabel)
b. Tujuan penelitian
c. Hipotesa
3. Hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan angket
a. Apakah pertanyaan yang diajukan relevan dengan tujuan dan hipotesa penelitian
b. Bagaimana cara tabulasi untuk tiap pertanyaan
c. Mempelajari angket yang sudah ada
d. Konsultasi dengan ahli yang pernah meneliti hal yang sama
4. Isi Pertanyaan dalam angket
a. Pertanyaan tentang fakta misal : umur, jenis kelamin, agama, pendidikan dan sebagainya.
b. Pertanyaan tentang pendapat, tanggapan dan sikap, misal : sikap responden terhadap sesuatu hal.
5. Jenis Pertanyaan dalam angket.
a. Pertanyaan tertutup
Jawaban pertanyaan sudah disediakan oleh peneliti. Keuntungan memudahkan dalam proses tabulasi, sedang kelemahannya kurang dapat memperoleh data yang mendalam dan bervariasi.
b. Pertanyaan terbuka
Jawaban pertanyaan tidak ditentukan terlebih dahulu, responden bebas memberi jawaban. Keuntungannya dapat menangkap informasi lebih luas. Sedang kelemahannya adalah kesulitan dalam proses tabulasi.
c. Pertanyaan kombinasi tertutup dan terbuka
Jawaban pertanyaan sudah disediakan, tetapi diikuti oleh pertanyaan terbuka
d. Pertanyaan semi terbuka
Jawaban pertanyaan sudah disediakan oleh peneliti, namun diberi kemungkinan tambahan jawaban.
6. Petunjuk Membuat Pertanyaan
a. Gunakan kata-kata yang sederhana dan mudah dimengerti oleh responden.
b. Usahakan pertanyaan yang jelas dan khusus
c. Hindarkan pertanyaan yang mempunyai lebih dari satu pengertian
d. Hindarkan pertanyaan yang mengandung sugesti
e. Pertanyaan harus berlaku bagi semua responden
7. Uji Coba Angket
Keuntungan jika melakukan uji coba angket
a. Pertanyaan yang dianggap tidak relevan bisa dihilangkan
b. Bisa diketahui apakah tiap pertanyaan dapat dimengerti dengan baik oleh responden
c. Apakah urutan pertanyaan perlu dirubah
d. Bisa diketahui reaksi responden terhadap pertanyaan sensitif, sehingga perlu dirubah atau tidak
e. Lama pengisian angket.
Menurut (www.Google.co.id) Contoh Angket :
RITUAL INVOLVEMENT
1. Apakah Anda sholat ? 1. Ya 2. Tidak
Kalau ‘ya’, hal yang manakah dari hal-hal berikut ini yang sesuai bagi Anda :
a. solat secara teratur lima kali sehari,
b. solat tiap hari, tetapi tidak sampai lima kali sehari,
c. solat hanya seminggu sekali pada hari Jumat,
d. solat hanya pada Hari Raya saja.
2. Apakah Anda berdoa sebelum makan ? 1. Ya 2. Tidak
Kalau ‘ya’, dari hal berikut ini yang manakah yang sesuai bagi Anda :
a. selalu membaca doa setiap kali akan makan makanan apa saja,
b. hanya berdoa setiap akan makan di meja makan,
c. bila akan makan di meja makan kadang-kadang beroda, kadang-kadang tidak,
d. pernah berdoa, tetapi pada umumnya tidak
IDEOLOGICAL INVOLVEMENT
1. Apakah Anda yakin bahwa hari kiamat pasti datang?
a. sangat yakin
b. cukup yakin
c. kurang yakin
d. tidak yakin
2. Apakah Anda yakin bahwa surga itu hanya tempat bagi orang yang taat beribadah?
a. sangat yakin
b. cukup yakin
c. kurang yakin
d. tidak yakin
INTELECTUAL INVOLVEMENT
1. Apakah Anda sering menghadiri pengajian keagamaan?
a. sangat sering
b. cukup sering
c. agak jarang
d. sangat jarang
2. Apakah Anda sering membaca buku-buku tentang agama yang Anda peluk?
a. sangat sering
b. cukup sering
c. agak jarang
d. sangat jarang
EXPERIENTAL INVOLVEMENT
1. Apakah doa Anda sering dikabulkan Tuhan?
a. sangat sering
b. cukup sering
c. agak jarang
d. sangat jarang
EXPERIENTAL INVOLVEMENT
1. Bila Anda disuruh berbuat curang dalam suatu pertandingan olahraga oleh teman Anda, apakah Anda selalu menolak?
a. selalu menolak
b. pada umumnya menolak, walaupun kadang-kadang menerima
c. kadang-kadang menerima, kadang-kadang menolak
d. umumnya tidak menolak
2. Bila Anda berbuat kesalahan terhadap seseorang, apakah yang Anda lakukan?
a. selalu segera meminta maaf
b. umumnya segera meminta maaf, walaupun kadang-kadang tidak
c. sering minta maaf, tetapi sering pula tidak
d. jarang meminta maaf
Contoh pertanyaan umum dalam wawancara :
1. Motivasi
Pertanyaan yang dapat menggali aspek motivasi antara lain :
1. Mengapa anda memutuskan untuk melamar pekerjaan di perusahaan ini ?
2. Apa yang membuat anda menjadi tertarik dengan perusahaan ini ?
3. Tanggung jawab apa yang anda anggap penting dalam pekerjaan ?
4. Tantangan apa yang anda cari dalam pekerjaan ?
5. Sebutkan dua hal yang memotivasi anda dalam bekerja.
6. Apa yang dapat memotivasi anda dalam kehidupan pribadi anda ?
7. Apa yang dapat memotivasi anda dalam menyelesaikan tugas yang sulit ?
8. Apa yang dapat memotivasi anda agar menjadi sukses dalam pekerjaan ?
9. Apa alasan anda keluar dari perusahaan sebelumnya ?
10. Apa yang membuat anda keluar dari perusahaan sebelumnya ?
11. Selama perjalanan karir anda, posisi mana yang paling anda sukai ?
12. Mengapa anda ingin mengubah karir ? (bila yang bersangkutan berpindah profesi/karir)
13. Apa arti bekerja bagi anda ?
2. Ketahanan Terhadap Tekanan (Stres)
Pertanyaan yang dapat menggali aspek ketahanan terhadap tekanan/stres antara lain :
1. Apakah anda dapat bekerja di bawah tekanan ?
2. Pernahkan anda bekerja di bawah tekanan ? Ceritakan bagaimana anda menyikapinya?
3. Dalam lingkungan kerja seperti apa anda merasa nyaman ? (Terstruktur atau tidak ?)
4. Seandainya ada konsumen yang marah karena hal yang bukan dilakukan anda, bagaimana anda menyikapinya ?
5. Bagaimana anda menyikapi kritik yang diberikan kepada anda ?
6. Seandainya anda mendapatkan pekerjaan yang tidak anda harapkan, apa yang akan anda lakukan?
7. Apa yang anda anggap sebagai hal yang berat untuk dilakukan dalam pekerjaan ?
8. Seandainya anda dihadapkan dengan dua tugas yang harus diselesaikan pada saat yang bersamaan, apa yang akan anda lakukan ?
9. Masalah terbesar apa yang pernah anda hadapi ? Bagaimana anda mengatasinya ?
3. Inisiatif
Pertanyaan yang dapat menggali aspek inisiatif antara lain :
1. Apa yang anda ketahui tentang perusahaan ini ? Dan darimana serta bagaimana anda mengetahuinya ?
2. Kriteria apa yang anda gunakan untuk mengevaluasi perusahaan yang anda harapkan menjadi tempat kerja anda ?
3. Ceritakan mengenai pendidikan dan pelatihan yang pernah anda ikuti.
4. Bagaimana anda mendapatkan pekerjaan selama ini ? (Apakah melalui iklan, referensi, dsb) - untuk yang sudah pernah bekerja.
4. Sikap kerja
Pertanyaan yang dapat menggali aspek sikap kerja antara lain :
1. Seandainya anda ditempatkan di cabang perusahaan yang jauh dari lokasi anda, bagaimana anda menyikapinya ?
2. Seandainya ada pengalihan tanggung jawab pada pekerjaan yang anda pegang, bagaimana anda menyikapinya ?
3. Ceritakan mengenai pengalaman kerja anda. (untuk yang sudah bekerja)
Apa tanggung jawab anda pada posisi tersebut ? (untuk yang sudah bekerja)
5. Kepercayaan Diri
Pertanyaan yang dapat menggali aspek kepercayaan diri antara lain :
1. Menurut anda, apa definisi/arti kesuksesan ? Dan seberapa besar pengaruhnya bagi anda ?
2. Menurut anda, apa definisi/arti kegagalan ? Dan seberapa besar pengaruhnya bagi anda ?
3. Jelaskan ukuran/standar kesuksesan bagi anda.
4. Pekerjaan apa yang telah anda selesaikan dengan sukses ?
5. Apa peran anda dalam kesuksesan tersebut ?
6. Bagaimana anda memandang diri sendiri saat ini ? Apakah sudah sukses ?
6. Kemampuan Berpikir Analitis
Termasuk di dalam kemampuan berpikir analitis adalah "Kemampuan Memecahkan Masalah" (problem solving) dan "Kemampuan Membuat Keputusan" (decision making).
Pertanyaan yang dapat menggali aspek kemampuan berpikir analitis antara lain :
1. Masalah tersulit apa yang pernah anda alami ? Apa yang anda lakukan ? Bagaimana penyelesaiannya ?
2. Hambatan atau kendala apa yang ditemukan selama kuliah atau belajar ? Bagaimana cara mengatasinya ?
3. Ceritakan mengenai persoalan yang pernah anda pecahkan.
4. Ceritakan situasi dimana anda pernah memiliki masalah dengan pengambilan keputusan.
5. Ceritakan dimana anda harus membuat suatu keputusan.
6. Ceritakan bagaimana anda pernah memecahkan masalah yang sulit.
7. Ceritakan mengenai permasalahan yang paling sering anda hadapi dalam pekerjaan.
8. Apakah anda pernah menyelesaikan suatu permasalahan bersama-sama rekan ? Apa peran anda dalam menyelesaikan masalah tersebut ?
9. Apakah anda pernah diminta untuk menyelesaikan beberapa tugas dalam suatu waktu ? Apa yang anda lakukan ?
10. Bagaimana anda menyelesaikan suatu permasalahan yang muncul tiba-tiba ?
11. Bagaimana anda mengidentifikasikan kedatangan suatu masalah ?
12. Bagaimana anda membuat suatu keputusan penting ?
13. Bagaimana anda memecahkan masalah ?
14. Dalam situasi atau kondisi seperti apa, anda memiliki kemungkinan paling besar untuk berbuat kesalahan ?
15. Keputusan apa yang terasa sulit bagi anda ? Berikan Contohnya !
16. Menurut anda, faktor apa yang paling menentukan suksesnya seseorang ?
17. Apa yang anda lakukan saat dihadapkan dengan pengambilan keputusan yang penting ?
18. Apa yang anda lakukan saat kesulitan atau tidak dapat memecahkan persoalan yang anda hadapi ?
19. Keputusan tersulit apa yang telah anda buat selama tiga tahun terakhir ?
20. Kapan anda memutuskan untuk berhenti berusaha memecahkan suatu persoalan yang sulit ?
7. Kemampuan Pencapaian Keberhasilan (Achievement)
Pertanyaan yang dapat menggali aspek kemampuan pencapaian keberhasilan antara lain :
1. Apakah anda senang mengerjakan pekerjaan/proyek yang sulit ?
2. Apakah anda mempunyai prestasi yang dibanggakan ? Ceritakan !
3. Apakah anda memiliki inisiatif ? Bagaimana anda menunjukkan hal tersebut ? Ceritakan satu contoh inisiatif yang telah anda ambil.
4. Apakah anda pernah menyelesaikan persoalan yang sulit ? Atau yang sebelumnya anda pikir tidak dapat anda selesaikan ?
5. Bagaimana anda menunjukkan keinginan (willingness) untuk bekerja ?
6. Sebutkan prestasi yang pernah anda capai dalam pekerjaan atau masa kuliah/sekolah !
7. Sebutkan lima pencapaian terbesar dalam hidup anda !
8. Apa kegagalan terbesar yang pernah anda alami ? Kekecewaan apa yang anda alami ?
9. Bagaimana anda mengatasi perasaan tersebut ? Dan mengatasi kegagalan tersebut ?
10. Hal atau lingkungan seperti apa yang paling mendorong anda dalam bekerja ?
11. Menurut anda, apa tantangan terbesar dalam pekerjaan ?
12. Sebutkan bagian dari pekerjaan yang paling menantang dan yang paling tidak menantang.
13. Apakah anda termasuk orang yang berani dalam mengambil risiko ?
14. Berdasarkan pengalaman anda, ceritakan secara rinci dalam hal apa anda mengambil risiko untuk menyelesaikan suatu tugas ?
15. Mengapa anda mengambil risiko tersebut ?
16. Risiko apa yang anda hadapi saat mengajukan suatu usulan ?
17. Prestasi apa yang pernah anda dapatkan di sekolah yang tidak dapat anda lupakan ?
18. Prestasi apa yang pernah anda capai dalam bekerja yang mendapatkan penghargaan dari pimpinan atau perusahaan ? (baik penghargaan lisan ataupun penghargaan tertulis atau materi).
8. Aspirasi Diri
Pertanyaan yang dapat menggali aspek aspirasi diri antara lain :
1. Mata kuliah (mata pelajaran) apa yang paling anda senangi ? Mata kuliah (mata pelajaran) apa yang paling anda tidak senangi ? Kenapa ?
2. Apa cita-cita anda ketika lulus sekolah ? Ketika lulus kuliah ?
3. Apakah anda berniat melanjutkan sekolah ? Berniat melanjutkan kuliah ?
4. Menurut anda, apakah nilai anda merupakan indikasi terbaik untuk hasil akademik anda ?
5. Kenapa kami harus memilih anda ?
6. Bisakah anda menyebutkan lima kelebihan dan lima kekurangan anda ?
7. Bagaimana pendapat anda mengenai perusahaan ini ?
9. Kelemahan Diri
Pertanyaan yang dapat menggali aspek kelemahan diri antara lain :
1. Apakah anda telah mencapai semua target yang telah anda tetapkan ? Bila tidak, mengapa ?
2. Bagaimana anda mengatasi kegagalan dalam pencapaian target tersebut ?
3. Kelemahan apa yang muncul saat anda dihadapkan pada tugas yang sulit ?
10. Sosialisasi
Pertanyaan yang dapat menggali aspek sosialisasi antara lain :
1. Ceritakan kegiatan anda di waktu senggang.
2. Kegiatan apa yang anda ikuti di lingkungan anda ?
3. Seandainya anda menjadi anggota suatu organisasi, maka kegiatan apa dan peran apa yang akan anda lakukan dalam organisasi tersebut ?
4. Selain belajar, kegiatan apa saja yang anda ikuti saat masih kuliah atau sekolah ? Posisi apa yang anda pegang ?
11. Kemandirian
Pertanyaan yang dapat menggali aspek kemandirian antara lain :
1. Ceritakan keputusan-keputusan penting dalam hidup anda, yang anda anggap sebagai keputusan anda sendiri. Juga ceritakan keputusan penting yang anda anggap bukan keputusan anda sendiri.
2. Mengapa anda memilih jurusan .... ?
3. Dalam pengambilan suatu keputusan, siapa yang berpengaruh dalam diri anda ?
4. Dalam hal-hal apa saja orang-orang tersebut anda sertakan ?
12. Kepemimpinan
Pertanyaan yang dapat menggali aspek kepemimpinan antara lain :
1. Sebutkan kepribadian yang anda miliki yang mencerminkan kemampuan memimpin.
2. Menurut anda, kualitas apa yang dibutuhkan seorang pemimpin ?
3. Apa yang paling menjadi tantangan bagi seorang pemimpin ?
4. Bagaimana cara anda mendelegasikan suatu tanggung jawab ?
5. Apakah anda membutuhka pengawas dalam bekerja ?
6. Bagaimana cara anda membuat suatu rencana kerja ?
7. Bagaimana cara anda memberikan teguran atau mendisiplinkan bawahan anda ?
8. Seandainya ada bawahan anda yang melanggar aturan perusahaan, bagaimana anda menghadapinya ?
9. Atasan seperti apa yang anda harapkan ?
10. Seandainya anda kelebihan beban kerja, apa yang akan anda lakukan ?
11. Bagaimana cara anda untuk memotivasi sesorang ?
12. Atasan seperti apa yang menurut anda sulit untuk diajak kerja sama ?
13. Bawahan seperti apa yang menurut anda sulit untuk diajak kerja sama ?
14. Atasan seperti apa yang menurut anda tidak adil ?
15. Seandainya anda membuat suatu kebijakan, kemudian bawahan anda banyak yang menentangnya, bagaimana anda mengatasinya ?
Sumber : www.gilland-ganesha.com, buku "Sukses Mendapatkan Pekerjaan" Anna T.Yuniarti, S.Psi.
Adakalanya instrumen yang dibutuhkan telah tersedia serta telah teruji validitas maupun reliabilitasnya. Dan ada empat hal yang perlu diperhatikan. Pertama, karakteristik dari subjek yang digunakan pada waktu menguji sangat berbeda dari karakteristik subjek yang akan diteliti. Kedua, definisi konseptual yang digunakan untuk mengembangkan instrumen yang telah ada. Ketiga dan keempat, koefisien validitas dan realibilitas dari instrumen yang telah ada. Suatu Instrumen dinyatakan valid bila instrumen itu dapat digunakan untuk mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur melalui instrumen tersebut, dan suatu instrumen dinyatakan reliabel bila instrumen itu dapat menghasilkan ukuran yang konsisten (Aritonang, 2007: 140)
Yang merupakan instrumen adalah :
Observasi adalah pengamatan atas suatu variabel yang dilakukan secara sistematis dan objektif dalam kondisi yang didefinisikan secara tepat, serta hasilnya dicatat secara hati-hati. Singkatnya, observasi ilmiah dilakukan secara terencana bukan secara sambil lalu dan objektif. Observasi memiliki kelemahan dan keunggulan bila dibandingkan dengan metode lainnya untuk memperoleh data empiris pada suatu penelitian. Metode observasi tidak didasarkan pada laporan sendiri, dapat mengamati secara langsung ekspresi dari subjek serta memungkinkan beberapa gejala untuk diobservasi sekaligus. Kelemahan observasi adalah pada variabel yang terjadi secara periodik dalam waktu yang lama, subjek terganggu, dan hanya tepat digunakan untuk variabel yang dapat diobservasi secara langsung.
Angket merupakan salah satu instrumen yang banyak digunakan untuk memperoleh data pada suatu penelitian. Angket adalah sehimpunan pertanyaan atau pernyataan mengenai suatu variabel yang diajukan kepada dan untuk memperoleh tanggapan dari subjek. Keunggulan angket, bila dibandingkan dengan metode lain dalam pengumpulan data, khususnya wawancara, adalah bahwa angket lebih murah dan membutuhkan waktu yang lebih sedikit. Sebagian pendekatan laporan mengenai diri sendiri didasarkan pada prinsip introspeksi sehingga memiliki kelemahan, antara lain : hal-hal yang tidak disadari tidak dapat diungkap, besar kemungkinan jawaban-jawaban yang diberikan subjek dipengaruhi oleh keinginan-keinginan pribadinya, ada hal-hal yang dianggap tidak perlu dinyatakan, subjek mungkin mengalami kesulitan untuk merumuskan keadaan dirinya sendiri ke dalam bentuk bahasa tertulis.
Wawancara adalah pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dilakukan secara sistematis dan berlandaskan kepada tujuan penelitian. Kebaikan metode wawancara terletak pada keluwesannya artinya wawancara dapat dengan mudah disesuaikan dengan kondisi yang terjadi pada saat wawancara berlangsung. Sedangkan kelemahan metode wawancara adalah dari segi banyaknya waktu, tenaga dan biaya yang dibutuhkan. (Aritonang, 2007: 148-161).
Menurut J. Supranto M. A, ada beberapa cara untuk mengumpulkan informasi yang menyangkut karakteristik atau sifat-sifat atau elemen-elemen yang menjadi objek penyelidikan. Cara-cara itu antara lain (Supranto 2003: 60-75) :
1. Wawancara adalah Tanya jawab antara petugas dengan responden (kepala rumah tangga, direktur perusahaan, para langganan, karyawan, mahasiswa, petani, pedagang kaki lima, golongan ekonomi lemah, turis asing, penabung penanaman modal, dll). Wawancara yang baik ialah suatu wawancara yang menghasilkan banyak informasi dalam waktu yang relative pendek. Cara ini disebut juga cansavving method yaitu metode pengumpulan data dimana pihak pengumpul data aktif mendatangi responden untuk memperoleh keterangan-keterangan yang diperlukan. Wawancara juga bisa dilakukan dengan telepon.
2. Observasi, Cara ini dilakukan tanpa mengajukan pertanyaan-pertanyaan, sering dipergunakan di dalam penelitian anthropologi atau di dalam bidang-bidang social dan ekonomi dan terutama sekali untuk penelitian dimana obyeknya orang tujuan penyelidikan di rahasiakan. Observasi itu bias dilakukan oleh orang atau suatu instrumen yaitu observasi secara mekanis. Yaitu: psycho galvanometer adalah alat yang dipergunakan untuk mengukur reaksi orang terhadap suatu advertensi. Dan Eye camera : pemotret untuk melihat gerakan mata sebagai reaksi terhadap suatu advertensi.
3. Questionnaire adalah suatu daftar pertanyaan yang akan ditanyakan kepada banyak responden (objek penelitian) terdiri dari baris-baris dan kolom-kolom untuk diisi dengan jawaban-jawaban yang ditanyakan. Suatu questionnaire yang baik harus juga memenuhi persyaratan umum, yaitu :
Mudah ditanyakan oleh petugas pengumpul data
Mudah dijawab oleh pihak responden
Mudah diproses oleh peneliti untuk selanjutnya dianalisa
Menurut Prof. Drs. Sutrisno Hadi M.A. ada beberapa metodologik pengukuran dan alat-alat pengukurannya yang biasa disebut sebagai instrumen dalam melakukan penelitian (Hadi, 1980 : 150: 193) :
1. Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologik dan psikologik. Dua diantaranya yang terpenting adalah proses pengamatan dan ingatan . Ada beberapa alat observasi yang dapat digunakan dalam situasi-situasi yang berbeda-beda. Beberapa diantaranya adalah :
Anecdotal Records. Biasa juga disebut daftar riwayat kelakuan, merupakan catatan-catatan yang dibuat oleh penyelidik mengenai kelakuan-kelakuan luar biasa.
Catatan Berkala. Dalam catatan berkala penyelidik tidak mencatat macam-macam kejadian khusus sebagaimana pada observasi anecdotal, melainkan waktu tertentu.
Check List. Adalah suatu daftar yang berisi nama-nama subjek dan faktor-faktor yang hendak diselidiki. Dimaksudkan untuk menyistematikan catatan observasi.
Rating Scale. Melakukan pencatatan gejala menurut tingkat-tingkatnya. Ia tidak hanya menjadi alat untuk meringkaskan observasi-observasi yang langsung, tetapi juga untuk memperoleh gambaran mengenai keadaan subjek menurut tingkat-tingkatnya masing-masing.
Mechanical Devices. Perkembangan alat-alat optika yang maju memungkinkan seorang obsever menggunakan fotografi atau motion picture untuk menyelidiki tingkah laku orang.
2. Kuesioner menyediakan kesempatan sebebas-bebasnya dan seluas-luasnya bagi responden untuk menyatakan pendapatnya dalam berbagai pertanyaan maupun pernyataan. Meminta responden mengisikan beberapa jawaban yang diperlukan guna untuk mendapatkan informasi yang diharapkan.
3. Interview atau wawancara dijadikan satu-satunya alat pengumpul data, dan digunakan sebagai alat untuk mencari informasi-informasi yang tidak dapat diperoleh dengan cara lain, ia akan menjadi pelengkap. Informasi diperoleh dengan tanya jawab lisan dalam keadaan yang lebih longgar.
Sabtu, 24 April 2010
Jumat, 02 April 2010
POPULASI DAN SAMPEL
Populasi dan Sampel
Populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta cirri-ciri yang telah ditetapkan. Kualitas atau ciri tersebut dinamakan variabel. Sebuah populasi dengan jumlah individu tertentu dinamakan populasi finit sedangkan jika jumlah individu dalam kelompok tidak mempunyai jumlah yang tetap ataupun jumlahnya tidak terhingga disebut populasi infinit. Misalnya jumlah petani dalam sebuah desa adalah populasi finit. Sebaliknya, jumlah pelemparan mata dadu yang terus menerus merupakan populasi infinit.
Keterangan mengenai populasi dapat dikumpulkan dengan dua cara. Pertama, tiap unit populasi dihitung. Cara ini disebut sensus atau somplete enumeration. Kedua, perhitungan-perhitungan dilakukan hanya pada bagian unit populasi saja. Keterangan diambil dari “wakil” populasi, atau dari sampel. Teknik ini dinamakan survey sampel (sample survey) atau sample enumeration.
Sebuah sampel adalah bagian dari populasi. Survei sampel adalah suatu prosedur dalam mana hanya sebagian dari populasi saja yang diambil dan dipergunakan untuk menentukan sifat serta cirri yang dikehendaki dari populasi.
Istilah populasi dan sampel tepat digunakan jika penelitian yang dilakukan mengambil sampel sebagai subjek penelitian. Akan tetapi jika sasaran penelitiannya adalah seluruh anggota populasi, akan lebih cocok digunakan istilah subjek penelitian, terutama dalam penelitian eksperimental.
Dalam survei, sumber data lazim disebut responden dan dalam penelitian kualitatif disebut informan atau subjek tergantung pada cara pengambilan datanya. Penjelasan yang akurat tentang karakteristik populasi penelitian perlu diberikan agar besarnya sampel dan cara pengambilannya dapat ditentukan secara tepat.
Tujuannya adalah agar sampel yang dipilih benar-benar representatif, dalam arti dapat mencerminkan keadaan populasinya secara cermat. Kerepresentatifan sampel merupakan kriteria terpenting dalam pemilihan sampel dalam kaitannya dengan maksud menggeneralisasikan hasil-hasil penelitian sampel terhadap populasinya. Jika keadaan sampel semakin berbeda dengan kakarteristik populasinya, maka semakin besar kemungkinan kekeliruan dalam generalisasinya.
Jadi, hal-hal yang dibahas dalam bagian Populasi dan Sampel adalah
(a) identifikasi dan batasan-batasan tentang populasi atau subjek penelitian,
(b) prosedur dan teknik pengambilan sampel, serta
(c) besarnya sampel.
Beberapa Istilah Penting dan Isu di Sekitar Penentuan Sampel
Karena berbagai alasan, tidak semua hal yang ingin diramalkan atau dikendalikan dapat diteliti. Penelitian ilmiah boleh dikatakan hampir selalu hanya dilakukan terhadap sebagian saja dari hal-hal yang sebenarnya mau diteliti. Jadi penelitian hanya dilakukan terhadap sampel, tidak terhadap populasi. Namun kesimpulan-kesimpulan penelitian mengenai sampel itu akan dikenakan atau digeneralisasikan terhadap populasi. Generalisasi dari sampel ke populasi ini mengandung resiko bahwa akan mengandung ketidak tepatan atau kekeliruan, karena sampel tidak akan mencerminkan secara tepat keadaan populasi. Makin tidak sama sampel itu dengan populasinya, maka makin besar kemungkinan kekeliruan dalam generalisasi itu. Karena hal demikian itulah maka teknik pengambilan sampel menjadi sangat penting peranannya dalam penelitian. Berbagai teknik penenutan sampel itu pada hakekatnya adalah cara-cara untuk memperkecil kekeliruan generalisasi dari sampel ke populasi. Hal ini dapat dicapai kalau diperoleh sampel yang representatif, yaitu sampel yang benar-benar mencerminkan populasinya.
Di antara berbagai teknik penentuan sampel yang dianggap paling baik adalah penentuan sampel secara rambang (random sampling). Kebaikan teknik ini tidak hanya terletak pada teori yang mendasarinya, tetapi juga pada bukti-bukti empiris. Perkembangan teknologi komputer telah memungkinkan orang melakukan berbagi simulasi untuk membuktikan keunggulan teknik pengambilan sampel secara acak itu.
Di dalam penentuan sampel secara acak, semua anggota populasi, secara individual atau secara kolektif, diberi peluang yang sama untuk menjadi anggota sampel. Alat untuk mengambil sampel secara acak ini yang paling praktis (dan dianggap paling valid juga) ialah degan menggunakan tabel bilangan acak atau kalkulator yang mempunyai program untuk bilangan acak. Jika besarnya populasi terbatas, peluang acak dapat diberikan kepada anggota-anggota populasi secar individual. Tetapi kalu populasi itu sangat besar, sebaiknya peluang acaknya diberikan kepada anggota_anggota populasi secara kelompok, dan kalau perlu dilanjutkan dengan acak individual.
Walaupun teknik pengambilan sampel secara acak itu merupakan teknik yag terbaik, namun tidak selalu dapat dilaksanakan, karena berbagai alasan. Kadang-kadang orang terpaksa puas dengan sampel rumpun (cluster sample), karena rumpun-rumpun yang merupakan kelompokan indiviu-individu itu yang tersedia sebagai unit-unit dalam populasi. Penelitian mengenai murid-murid sekolah biasanya tidak menggunakan teknik pengambilan sampel secara acak. Yang mendapat peluang sama untuk menjadi sampel bukan murid secar individual, melainkan sekolah( jadi murid secara kelompok)
Seringkali terjadi pula sampel yang diambil dari rumpun-rumpun yang telah ditentukan atau tersedia. Teknik yang demikian disebut penentuan sampel secara bertingkat. Kalau dari kelompok-kelompok yang tersedia itu diambil sampel-sampel yang sebanding dengan besarnya kelompok dan pengambilannya secara acak, maka teknik itu disebut pengambilan sampel secara acak proporsionak (Proportional random sampling)
Ada 4 parameter yang biasa dianggap menentukan representativeness suatu sampel, yaitu :
1. Variabilitas populasi
2. Besar sampel
3. Teknik penentuan sampel
4. Kecermatan memasukkan ciri-ciri populasi dalam sampel
Variabilitas populasi. Dari keempat parameter tersebut di atas itu variabilitas populasi merupakan hal yang sudah “given”, artinya peneliti harus menerima sebagaimana adanya, dan tidak dapat mengatur atau memanipulasikannya. Ketiga parameter yang lain tidak demikian halnya, peneliti dapat mengatur atau memanipulasikannya untuk meningkatkan taraf representative sampel.
Besar sampel. Makin besar sampel yang diambil akan makin tinggi taraf representative sampelnya. Ketentuan ini berlaku selama populasinya tidak homogeny secara sempurna. Jika populasinya homogeny secara sempurna, besar sampel tidak mempengaruhi taraf representatifnya sampel. Untuk populasi yang demikian itu sampel cukup kecil saja.
Teknik penentuan sampel. Makin tinggi tingkat acak dalam penentuam sampel, akan makin tinggilah tingkat representative sampelnya. Ketentuan ini juga hanya berlaku selama populasinya tidak homogeny secara sempurna. Jika populasinya homogeny secara sempurna acak sama sekali tidak diperlukan.
Kecermatan memasukkan cirri-ciri populasi. Makin lengkap cirri-ciri populasi yang dimasukkan kedalam sampel, akan makin tinggi tingkat representative sampel.
Dengan mempertimbangkan parameter-parameter diatas, penelitian daiharapkan dapat menentukan sampel yang paling tinggi tingkat representatifnya yang mungkin dicapai. Kecakapan untuk ini seperti untuk melakukan langkah-langkah yang lain dalam penelitian, sangat tergantung kepada latihan dan pengalaman.
Pemahaman terhadap beberapa istilah yang selalu muncul dalam prosedur penentuan sampel penelitian sangat diperlukan. Di bawah ini adalah definisi beberapa istilah yang dirangkum dari berbagai sumber :
populasi: himpunan unit penelitian yang lengkap / utuh terdiri dari nilai/skor/ukuran peubah-peubah yang bersifat majemuk
sampel:bagian dari populasi yang memberikan keterangan atau data untuk suatu penelitian yang terdiri dari nilai/ skor/ukuran peubah-peubah yang bersifat terbatas jumlahnya. Sampel diperlukan jika populasi penelitian relatif besar
unit analisis: unit yang menjadi tempat untuk mengumpulkan informasi
sensus: sampel yang mencakup seluruh populasi
statistik: rangkuman deskriptif peubah-peubah dalam sampel yang nilainya dihitung berdasarkan sampel. Variasi nilai statistik tergantung pada sampel yang dipilih
kerangka sampel (sampling frame) : daftar semua unsur dalam populasi yang akan menjadi sumber informasi untuk menarik sampel penelitian
keterwakilan sampel(representativeness):tingkatan yang menunjukkan kesesuaian suatu sampel terhadap populasi sasaran penelitian dalam hal karakteristik utamanya.
kesalahan dalam penentuan sampel: ketidaksesuaian antara data yang diambil dari sampel dengan data populasi yang sebenarnya akibat kesalahan proses penentuan sampel
Pada umumnya peneliti tidak dapat melakukan pengamatan secara langsung terhadap semua unit atau individu yang ada dalam populasi penelitian. Sebagai gantinya mereka mengambil data dari sebagian populasi – yang disebut sampel, dan menggunakannya untuk meyimpulkan keadaan seluruh populasi yang diteliti. Melalui pengambilan sampel maka jumlah pengukuran yang dilakukan akan berkurang dan pada gilirannya akan dapat mengurangi biaya dan waktu yang diperlukan untuk melakukan penelitian.
Idealnya, sampel mempunyai kesesuaian karakteristik dengan populasinya yang diamati, sehingga kesimpulan peneliti benar untuk semua populasi. Kesesuaian karateristik antara sampel dengan populasinya (representasi) ini merupakan hal yang paling penting dan akan menentukan kualitas penelitian. Ada 3 faktor yang mempengaruhi tingkat keterwakilan suatu sampel, yakni ukuran sampel, variabilitas populasi serta fraksi populasi yang diambil sampelnya (Freedman, 2004). Sampel yang tinggi tingkat keterwakilannya secara ilmiah menghasilkan informasi tentang komposisi seluruh populasi.
Perkiraan tentang populasi tersebut dapat diperoleh dari daftar atau peta informasi yang sering disebut kerangka sampel (sampling frame). Jika kerangka sampel yang digunakan tidak lengkap atau kurang akurat, maka akan terjadi kesalahan sistematik dalam penarikan sampel. Jika sampel ditentukan dengan cara yang benar dan dengan kerangka sampel yang lengkap, maka tidak akan terjadi kesalahan sampel, bahkan untuk sampel yang ukurannya sangat sekalipun.
Tingkat keterwakilan sampel seringkali dipengaruhi oleh ukuran sampel yang diambil, terutama jika populasi penelitiannya sangat besar. Logikanya, untuk mendapatkan tingkat keterwakilan sampel yang tinggi, diperlukan ukuran sampel yang besar pula (Neuman, 2000). Jika populasinya besar, penentuan sampel menjadi tidak praktis dan terkadang sulit dilakukan karena tujuan utama pengambilan sampel adalah efisiensi biaya dan waktu. Namun demikian, ukuran sampel bukan jaminan untuk menghasilkan sampel yang representatif. Ukuran sampel besar jika tidak diambil secara acak atau tanpa kerangka sampel yang lengkap, akan kurang representatif dibandingkan dengan sampel yang kecil (Freedman, 2004).
Sebuah sampel haruslah dipilih sedemikian rupa sehingga setiap satuan elementer mempunyai kesempatan dan peluang yang sama untuk dipilih dan besarnya peluang tersebut tidak boleh sama dengan 0.Di samping itu pengambilan sampel yang secara acak (random) harus menggunakan metode yang tepat yang sesuai dengan cirri-ciri populasi dan tujuan penelitian. Meskipun sebuah sampel tdd sebagian populasi tetapi sebagian dari populasi itu tidak selalu dapat disebut sebuah sampel apabila cara pengambilannya tidak benar.
Suatu metode pengambilan sampel yang ideal mempunyai cirri-ciri sifat seperti di bawah ini
1. Dapat menghasilkan gambaran yang dapat dipercaya dari seluruh populasi yang diteliti
2. Dapat menentukan presisi dari hasil penelitian dengan menentukan penyimpanan baku (standard) dari taksiran yang diperoleh
3. Sederhana hingga mudah dilaksanakan
4. Dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan biaya serendah rendahnya (Teken 1965:38)
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 1998). Adapun populasi menurut Nazir (1999) adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan. Populasi berkenaan dengan data, bukan dengan orangnya ataupun bendanya. Jadi yang dimaksud dengan populasi adalah keseluruhan subyek atau unit penelitian yang akan dianalisis.
Pernyataan tersebut senada dengan apa yang dikemukakan oleh Nazir (1999) bahwa sampel adalah bagian dari populasi. Dengan demikian sampel adalah suatu bagian (subset) dari populasi yang dianggap mampu mewakili populasi yang akan diteliti.
Mengenai penentuan besarnya sampel Arikunto (1998:120) mengemukakan di dalam pengambilan sampel apabila subyeknya kurang dari 100 diambil semua sehingga penelitian merupakan penelitian populasi.
Populasi adalah setiap subyek yang memenuhi kriteria yang ditentukan, atau sekumpulan subyek dalam satu setting tertentu atau yang mempunyai kesamaan ciri tertentu
Populasi adalah objek utama dari penelitian yang direncanakan.
Populasi bisa terkait dengan manusianya serta tindakannya maupun objek lain yang ada di alam. Apabila populasi dalam jumlah banyak, maka diadakan sampel disesuaikan dengan kaedah keilmuan.
Perkataan unit digunakan dalam pengertian yang lebih luas untuk menyatakan setiap item yang terhadapnya dilakukan pengamatan. Unit dapat berupa suatu rumah tangga, sebuah pabrik, seseorang dan sebgainya. Perkataan “populasi” digunakan untuk menyatakan kumpulan (totalitas) dari semua unit statistic yang menjadi obyek pengamatan.
Sebagaimana diketahui kadang-kadang perlu dibedakan antara populasi terbatas dan tidak terbatas. Populasi terbatas adalah suatu populasi yang banyak unitnya mempunyai batas , sedangkan populasi tidak terbatas adalah suatu populasi yang banyak unitnya tidak terbatas atau tidak bisa ditentukan batasnya, seperti semua ikan d laut atau seluruh pasir di pantai.
Ada beberapa teknik menentukan sample, antara lain :
1. Random sampling/sampling acak
- Sampling acak sederhana
- Sampling acak beraturan (ordinal sampling)
- Sampling acak dengan bilangan random
2. Sampling kelompok /cluster sampling, yaitu mengambil sampel dengan membuat ciri dari kelompok populasi. Cont kls 1 SMP dengan latar belakang pekerjaan atau pendidikan orang tua,
3. Sampling berstrata atau bertingkat, yaitu apabila dalam populasi terdapat strata. Cont. ada kelas 1,2 dan 3.
4. Sampling bertujuan/purposive sampling,
5. Sampling daerah atau wilayah,
6. Sampling kembar,
7. Sampling berimbang.
4 FAKTOR YANG HARUS DIPERTIMBANGKAN DALAM MENENTUKAN BESARNYA SAMPEL SUATU PENELITIAN
1. Derajat keseragaman ( degree of homogenity )
Makin seraganm populasi itu, makin kecil sampel yang dapat diambil. Apabila populasi itu seragam sempurna (completely homogenous), maka satu satuan elementer saja dari seluruh populasi itu sudah cukup representative untuk diteliti. Dan jika sebaliknya, maka hanya pencacahan lengkaplah yang dapat memberikan gambaran yang representataif
2. Presisi yang dikehendaki dari penelitian
Pada sensus lengkap, presisi ini menjadi mutlak karena nilai taksiran sama dengan parameter. Atau dengan cara lain dapat pula dikatakan bahwa besarnya sampel uang diambil dengan besarnya kesalahan (error) terdapat hubungan yang negative.
3. Rencana analisa
Adakalanya besar sampel sudah mencukupi dengan presisi yang dikehendaki, tetapi kalau dikaitkan dengan kebutuhan analisa, maka jumlah sampel tersebut kurang mencukupi.
4. Tenaga, biaya dan waktu
Kalau menginginkan presisi yang tinggi maka jumlah sampel harus besar. Tetapi apabila dana, tenaga dan waktu terbatas, maka tidaklah mungkin untuk mengambil sampel yang besar, dan ini berarti presisinya akan menurun.
TEORI PENENTUAN JUMLAH SAMPEL DARI POPULASI
• Pada dasarnya tidak ada rumus tertentu dalam penarikan sampel dari populasi;
• Pada prinsipnya semakin besar jumlah sampel yang ditarik dari populasi maka kemungkinan kesalahan penilitian semakin kecil;
• Penarikan sampel harus dapat mewakili populasi.
HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM MENENTUKAN SAMPEL DARI POPULASI
1. Menentukan objek penelitian
2. Menentukan populasi penelitian
3. Menentukan ukuran dan teknik sampling
4. Mengambil sampel.
SAMPEL
• Adalah himpunan bagian atau sebagian dari suatu populasi
• Proses pengambilan sampel dari suatu populasi disebut tehnik sampling
• Keuntungan tehnik sampling:
Sampling ialah suata cara pengumpulan data yang sifatnya tidak menyeluruh, artinya tidak mencakup seluruh obyek penelitian (populasi = universe ) akan tetapi hanya sebagian dai populasi saja, yaitu hanya mencakup sampel yang diambil dari populasi tersebut.
Pada dasarnya ada dua macam sampling yaitu : Probability sampling dan non probability sampling. Probability sampling ialah suatu suatu sampling di mana pemilihan obyek atau elemen dari populasi yang akan dimasukkan di dalam sampel didasarkan atas nilai probability. Penggunaan probability sampling ini penting sekali apabila kita akan membuat analisis statistic yang mendalam, misalnya ingin membuat perkiraan interval ( Interval Estimate ) atau pengujian hipotesa ( testing hypotestic) atas hasil penelitian tersebut. Kalau soalnya hanya ingin membuat perkiraan tunggal (point estimate) misalnya rata-rata, persentase, maka cukup dengan non probability sampling.
Menurut Moh. Nazir, probability sample adalah suatu sampel yang diatrik sedemikian rupa di mana suatu elemen (unsure) individu dari populasi, tidak didasarkan pada pertimbangan pribadi tetapi tergantung kepada aplikasi kemungkinan (probabilitas). Jika pemilihan individu dari populasi didasarkan atas pertimbangan pribadi, maka sampel tersebut dinamakan judgement sample.
Dalam hal menarik sampel, maka kita selalu melakukan cara sampling without replacement. Ini dimaksudkan bahwa individu yang telah ditarik tidak dimasukkan kembali dalam kelompok populasi dalam melakukan penarikan individu berikutnya.
Beberapa Terminologi
Survei sampel adalah berkenaan dengan pengukuran keadaan ataupun atribut dari entitas tertentu, seperti keluarga, areal, produksi, usaha tani, guru, penyakit, dan sebagainya. Atribut serta objek yang menjadi tujuan penelitian disebut sifat atau cirri (characteristic). Unit yang mempunyai sifat ini dinamakan unsur (element) atau unit elementer (elementary unit). Unsur atau unit elementer adalah sebuah objek pada mana akan dilakukan pengukuran-pengukuran. Unit elementer ini mempunyai sifat kuantitatif (dapat diukur dengan unit-unit pengukuran tertentu seperti kg, meter, rupiah, micron, dan sebagainya) ataupun mempunyai sifat kualitatif yang diukur dengan suatu rasio tentang ada atau tidak adanya suatu sifat kualitatif tersebut. Pendapatan petani misalnya, mempunyai sifat kuantitatif, karena dapat diukur dengan rupiah. Sebaliknya, jenis kelamin, merupakan sifat kualitatif.
Kumpulan dari ukuran unit-unit elementer disebut populasi. Populasi adalah kumpulan dari ukuran-ukuran tentang sesuatu yang ingin kita buat inferensi. Populasi adalah berkenaan dengan data, bukan dengan orangnya ataupun bendanya. Jadi, misalnya populasi adalah luas sawah, umur mahasiswa, berat kerbau, bukan sawah, mahasiswa atau kerbau.
Unit yang membentuk basis dari proses sampling dinamakan unsur sampling. Dengan perkataan lain, unit sampling adalah kumpulan dari unsur-unsur dari populasi yang tidak tumpang tindih. Unit sampling ini dapat saja elementary unit ataupun kelompok dari unit elementer. Misalnya, kita ingin mengetahui pendapatan petani. Populasinya adalah pendapatan petani. Kita dapat menjadikan petani sabagai unit sampling. Tetapi dapat juga kita buat kampung sebagai unit sampling dimana dalam 1 kampung terdapat sekelompok unit elementer. Jika di tiap unsur sampling mempunyai satu dan hanya satu elemen dari populasi, maka unit sampling adalah identik dengan unit elementer. Dalam hal di atas, kita mengadakan sampling petani dan bukan sampling kampung dalam mengadakan estimasi terhadap pendapatan petani.
Sampel adalah kumpulan dari unit sampling. ia merupakan subset dari populasi. Sampel adalah kumpulan dari unit sampling yang ditarik biasanya dari sebuah frame. Langkah-langkah yang akan kita ambil untuk memperoleh sampel dari sebuah populasi kita sebut sampling plan (rencana sampling). sebuah frame adalah list atau urutan unti sampling yang tersedia. Misalnya, dalam hal meneliti pendapatan petani, maka jika petani yang kita gunakan sebagai unit sampling, maka list dari petani yang tercatat dalam “pemilu”, dapat kita gunakan sebagai sampling frame. Atau, jika kampung yang kita gunakan sebagai sampling unit, maka list dari kampung yang ada pada kantor pemerintah dapat kita gunakan sebagai frame. Dan dari frame inilah kita tarik sampel yang kita inginkan.
Kuantitas yang dapat menjelaskan tentang sifat-sifat populasi disebut parameter. Misalnya, mean dan variance populasi adalah parameter.. parameter populasi adalah konstan dan mempunyai nilai yang tetap untuk populasi tertentu. Biasanya, mean populasi dinyatakan dengan µ dan variance populasi dinyatakan dengan δ.
Di lain pihak, kita juga mempunyai kuantitas yang dihitung dari sampel dan digunakan untuk menerangkan sampel. Ini dinamakan statistik. Misalnya, mean sampel adalah statistik. Variance sampel adalah statistik. Mean sampel biasanya ditulis dengan huruf X dan variance sampel ditulis dengan s² atau V(x).
Mengadakan generalisasi terhadap populasi dengan dasar sampel yang diambil dari populasi tersebut, kita namakan inferensi statistik. Dengan perkataan lain, kita membuat sesuatu generalisasi terhadap parameter berdasarkan statistik. Dalam inferensi statistik ini kita mengerjakan 2 hal, yaitu mengadakan estimasi dan menguji hipotesa.
Parameter populasi biasanya tidak kita ketahui. Parameter ini kita estimasikan berdasarkan statistik dari sampel. Yang kita peroleh dinamakan estimat. Ada dua jenis estimat, yaitu estimat titik atau point estimate dan estimat interval. Mean dari sampel adalah estimat titik dari median populasi dan variance dari sampel adalah estimat titik dari variance populasi.
Hipotesa adalah suatu statemen tentatif tentang parameter populasi atau tentang distribusi populasi. Hipotesa bisa saja benar dan bisa saja salah dan hipotesa selalu terbuka terhadap kecurigaan. Hipotesa ini akan diuji, dengan teknik pengujian tersendiri, sehingga dapat diambil suatu kesimpulan apakah hipotesa tersebut diterima atau ditolak.
Sampel dan Sensus
Menurut Dr. M. Suparmoko, sampling seperti telah disinggung di atas adalah proses pemilihan beberapa obyek untuk contoh (sample) dari seluruh obyek (populasi) yang akan diteliti sifat-sifatnya. Contoh yang kita ambil karenanya merupakan bagian dari populasi dan harus dapat mewakili populasinya dan menggambarkan karakteristik serta sifat-sifat populasinya. Sampling berbeda dengan cara pengkajian secara kesluruhan, artinya yang terakhir ini dikerjakan dengan meneliti satu per satu atau bagian demi bagian obyek yang menjadi anggota populasi itu. Cara ini kita namakan sensus.
Contoh dalam sampling. kita mengambil beberapa lembar daun pepaya kemudian kita rebus dan kita ambil airnya lalu diminum. Kalau ini terasa pahit, maka kita akan mengambil kesimpulan bahwa air daun pepaya itu pahit.
Contoh dari sensus. Kita mengambil semua daun pepaya yang ada di pohon pepaya kemudian direbus dan diambil airnya untuk diminum. Ternyata rasanya pahit sehingga kita simpulkan bahwa air daun pepaya itu rasanya pahit.
Dari contoh di atas terbukti bahwa baik dengan cara sampling maupun cara sensus, kesimpulan yang dihasilkan harus sama saja, yaitu bahwa daun pepaya itu pahit rasanya. Contoh lain ialah bila kita ingin mengukur tinggi rata-rata penduduk suatu desa. Kalau kita lakukan pengukuran terhadap setiap orang yang tinggal di desa tersebut, maka dalam hal ini kita melakukan sensus. Tetapi bila kemudian kita kekurangan dana, tenaga, maupun waktu, maka kita dapat mengambil beberapa dari penduduk di desa itu lalu kita ukur tingginya, kemudian di rata-rata. Cara yang terakhir itu kita sebut sampling atau mengambil contoh, dan dari beberap contoh itu diharapkan dapat diketahui tinggi rata-rata penduduk desa tersebut. Jadi, hasil dari sampel diharapkan mewakili populasinya, atau memberi gambaran tentang populasinya.
Survey adalah pengumpulan informasi tentang sekelompok manusia dimana suatu hubungan langsung dengan obyek yang dipelajari, seperti individu, organisasi, masyarakat dan sebagainya, diadakan melalui suatu cara yang sistematis seperti pengisian daftar pertanyaan, wawancara, dan lain sebagainya.
Sensus adalah suatu survey dimana informasi yang dikumpulkan diambil dari semua anggota populasi atau kelompok yang diperlajari. Sample survey merupakan suatu studi dimana informasi itu dikumpulkan dari sebagian unsur populasi yang dipilih (sampel) untuk mewakili seluruh unsur populasi itu. Dengan kata lain, sampel survey ini merupakan survey terhadap sampel yang mewakili populasinya, untuk memberikan gambaran yang benar tentang populasinya.
Sample survey lebih sering digunakan dalam penelitian daripada cara sensus karena beberapa alasan:
1. Sample survey lebih cepat dan lebih murah.
Suatu contoh tentu lebih sedikit daripada jumlah seluruh populasinya, sehingga pengumpulan dan pengolahan data dari sampel itu akan lebih cepat pula. Demikian pula karena sampel itu hanya bagian dari populasi, ini berarti bahwa biaya pengumpulan informasinya akan lebih murah pula.
2. Sample survey akan menghasilkan informasi yang lebih lengkap dan mencakup banyak hal.
Sejumlah sampel yang kecil dapat diteliti secara lebih mendalam dan menyeluruh karena akan membutuhkan biaya yang relatif lebih sedikit bagi penelitian yang mendalam tapi obyeknya kecil.
3. Sample survey akan lebih diteliti
Karena jumlah sampel yang kecil, maka kesalahan-kesalahan dalam pengumpulan dan pengolahan data juga relatif kecil dibanding dengan cara sensus.
4. Karena adanya penghematan baik waktu maupun uang, sample survey memungkinkan bagi adanya studi yang jauh lebih bermacam-macam daripada bila dengan uang dan waktu yang sama, kita harus menjalankan suatu sensus.
Dalam penelitian sosial yang menyangkut tingkah laku manusia, kita harus berhubungan/berbicara dengan orang lain yang ingin kita teliti sebagai sampel. Oleh karenanya kita harus memilih orang sebagai sampel untuk menjawab pertanyaan kita. Mereka itu sering disebut sebagai responden. Dalam hal ini kita melakukan suatu penelitian yang tidak didasarkan pada percobaan-percobaan (non-experimental research), yang kita bedakan dengan penelitian yang menggunakan percobaan-percobaan (experimental research).
Beberapa contoh probability sampling.
• Simple random sampling.
Adalah suatu metode pemilihan sampel dimana setiap unit sampling yang terdapat dalam populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi anggota sampel.
Metode pmilihan sampel dengan cara simple random sampling merupakan metode yang paling umum dan sederhana dari semua tipe probability sampling.
Sebuah sampel yang diambil sedemikian rupa sehingga tiap unit penelitian atau satuan elementer dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Tiap unit populasi diberi nomor. Kemudian sampel diinginkan ditarik secara random, baik dengan menggunakan random numbers ataupun dengan undian biasa.
Pemilihan unit dalam simple random sampling dilakukan satu persatu dengan peluang yang sama dengan dua cara, yaitu:
1. Simple random sampling dengan pengembalian
Proses pemilihan sampel dalam simple random sampling dengan pengembalian dilakukan sedemikian rupa dan mengembalikan unit yang sudah terpilih sebelum pengembalian unit yang berikutnya.
2. Simple random sampling dengan tanpa pengembalian
Proses pemilihan sampel dalam simple random sampling dengan tanpa pengembalian dilakukan sedemikian rupa dan tanpa mengembalikan unit yang sudah terpilih sebelum pengambilan unit berikutnya.
Dari kedua cara pemilihan tersebut, simple random sampling dengan tanpa pengembalian lebih efisien daripada simple random sampling dengan pengembalian. Walaupun metode ini dikatakan sangat umum dan sederhana, tetapi dalam praktek tidak dipakai secara luas.
Ada 2 metode pengambilan sampel acak sederhana yaitu :
1. Dengan pengundi unsur-unsur penelitian atau satuan-satuan elementer dalam populasi
Penggunaan cara ini hampir tidak praktis apabila populasinya besar karena :
- Hampir tidak mungkin untuk mengocok dengan seksama seluruh gulungan kertas undian
- Manusia selalu cenderung dengan angka-angka tertentu
2. Dengan menggunakan tabel angka acak (random)
Cara ini dipilih karena selain meringankan pekerjaan, juga memberikan jaminan yang jauh lebih besar, bahwa setiap unit elementer mempunyai probabilitas yang sama untuk terpilih.
• Stratified random sampling
Dalam praktek sering ditemukan populasi yang tidak homogeny. Makin heterogen suatu populasi, makin besar pula perbedaan sifat antara lapisan-lapisan tersebut. Presisi dan hasil yang dapat dicapai dengan penggunaan suatu metode pengambilan sampel, antara lain dipengaruhi oleh derajat keseragaman populasi yang bersangkutan.
Untuk dapat menggambarkan secara tepat mengenai sifat-sifat populasi yang heterogen, maka populasi yang bersangkutan harus dibagi-bagi dalam lapisan-lapisan (strata) yang seragam, dan dari setiap lapisan dapat diambil sampel secara acak. Dalam sampel berlapis, peluang untuk terpilih antara satu strata dengan yang lain mungkin sama, mungkin pula berbeda.
Tujuan untuk membuat strata adalah untuk mengurangi total keragaman dalam populasi dan dengan cara ini dapat pula mengurangi sampling error tanpa harus memperbesar ukuran sampel. Dalam pembentukan strata diusahakan agar setiap strata sehomogen mungkin, sehingga apa saja yang terambil dari suatu strata akan mewakili unit-unit yang lain dalam strata yang bersangkutan. Di samping kita membentuk strata sehomogen mungkin, tetapi kita dapat membentuk perbedaan antar strata sebesar mungkin.
Dengan cara sampel strata ini telah membantu untuk membuat sampel yang lebih mewakili. Stratisi mengatakan bahwa metode sampel sebagai “keragaman yang besar antar strata dan keragaman yang kecil dalam strata”. Hal ini akan lebih baik disbanding jika kita mengambil sampel dengan metode dimple random sampling dengan tidak membentuk strata.
• Systematic random sampling.
Menurut Josep R. Tarigan (1995:87), sampel sistematik adalah suatu pemilihan sampel yang diperoleh dari suatu kerangka sampel atau daftar semua unit dalam populasi, sesuai dengan suatu pola pengambilan yang sistematis yang telah ditentukan. Metode yang paling sering digunakan adalah memilih sampel dengan interval atau selang yang teratur dari kerangka sampel. Dengan metode ini tidak ada kesempatan berbagai kombinasi dari unit untuk terpilih.
Kenyataan ini memperlihatkan, bahwa sampel sistematik (systematic random sampling) menghasilkan sampel yang lebih efisien dan lebih mewakili daripada yang diperoleh melalui simple random sampling. Hal ini dapat dicapai dengan menyusun unit yang ada ke dalam suatu daftar dengan suatu susunan yang sesuai. Sebagai contoh, jika kita ingin mengambil sampel penduduk di suatu kota, maka kita dapat menyusun daftar penduduk berdasarkan usia. Prosedur sistematik akan memberikan perpencaran yang cukup baik dari umur yang tercakup dalam sampel.
Bentuk yang lain dari sampel sistematik disebut sampel sistematik berimbang (balance systematic sampling). dengan metode ini, populasi disusun berdasarkan urutan yang cocok dan pemilihan dibuat dengan jarakyang sama dari setiap ujung daftar.
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa sampel sistematik merupakan metode yang sangat baik dalam berbagai hal, karena tidak bias mudah dipahami dan dilaksanakan, khususnya yang berhubungan dengan tipe pengambilan sampel acak lainnya.
Apabila banyaknya satuan elementer yang akan dipilh cukup besar, maka pemilihan sampel dengan simple random sampling agak berat mengerjakannya.
Pengambilan sampel sistematis ialah suatu metode pengambilan sampel dimana hanya unsure pertama saja dari sampel dipilih secara acak, sedangkan unsur-unsur selanjutnya dipilih secara sistematis menurut suatu pola tertentu
Sampel sistematis sering menghasilkan kesalahan sampling (sampling error) yang lebih kecil, disebabkan anggota sampel memencar secara merata di seluruh populasi
Unit dari populasi diberi nomor dan diurutkan. Kemudian ditentukan satu nomor sebagai titik tolak menarik smpel. Nomor berikut dari anggota yang ingin dipilih ditentukan secara suatu sistematika, misalnya tiap nomor ke-m dari titik tolak dan dari unit selanjutnya akan dipilih sebagai anggota sampel.
Pada restricted sample, sampel ditarik dari populasi yang telah dikelompokkan lebih dahulu. Mula-mula populasi dibagi atas kelompok atau subsample. Sampel ditarik dari masing-masing kelompok tersebut, ataupun ditarik dari beberapa buah subpopulasi merupakan sampel di mana seluruh unit dalam kelompok-kelompok tersebut dijadikan anggota sampel, ataupun tidak seluruh anggota dari subpopulasi menjadi anggota sampel, tetapi hanya sebagian saja dari anggota subpopulasi tersebut yang dipilih menjadi anggota sampel.
Restricted sample dapat dibagi atas:
1. Multiple stage sample
2. Stratified sample
3. Cluster sample
4. Stratified cluster sample
Keterangan:
1. Multiple stage sample
Sampel ditarik dari kelompok populasi, tetapi tidak semua anggota kelompok populasi menjadi anggota sampel. Hanya sebagian dari anggota subpopulasi menjadi anggota sampel. Caranya bisa dengan equal probability ataupun dengan proportional probability. Pada equal probability, maka dari tiap kelompok populasi kita pilih sejumlah anggota tertentu untuk dimasukkan dalam sampel dan tiap anggota kelompok tersebut mempunyai probability yang sama untuk dimasukkan ke dalam sampel. Pada proportional probability, maka tiap anggota kelompok mempunyai probabilitas yang sebanding dengan besar relative dari kelompok-kelompok yang dimasukkan dalam subsample.
2. Stratified sample
Dalam kenyataan sering suatu populasi dapat terbentuk dari sederetan subpopulasi yang dapat diambil sampelnya secara terpisah dan masing-masing subpopulasi tersebut dikatakan sebagai lapisan atau strata.
Populasi dibagi dalam kelompok yang homogen lebih dahulu, atau dalam strata. Anggota sampel ditarik dari setiap strata. Jika tidak semua strata ditarik sampelnya, maka ia menjadi multiple stage sampling.
Tujuan untuk membuat strata adalah untuk mengurangi total keragaman dalam populasi dan dengan cara ini dapat pula mengurangi sampling eror tanpa harus memperbesar ukuran sampel. Dalam pembentukan strata diusahakan agar setiap strata sehomogen mungkin, sehingga apa saja yang terambil dari suatu strata akan mewakili unit-unit yang lain dalam strata sehomogen mungkin, tetapi kita dapat membentuk perbedaan antar strata sebesar mungkin.
Dengan cara sampel strata ini telah membantu untuk membuat sampel yang lebih mewakili. Statistisi mengatakan bahwa metode sampel sebagai “keragaman yang besar antar strata dan keragamab yang kecil dalam strata”. Hal ini akan lebih baik dibanding jika kita mengambil sampel dengan metode simple random sampling.
3. Cluster sampling
Sebagai pengganti memilih unit sampling secara individual, dilakukan pemilihan terhadap kelompok unit dan memasukkan seluruh unit di dalam kelompok terpilih sebagai bahagian dari sampel.
Sampel berkelompok kadang-kadang dikenal sebagai “area sampling” karena biasanya metode ini diterapkan berdasarkan daerah.
Berbeda dengan stratified sampling, tujuan dari cluster sampling adalah untuk mempunyai unit dalam suatu kelompok seheterogen mungkin dan antar kelompok yang berbeda sehomogen mungkin. Tipe sampling seperti ini mempunyai kelemahan, biasanya mempunyai sampling eror yang besar disbanding simple random sampling dengan ukuran yang sama. Tetapi keuntungannya adalah karena unit sampling berada dalam kelompok maka waktu perjalanan dari satu unit ke unit lain relative lebih singkat dan akibatnya biaya survey akan lebih rendah. Suatu keuntungan lain adalah kerangka sampel yang diperoleh cukup sederhana, yaitu cukup daftar nama.
Populasi dibagi dulu atas kelompok berdasarkan area atau cluster. Anggota subpopulasi tiap cluster tidak perlu homogeny. Beberapa cluster dipilih dulu sebagai sampel. Kemudian dipilih lagi anggota unit dari sampel cluster di atas. Dalam memilih anggota unit ini, bisa saja diambil seluruh elementary unit dari cluster atau sebagian dari unit elementer dari cluster. Biasanya randomisasi penarikan sampel hanya di kala memilih cluster, dan tidak di kala memilih anggota unit elementer.
Cluster sampling adalah teknik memilih sebuah sampel dari kelompok-kelompok unit-unit yang kecil, atau cluster. Populasi dari cluster merupakan subpopulasi dari total populasi. Unsure-unsur dalam cluster sifatnya tidak homogen, yang berbeda dengan unit-unit, elementer dalam strata. Tiap cluster mempunyai anggota yang heterogenmenyerupai populasi sendiri.
Seperti telah dijelaskan seblemunya, unit elementer merupakan individu-individu yang mempunyai atribut-atribut yang akan dipelajari dalam survey. Kumpulan dari unit elementer ini akan merupakan populasi. Unit elementer tersebut dapat saja usaha tani, family, kepala keluarga, pabrik firma, ulama istri pejabat, dokter, kota, kampong, murid, dan sebagainya.
Adakalanya, unit sampel yang diinginkan adalah kelompok kecil dari unit-unit elementer. Tiap teknik sampling yang mencoba mengelompokkan unit-unit elementer dalam kelompok kecil, dimana unit elementer dalam kelompok masih heterogen, dinamakan cluster sampling.
Beberapa halnya dengan pembagian populasi menurut strata, maka pengelompokkan secara cluster menghasilkan unit elementer yang heterogen seperti halnya populasi sendiri. Pada pengelompokkan secara strata, maka tiap kelompok diinginkan mempunyai suatu homogenitas.
Menurut Moh. Nazir, teknik cluster sampling digunakan jika catatn lengkap tentang unit elementer dalam populasi tidak diperoleh. Umpamanya, seorang peneliti ingin mengetahui rata-rata luas sawah per usaha tani di Aceh. Tentu saja sukar memperoleh data tentang nama-nama petani serta luas sawah yang dipunyainya di Banda Aceh, kecuali dengan melakukan sensus. Tetapi sudah terang, sensus, akan memakan lebih banyak biaya. Karena itu peneliti dapat menggunakan cluster sampling untuk keperluan di atas.
Ada dua kelebihan dari cluster sampling, yaitu:
a. Tidak diperlukan frame yang berisi list dari unit elementer, tetapi cukup dengan list dari cluster saja
b. Andaikatapun ada frame yang terdiri dari list unit elementer cluster sampling jauh lebih murah dibandingkan dengan stratified atau random sampel sederhana.
Tetapi, derajat efisiensi ditinjau dari segi peluang membuat eror, akan lebih banyak pada cluster sampling dibandingkan stratified random sampling. dalam cluster sampling, unit elementer yang terpilih adakalanya berdekatan sehingga informasi yang diberikan tidak cukup rpresentatif dibandingkan dengan informasi dari unit elementer yang cukup berpencar pada stratified sampling.
Seperti diterangkan di atas, dalam cluster sampling tidak diperlukan list dari unit elementer untuk frame tetapi cukup dari list cluster saja. Misalnya dalam penelitian untuk mencari rata-rata produksi per usaha tani di Banda Aceh, yang diperlukan hanya list dari kabupaten, kecamatan, serta desa di Aceh saja, yang akan digunakan sebagai frame. Aceh dibagi atas kabupaten yang merupakan cluster stage 1, kemudian tiap kabupaten dibagi atas kecamatan (stage 2) dan seterusnya. Kelompok yang dibentuk pada tingkat pertama dari populasi dinamakan primary sampling unit disingkatkan psu.
4. Stratified cluster sample
Sampel ditarik dengan teknik kombinasi antara stratified sampling dan cluster sampling.
Keuntungan dan Kelemahan Masing-masing Cara Pengambilan Sampel
1. Pengambilan contaoh secara acak (simple random sampling)
Keuntungan: teorinya mudah dimengerti.
Kelemahan:
a. Apabila variasi dalam populasi bersifat tidak teatur, maka mungkin terpilih kelompok-kelompok sampel yang justru tidak mewakili atau menggambarkan populasi.
b. Dalam memilih sampel dengan member nomor pada masing-masing unsure populasi akan cukup membosankan.
c. Dengan simple random sampling, mungkin terjadi bahwa survey harus dilaksanakan di wilayah yang sangat luas dan tersebar. Jadi kurang mengarah.
2. Pengambilan contoh dengan strata (stratified random sampling)
Keuntungan:
a. Lebih efisien daripada cara simple random sampling, Karena lebih terarah.
b. Data atau informasi yang dikumpulkan dapat lebih mendalam dan menyeluruh mengenai masing-masing strata.
c. Lebih mudah dikendalikan, karena administrasinya mudah dan jelas.
Kelemahan:
a. Perlu informasi tentang strata populasi yang bersangkutan.
b. Harus ada kerangka pengambilan contoh untuk masing-masing strata, misalnya mengenai jumlah unsure dalam masing-masing strata.
3. Pengambilan contoh bertahap (multistage sampling)
Keuntungan:
a. Pengambilan contoh dapat diatur dengan mudah dan murah
b. Semua lapisan populasi dapat tercakup dalam sampel
Kelemahan: bila populasi tidak teridri dari unsure-unsur yang tersebar secara acak (random), maka ada kemungkinan diperoleh sampel yang selalu mirip atau sejenis, sehingga kurang menggambarkan populasinya.
4. Pengambilan contoh dengan cluster (cluster sampling)
Keuntungan:
a. Kita tidak perlu menyusun unsure-unsur dalam populasi dalam suatu daftar urut, tetapi cukup dengan daftar dari cluster saja.
b. Biaya penelitian akan lebih murah karena unsure/sampel tidak terpencar-pencar.
Kelemahan: tidak efisien bila disbanding dengan cara simple random dan stratified sampling karena seringkali sampel yang saling berdekatan memiliki sifat-sifat mirip. Hal ini kurang menggambarkan populasi yang sebenarnya.
5. Pengambilan contoh bertahap (multistage sampling)
Keuntungan:
a. Lebih efisien dan fleksibel daripada pengmabilan contoh scara langsung (single stage sampling).
b. Pelaksanaannya mudah karena akan memperkecil jumlah sampel dan menghemat biaya.
Kelemahan: tampak agak sulit dalam teori karena agak kompleks.
Dari uraian di atas kita melihat bahwa setiap cara memiliki keuntungan dan kelemahan sehingga cara mana yang paling tepat untuk dipakai akan ditentukan oleh macam populasi unsur-unsur dalam populasi, serta tidak ketinggalan pula tenaga, waktu, dan dana dari penelitian yang bersangkutan.
Perbedaan antara Simple Random Sampling, Stratified Random Sampling dan Cluster Random Sampling
ITEM SIMPLE RANDOM SAMPLING STRATIFIED RANDOM SAMPLING CLUSTER RANDOM SAMPLING
Bila digunakan 1. Jika populasi tidak terlalu menyebar menurut area
2. Jika populasi kurang lebih homogeny dalam sifat yang ingin diukur 1. Jika populasi dari sifat yang ingin diteliti sangat mengelompok di satu tempat dan sporadic di tempat yang lain
2. Jika estimate yang cukup tepat diinginkan untuk bagian tertentu dari populasi 1. Biaya penelitian terbatas
2. Jika populasi dapat dikelompokkan menurut cluster-cluster
Kebaikan 1. Mean sampel merupakan estimate tidak bias dari mean populasi
2. Metode estimasi mudah dan sederhana 1. Adanya stratifikasi dapat menambah presisi estimate
2. Sangat memudahkan secara administrasi 1. List populasi tidak diperlukan
2. Biaya untuk membuat list sudah berkurang
3. Biaya transport lebih murah
Keburukan 1. Sampel yang terpilih dapat menyebar sehingga meninggikan biaya transport
2. Frame populasi atau list diperlukan
3. Sampel yang terpilih bisa tidak tipikal populasi 1. List dari populasi dari tiap stratum diperlukan
2. Biaya transport tinggi apalagi jika daerah cukup luas 1. Biaya untuk analisa dan mengerjakan lebih besar
2. Prosedur dalam mengadakan estimasi sukar
Beberapa contoh non probability sampling
• Accidental sampling
Sampling dimana cara memilih elemen-elemen untuk menjadi anggota sample ditentukan dengan subjektif sekali, artinya sesuka hati saja dan hasilnya kasar sekali sehingga kurang mewakili
• Quota sampling
Sampling seperti stratified random sampling akan tetapi jumlah elemen dari setiap stratum ditentukan terlebih dahulu (artinya setiap stratum diberi jatah atau Quota. Mungkin pemilihannya juga tidak random, sangat subjektif)
• Purposive sampling
Sampling dimana pengambilan elemen-elemen yang dimasukkan dalam sample dilakukan dengan sengaja, dengan catatan bahwa sample tersebut representative atau mewakili populasi. Sering juga disebut judgement sampling.
Kesulitan dalam penentuan sampel penelitian umumnya terkait dengan upaya pemenuhan kriteria sampel yang baik, yaitu memenuhi syarat akurasi dan dapat menghasilkan data yang validitas dan reliabilitasnya memadai (Friedrich,2003). Validitas data dapat dilihat dari ketaatan peneliti menggunakan prosedur untuk mengambil data (sampel), sedangkan reliabilitas data diindikasikan dengan tingkat keterwakilannya terhadap populasi penelitian (Neuman, 2000). Namun demikian sampel yang baik tidak mudah diperoleh mengingat masih banyaknya kendala seperti keterbatasan biaya dan waktu penelitian serta kesalahan-kesalahan penentuan sampel yang tidak disadari oleh peneliti (Losh,2000).
DALAM PENENTUAN SAMPEL
1. Sampling Frame
2. Sampling Size
3. Sampling Technique = Sampling Procedure
Kenapa kita melakukan teknik sampling:
1. Lebih murah
2. Lebih mudah
3. Lebih cepat
4. Dapat mewakili populasi
Teknik /prosedur sampling
1. Tentukan populasi
2. Tentukan prosedur sampling
3. Tentukan besar sampel
Langkah-langkah teknik sampling:
1. Tentukan populasi
2. Buat daftar subyek
3. Pilih sampel melalui prosedur yang sudah ditetapkan
Penetapan populasi
1. Relevansi sampel à populasi à masalah/tujuan penelitian
2. Relevansi teknik metodologis: apakah variabel dapat diukur pada sampel
3. Identifikasi unit analisis: subyek terkecil yang akan diamati
4. Tentukan batas-batas populasi
- aspek geografik
- aspek subyek
Penetapan prosedur sampling, perhatikan:
1. Relevansi populasi terhadap inti permasalahan penelitian
2. Representativitas sampel terhadap populasi
3. Obyektivitas, validitas, reliabilitas observasi/pengukuran
4. Relevansi data dengan jawaban yang dikehendaki
Representativitas:
1. Apakah ciri-ciri unit analisis identik dengan ciri-ciri populasi
2. Apakah perubahan-perubahan pada sampel identik dengan perubahan pada populasi
Representativitas tergantung pada:
1. Homogenitas populasi
2. Jumlah (besar) sampel
3. Banyaknya karakteristik subyek yang akan diteliti
4. Adekuitas tehnik pemilihan sampel
Jenis-jenis sampling design:
I.Probability Sampling
a. Acak sederhana (simple random sampling)
b. Rancangan acak berstrata
(Stratified random sampling)
- sederhana
- proporsional
c. Rancangan klaster (Cluster sampling)
Dalam praktek kita seringkali dihadapkan dengan kenyataan dimana kerangka sampel (cluster sampling frame) yang digunakan untuk dasar pemilihan sampel tidak tersedia atau tidak lengkap, dan biaya untuk membuat kerangka sampel tersebut terlalu tinggi. Untuk mengatasi hal tersebut, maka unit-unit analisa dalam populasi digolongkan ke dalam gugus-gugus yang disebut clusters, dan ini akan merupakan satuan-satuan darimana sampel akan diambil. Jumlah gugus yang diambil sebagai sampel secara acak. Kemudian untuk unsur-unsur penelitian dalam gugus tersebut diteliti semua.
Keuntungan dari metode ini ialah tidak diperlukan daftar kerangka sampling dengan unsur-unsurnya tetapi keburukannya ialah sangat sulit untuk menghitung standar kesalahan (standar error)
d. Rancangan bertingkat (Multistage sampling)
Dalam praktek sering kita jumpai populasi yang letaknya sangat tersebar secara geografis,sehingga sangat sulit untuk mendapatkan kerangka sampel dari semua unsure-unsur yang terdapat dalam populasi tersebut. Untuk mengatasi hal ini maka unit-unit analisa dikelompokkan kedalam gugus-gugus yang merupakan satuan-satuan dari sampel yang akan diambil. Pengambilan sampel dilakukan melalui tahap-tahap tertentu. Jadi satu populasi dapat dibagi-bagi dalam gugus tingkat pertama, kemudian gugus-gugus tingkat pertama ini dapat pula dibagi-bagi dalam gugus-gugus tingkat kedua dan selanjutnya.
II. Non-Probability sampling
a. Purposive
b. Kuota
c. Convenience
SIMPLE RANDOM SAMPLING
• Untuk sample homogen
• Untuk sample besar
Teknik:
1. Dengan bilangan random
2. Dengan tehnik komputer
3. Dengan undian
4. Sistematik – kurang baik
RUMUS BESAR SAMPLE
1.Penelitian survey/observational
a. Populasi diketahui
b. Populasi tidak diketahui
2. Penelitian eksperimental
a. N diketahui
b. N tidak diketahui
c. Uji klinis paralel à Pocock
d. Ujia klinis serial à Corlton
3. Uji Korelasi
MACAM PENYIMPANGAN DAN SEBABNYA
Besar penyimpangan yang dapat ditoleransi dalam sebuah penelitian, tergantung pada sifat penelitian itu sendiri. Ada penelitian yang dapat mentoleransikan penyimpangan yang besar; sebaliknya ada juga penelitian-penelitian yang menghendaki penyimpangan yang kecil, sebab penyimpangan yang besar dapat menimbulkan kesimpulan yang salah.
Dalam sebuah penelitian, ada kemungkinan timbul 2 macam penyimpangan, yaitu :
A. Penyimpangan karena Pemakaian Sampel (Sampling Error)
Seandainya tidak ada kesalahan pada pengamatan, satuan-satuan ukuran, definisim
pengolahan data dan sebagainya, maka perbedaan itu hanya disebabkan oleh pemakaian sampel. Mudah dimengerti bahwa semakin besar sampel yang diambil, semakin kecil pula terjadinya penyimpangan. Apabila sampel itu sudah sama besar dengan populasi, maka penyimpangan oleh pemakaian sampel akan hilang.
B. Penyimpangan Bukan oleh Pemakaian Sampel (Non Sampling Error)
Golongan penyimpangan ini ditimbulkan oleh berbagai hal, di antaranya adalah :
1) Penyimpangan karena kesalahan perencanaan
2) Penyimpangan karena penggantian sampel
3) Penyimpangan karena salah tafsir petugas
4) Penyimpangan karena salah tafsir responden
5) Penyimpangan karena responden sengaja salah menjawabnya
6) Penyimpangan karena kesalahan pengolahan data dan penerbitan
Populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta cirri-ciri yang telah ditetapkan. Kualitas atau ciri tersebut dinamakan variabel. Sebuah populasi dengan jumlah individu tertentu dinamakan populasi finit sedangkan jika jumlah individu dalam kelompok tidak mempunyai jumlah yang tetap ataupun jumlahnya tidak terhingga disebut populasi infinit. Misalnya jumlah petani dalam sebuah desa adalah populasi finit. Sebaliknya, jumlah pelemparan mata dadu yang terus menerus merupakan populasi infinit.
Keterangan mengenai populasi dapat dikumpulkan dengan dua cara. Pertama, tiap unit populasi dihitung. Cara ini disebut sensus atau somplete enumeration. Kedua, perhitungan-perhitungan dilakukan hanya pada bagian unit populasi saja. Keterangan diambil dari “wakil” populasi, atau dari sampel. Teknik ini dinamakan survey sampel (sample survey) atau sample enumeration.
Sebuah sampel adalah bagian dari populasi. Survei sampel adalah suatu prosedur dalam mana hanya sebagian dari populasi saja yang diambil dan dipergunakan untuk menentukan sifat serta cirri yang dikehendaki dari populasi.
Istilah populasi dan sampel tepat digunakan jika penelitian yang dilakukan mengambil sampel sebagai subjek penelitian. Akan tetapi jika sasaran penelitiannya adalah seluruh anggota populasi, akan lebih cocok digunakan istilah subjek penelitian, terutama dalam penelitian eksperimental.
Dalam survei, sumber data lazim disebut responden dan dalam penelitian kualitatif disebut informan atau subjek tergantung pada cara pengambilan datanya. Penjelasan yang akurat tentang karakteristik populasi penelitian perlu diberikan agar besarnya sampel dan cara pengambilannya dapat ditentukan secara tepat.
Tujuannya adalah agar sampel yang dipilih benar-benar representatif, dalam arti dapat mencerminkan keadaan populasinya secara cermat. Kerepresentatifan sampel merupakan kriteria terpenting dalam pemilihan sampel dalam kaitannya dengan maksud menggeneralisasikan hasil-hasil penelitian sampel terhadap populasinya. Jika keadaan sampel semakin berbeda dengan kakarteristik populasinya, maka semakin besar kemungkinan kekeliruan dalam generalisasinya.
Jadi, hal-hal yang dibahas dalam bagian Populasi dan Sampel adalah
(a) identifikasi dan batasan-batasan tentang populasi atau subjek penelitian,
(b) prosedur dan teknik pengambilan sampel, serta
(c) besarnya sampel.
Beberapa Istilah Penting dan Isu di Sekitar Penentuan Sampel
Karena berbagai alasan, tidak semua hal yang ingin diramalkan atau dikendalikan dapat diteliti. Penelitian ilmiah boleh dikatakan hampir selalu hanya dilakukan terhadap sebagian saja dari hal-hal yang sebenarnya mau diteliti. Jadi penelitian hanya dilakukan terhadap sampel, tidak terhadap populasi. Namun kesimpulan-kesimpulan penelitian mengenai sampel itu akan dikenakan atau digeneralisasikan terhadap populasi. Generalisasi dari sampel ke populasi ini mengandung resiko bahwa akan mengandung ketidak tepatan atau kekeliruan, karena sampel tidak akan mencerminkan secara tepat keadaan populasi. Makin tidak sama sampel itu dengan populasinya, maka makin besar kemungkinan kekeliruan dalam generalisasi itu. Karena hal demikian itulah maka teknik pengambilan sampel menjadi sangat penting peranannya dalam penelitian. Berbagai teknik penenutan sampel itu pada hakekatnya adalah cara-cara untuk memperkecil kekeliruan generalisasi dari sampel ke populasi. Hal ini dapat dicapai kalau diperoleh sampel yang representatif, yaitu sampel yang benar-benar mencerminkan populasinya.
Di antara berbagai teknik penentuan sampel yang dianggap paling baik adalah penentuan sampel secara rambang (random sampling). Kebaikan teknik ini tidak hanya terletak pada teori yang mendasarinya, tetapi juga pada bukti-bukti empiris. Perkembangan teknologi komputer telah memungkinkan orang melakukan berbagi simulasi untuk membuktikan keunggulan teknik pengambilan sampel secara acak itu.
Di dalam penentuan sampel secara acak, semua anggota populasi, secara individual atau secara kolektif, diberi peluang yang sama untuk menjadi anggota sampel. Alat untuk mengambil sampel secara acak ini yang paling praktis (dan dianggap paling valid juga) ialah degan menggunakan tabel bilangan acak atau kalkulator yang mempunyai program untuk bilangan acak. Jika besarnya populasi terbatas, peluang acak dapat diberikan kepada anggota-anggota populasi secar individual. Tetapi kalu populasi itu sangat besar, sebaiknya peluang acaknya diberikan kepada anggota_anggota populasi secara kelompok, dan kalau perlu dilanjutkan dengan acak individual.
Walaupun teknik pengambilan sampel secara acak itu merupakan teknik yag terbaik, namun tidak selalu dapat dilaksanakan, karena berbagai alasan. Kadang-kadang orang terpaksa puas dengan sampel rumpun (cluster sample), karena rumpun-rumpun yang merupakan kelompokan indiviu-individu itu yang tersedia sebagai unit-unit dalam populasi. Penelitian mengenai murid-murid sekolah biasanya tidak menggunakan teknik pengambilan sampel secara acak. Yang mendapat peluang sama untuk menjadi sampel bukan murid secar individual, melainkan sekolah( jadi murid secara kelompok)
Seringkali terjadi pula sampel yang diambil dari rumpun-rumpun yang telah ditentukan atau tersedia. Teknik yang demikian disebut penentuan sampel secara bertingkat. Kalau dari kelompok-kelompok yang tersedia itu diambil sampel-sampel yang sebanding dengan besarnya kelompok dan pengambilannya secara acak, maka teknik itu disebut pengambilan sampel secara acak proporsionak (Proportional random sampling)
Ada 4 parameter yang biasa dianggap menentukan representativeness suatu sampel, yaitu :
1. Variabilitas populasi
2. Besar sampel
3. Teknik penentuan sampel
4. Kecermatan memasukkan ciri-ciri populasi dalam sampel
Variabilitas populasi. Dari keempat parameter tersebut di atas itu variabilitas populasi merupakan hal yang sudah “given”, artinya peneliti harus menerima sebagaimana adanya, dan tidak dapat mengatur atau memanipulasikannya. Ketiga parameter yang lain tidak demikian halnya, peneliti dapat mengatur atau memanipulasikannya untuk meningkatkan taraf representative sampel.
Besar sampel. Makin besar sampel yang diambil akan makin tinggi taraf representative sampelnya. Ketentuan ini berlaku selama populasinya tidak homogeny secara sempurna. Jika populasinya homogeny secara sempurna, besar sampel tidak mempengaruhi taraf representatifnya sampel. Untuk populasi yang demikian itu sampel cukup kecil saja.
Teknik penentuan sampel. Makin tinggi tingkat acak dalam penentuam sampel, akan makin tinggilah tingkat representative sampelnya. Ketentuan ini juga hanya berlaku selama populasinya tidak homogeny secara sempurna. Jika populasinya homogeny secara sempurna acak sama sekali tidak diperlukan.
Kecermatan memasukkan cirri-ciri populasi. Makin lengkap cirri-ciri populasi yang dimasukkan kedalam sampel, akan makin tinggi tingkat representative sampel.
Dengan mempertimbangkan parameter-parameter diatas, penelitian daiharapkan dapat menentukan sampel yang paling tinggi tingkat representatifnya yang mungkin dicapai. Kecakapan untuk ini seperti untuk melakukan langkah-langkah yang lain dalam penelitian, sangat tergantung kepada latihan dan pengalaman.
Pemahaman terhadap beberapa istilah yang selalu muncul dalam prosedur penentuan sampel penelitian sangat diperlukan. Di bawah ini adalah definisi beberapa istilah yang dirangkum dari berbagai sumber :
populasi: himpunan unit penelitian yang lengkap / utuh terdiri dari nilai/skor/ukuran peubah-peubah yang bersifat majemuk
sampel:bagian dari populasi yang memberikan keterangan atau data untuk suatu penelitian yang terdiri dari nilai/ skor/ukuran peubah-peubah yang bersifat terbatas jumlahnya. Sampel diperlukan jika populasi penelitian relatif besar
unit analisis: unit yang menjadi tempat untuk mengumpulkan informasi
sensus: sampel yang mencakup seluruh populasi
statistik: rangkuman deskriptif peubah-peubah dalam sampel yang nilainya dihitung berdasarkan sampel. Variasi nilai statistik tergantung pada sampel yang dipilih
kerangka sampel (sampling frame) : daftar semua unsur dalam populasi yang akan menjadi sumber informasi untuk menarik sampel penelitian
keterwakilan sampel(representativeness):tingkatan yang menunjukkan kesesuaian suatu sampel terhadap populasi sasaran penelitian dalam hal karakteristik utamanya.
kesalahan dalam penentuan sampel: ketidaksesuaian antara data yang diambil dari sampel dengan data populasi yang sebenarnya akibat kesalahan proses penentuan sampel
Pada umumnya peneliti tidak dapat melakukan pengamatan secara langsung terhadap semua unit atau individu yang ada dalam populasi penelitian. Sebagai gantinya mereka mengambil data dari sebagian populasi – yang disebut sampel, dan menggunakannya untuk meyimpulkan keadaan seluruh populasi yang diteliti. Melalui pengambilan sampel maka jumlah pengukuran yang dilakukan akan berkurang dan pada gilirannya akan dapat mengurangi biaya dan waktu yang diperlukan untuk melakukan penelitian.
Idealnya, sampel mempunyai kesesuaian karakteristik dengan populasinya yang diamati, sehingga kesimpulan peneliti benar untuk semua populasi. Kesesuaian karateristik antara sampel dengan populasinya (representasi) ini merupakan hal yang paling penting dan akan menentukan kualitas penelitian. Ada 3 faktor yang mempengaruhi tingkat keterwakilan suatu sampel, yakni ukuran sampel, variabilitas populasi serta fraksi populasi yang diambil sampelnya (Freedman, 2004). Sampel yang tinggi tingkat keterwakilannya secara ilmiah menghasilkan informasi tentang komposisi seluruh populasi.
Perkiraan tentang populasi tersebut dapat diperoleh dari daftar atau peta informasi yang sering disebut kerangka sampel (sampling frame). Jika kerangka sampel yang digunakan tidak lengkap atau kurang akurat, maka akan terjadi kesalahan sistematik dalam penarikan sampel. Jika sampel ditentukan dengan cara yang benar dan dengan kerangka sampel yang lengkap, maka tidak akan terjadi kesalahan sampel, bahkan untuk sampel yang ukurannya sangat sekalipun.
Tingkat keterwakilan sampel seringkali dipengaruhi oleh ukuran sampel yang diambil, terutama jika populasi penelitiannya sangat besar. Logikanya, untuk mendapatkan tingkat keterwakilan sampel yang tinggi, diperlukan ukuran sampel yang besar pula (Neuman, 2000). Jika populasinya besar, penentuan sampel menjadi tidak praktis dan terkadang sulit dilakukan karena tujuan utama pengambilan sampel adalah efisiensi biaya dan waktu. Namun demikian, ukuran sampel bukan jaminan untuk menghasilkan sampel yang representatif. Ukuran sampel besar jika tidak diambil secara acak atau tanpa kerangka sampel yang lengkap, akan kurang representatif dibandingkan dengan sampel yang kecil (Freedman, 2004).
Sebuah sampel haruslah dipilih sedemikian rupa sehingga setiap satuan elementer mempunyai kesempatan dan peluang yang sama untuk dipilih dan besarnya peluang tersebut tidak boleh sama dengan 0.Di samping itu pengambilan sampel yang secara acak (random) harus menggunakan metode yang tepat yang sesuai dengan cirri-ciri populasi dan tujuan penelitian. Meskipun sebuah sampel tdd sebagian populasi tetapi sebagian dari populasi itu tidak selalu dapat disebut sebuah sampel apabila cara pengambilannya tidak benar.
Suatu metode pengambilan sampel yang ideal mempunyai cirri-ciri sifat seperti di bawah ini
1. Dapat menghasilkan gambaran yang dapat dipercaya dari seluruh populasi yang diteliti
2. Dapat menentukan presisi dari hasil penelitian dengan menentukan penyimpanan baku (standard) dari taksiran yang diperoleh
3. Sederhana hingga mudah dilaksanakan
4. Dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan biaya serendah rendahnya (Teken 1965:38)
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 1998). Adapun populasi menurut Nazir (1999) adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan. Populasi berkenaan dengan data, bukan dengan orangnya ataupun bendanya. Jadi yang dimaksud dengan populasi adalah keseluruhan subyek atau unit penelitian yang akan dianalisis.
Pernyataan tersebut senada dengan apa yang dikemukakan oleh Nazir (1999) bahwa sampel adalah bagian dari populasi. Dengan demikian sampel adalah suatu bagian (subset) dari populasi yang dianggap mampu mewakili populasi yang akan diteliti.
Mengenai penentuan besarnya sampel Arikunto (1998:120) mengemukakan di dalam pengambilan sampel apabila subyeknya kurang dari 100 diambil semua sehingga penelitian merupakan penelitian populasi.
Populasi adalah setiap subyek yang memenuhi kriteria yang ditentukan, atau sekumpulan subyek dalam satu setting tertentu atau yang mempunyai kesamaan ciri tertentu
Populasi adalah objek utama dari penelitian yang direncanakan.
Populasi bisa terkait dengan manusianya serta tindakannya maupun objek lain yang ada di alam. Apabila populasi dalam jumlah banyak, maka diadakan sampel disesuaikan dengan kaedah keilmuan.
Perkataan unit digunakan dalam pengertian yang lebih luas untuk menyatakan setiap item yang terhadapnya dilakukan pengamatan. Unit dapat berupa suatu rumah tangga, sebuah pabrik, seseorang dan sebgainya. Perkataan “populasi” digunakan untuk menyatakan kumpulan (totalitas) dari semua unit statistic yang menjadi obyek pengamatan.
Sebagaimana diketahui kadang-kadang perlu dibedakan antara populasi terbatas dan tidak terbatas. Populasi terbatas adalah suatu populasi yang banyak unitnya mempunyai batas , sedangkan populasi tidak terbatas adalah suatu populasi yang banyak unitnya tidak terbatas atau tidak bisa ditentukan batasnya, seperti semua ikan d laut atau seluruh pasir di pantai.
Ada beberapa teknik menentukan sample, antara lain :
1. Random sampling/sampling acak
- Sampling acak sederhana
- Sampling acak beraturan (ordinal sampling)
- Sampling acak dengan bilangan random
2. Sampling kelompok /cluster sampling, yaitu mengambil sampel dengan membuat ciri dari kelompok populasi. Cont kls 1 SMP dengan latar belakang pekerjaan atau pendidikan orang tua,
3. Sampling berstrata atau bertingkat, yaitu apabila dalam populasi terdapat strata. Cont. ada kelas 1,2 dan 3.
4. Sampling bertujuan/purposive sampling,
5. Sampling daerah atau wilayah,
6. Sampling kembar,
7. Sampling berimbang.
4 FAKTOR YANG HARUS DIPERTIMBANGKAN DALAM MENENTUKAN BESARNYA SAMPEL SUATU PENELITIAN
1. Derajat keseragaman ( degree of homogenity )
Makin seraganm populasi itu, makin kecil sampel yang dapat diambil. Apabila populasi itu seragam sempurna (completely homogenous), maka satu satuan elementer saja dari seluruh populasi itu sudah cukup representative untuk diteliti. Dan jika sebaliknya, maka hanya pencacahan lengkaplah yang dapat memberikan gambaran yang representataif
2. Presisi yang dikehendaki dari penelitian
Pada sensus lengkap, presisi ini menjadi mutlak karena nilai taksiran sama dengan parameter. Atau dengan cara lain dapat pula dikatakan bahwa besarnya sampel uang diambil dengan besarnya kesalahan (error) terdapat hubungan yang negative.
3. Rencana analisa
Adakalanya besar sampel sudah mencukupi dengan presisi yang dikehendaki, tetapi kalau dikaitkan dengan kebutuhan analisa, maka jumlah sampel tersebut kurang mencukupi.
4. Tenaga, biaya dan waktu
Kalau menginginkan presisi yang tinggi maka jumlah sampel harus besar. Tetapi apabila dana, tenaga dan waktu terbatas, maka tidaklah mungkin untuk mengambil sampel yang besar, dan ini berarti presisinya akan menurun.
TEORI PENENTUAN JUMLAH SAMPEL DARI POPULASI
• Pada dasarnya tidak ada rumus tertentu dalam penarikan sampel dari populasi;
• Pada prinsipnya semakin besar jumlah sampel yang ditarik dari populasi maka kemungkinan kesalahan penilitian semakin kecil;
• Penarikan sampel harus dapat mewakili populasi.
HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM MENENTUKAN SAMPEL DARI POPULASI
1. Menentukan objek penelitian
2. Menentukan populasi penelitian
3. Menentukan ukuran dan teknik sampling
4. Mengambil sampel.
SAMPEL
• Adalah himpunan bagian atau sebagian dari suatu populasi
• Proses pengambilan sampel dari suatu populasi disebut tehnik sampling
• Keuntungan tehnik sampling:
Sampling ialah suata cara pengumpulan data yang sifatnya tidak menyeluruh, artinya tidak mencakup seluruh obyek penelitian (populasi = universe ) akan tetapi hanya sebagian dai populasi saja, yaitu hanya mencakup sampel yang diambil dari populasi tersebut.
Pada dasarnya ada dua macam sampling yaitu : Probability sampling dan non probability sampling. Probability sampling ialah suatu suatu sampling di mana pemilihan obyek atau elemen dari populasi yang akan dimasukkan di dalam sampel didasarkan atas nilai probability. Penggunaan probability sampling ini penting sekali apabila kita akan membuat analisis statistic yang mendalam, misalnya ingin membuat perkiraan interval ( Interval Estimate ) atau pengujian hipotesa ( testing hypotestic) atas hasil penelitian tersebut. Kalau soalnya hanya ingin membuat perkiraan tunggal (point estimate) misalnya rata-rata, persentase, maka cukup dengan non probability sampling.
Menurut Moh. Nazir, probability sample adalah suatu sampel yang diatrik sedemikian rupa di mana suatu elemen (unsure) individu dari populasi, tidak didasarkan pada pertimbangan pribadi tetapi tergantung kepada aplikasi kemungkinan (probabilitas). Jika pemilihan individu dari populasi didasarkan atas pertimbangan pribadi, maka sampel tersebut dinamakan judgement sample.
Dalam hal menarik sampel, maka kita selalu melakukan cara sampling without replacement. Ini dimaksudkan bahwa individu yang telah ditarik tidak dimasukkan kembali dalam kelompok populasi dalam melakukan penarikan individu berikutnya.
Beberapa Terminologi
Survei sampel adalah berkenaan dengan pengukuran keadaan ataupun atribut dari entitas tertentu, seperti keluarga, areal, produksi, usaha tani, guru, penyakit, dan sebagainya. Atribut serta objek yang menjadi tujuan penelitian disebut sifat atau cirri (characteristic). Unit yang mempunyai sifat ini dinamakan unsur (element) atau unit elementer (elementary unit). Unsur atau unit elementer adalah sebuah objek pada mana akan dilakukan pengukuran-pengukuran. Unit elementer ini mempunyai sifat kuantitatif (dapat diukur dengan unit-unit pengukuran tertentu seperti kg, meter, rupiah, micron, dan sebagainya) ataupun mempunyai sifat kualitatif yang diukur dengan suatu rasio tentang ada atau tidak adanya suatu sifat kualitatif tersebut. Pendapatan petani misalnya, mempunyai sifat kuantitatif, karena dapat diukur dengan rupiah. Sebaliknya, jenis kelamin, merupakan sifat kualitatif.
Kumpulan dari ukuran unit-unit elementer disebut populasi. Populasi adalah kumpulan dari ukuran-ukuran tentang sesuatu yang ingin kita buat inferensi. Populasi adalah berkenaan dengan data, bukan dengan orangnya ataupun bendanya. Jadi, misalnya populasi adalah luas sawah, umur mahasiswa, berat kerbau, bukan sawah, mahasiswa atau kerbau.
Unit yang membentuk basis dari proses sampling dinamakan unsur sampling. Dengan perkataan lain, unit sampling adalah kumpulan dari unsur-unsur dari populasi yang tidak tumpang tindih. Unit sampling ini dapat saja elementary unit ataupun kelompok dari unit elementer. Misalnya, kita ingin mengetahui pendapatan petani. Populasinya adalah pendapatan petani. Kita dapat menjadikan petani sabagai unit sampling. Tetapi dapat juga kita buat kampung sebagai unit sampling dimana dalam 1 kampung terdapat sekelompok unit elementer. Jika di tiap unsur sampling mempunyai satu dan hanya satu elemen dari populasi, maka unit sampling adalah identik dengan unit elementer. Dalam hal di atas, kita mengadakan sampling petani dan bukan sampling kampung dalam mengadakan estimasi terhadap pendapatan petani.
Sampel adalah kumpulan dari unit sampling. ia merupakan subset dari populasi. Sampel adalah kumpulan dari unit sampling yang ditarik biasanya dari sebuah frame. Langkah-langkah yang akan kita ambil untuk memperoleh sampel dari sebuah populasi kita sebut sampling plan (rencana sampling). sebuah frame adalah list atau urutan unti sampling yang tersedia. Misalnya, dalam hal meneliti pendapatan petani, maka jika petani yang kita gunakan sebagai unit sampling, maka list dari petani yang tercatat dalam “pemilu”, dapat kita gunakan sebagai sampling frame. Atau, jika kampung yang kita gunakan sebagai sampling unit, maka list dari kampung yang ada pada kantor pemerintah dapat kita gunakan sebagai frame. Dan dari frame inilah kita tarik sampel yang kita inginkan.
Kuantitas yang dapat menjelaskan tentang sifat-sifat populasi disebut parameter. Misalnya, mean dan variance populasi adalah parameter.. parameter populasi adalah konstan dan mempunyai nilai yang tetap untuk populasi tertentu. Biasanya, mean populasi dinyatakan dengan µ dan variance populasi dinyatakan dengan δ.
Di lain pihak, kita juga mempunyai kuantitas yang dihitung dari sampel dan digunakan untuk menerangkan sampel. Ini dinamakan statistik. Misalnya, mean sampel adalah statistik. Variance sampel adalah statistik. Mean sampel biasanya ditulis dengan huruf X dan variance sampel ditulis dengan s² atau V(x).
Mengadakan generalisasi terhadap populasi dengan dasar sampel yang diambil dari populasi tersebut, kita namakan inferensi statistik. Dengan perkataan lain, kita membuat sesuatu generalisasi terhadap parameter berdasarkan statistik. Dalam inferensi statistik ini kita mengerjakan 2 hal, yaitu mengadakan estimasi dan menguji hipotesa.
Parameter populasi biasanya tidak kita ketahui. Parameter ini kita estimasikan berdasarkan statistik dari sampel. Yang kita peroleh dinamakan estimat. Ada dua jenis estimat, yaitu estimat titik atau point estimate dan estimat interval. Mean dari sampel adalah estimat titik dari median populasi dan variance dari sampel adalah estimat titik dari variance populasi.
Hipotesa adalah suatu statemen tentatif tentang parameter populasi atau tentang distribusi populasi. Hipotesa bisa saja benar dan bisa saja salah dan hipotesa selalu terbuka terhadap kecurigaan. Hipotesa ini akan diuji, dengan teknik pengujian tersendiri, sehingga dapat diambil suatu kesimpulan apakah hipotesa tersebut diterima atau ditolak.
Sampel dan Sensus
Menurut Dr. M. Suparmoko, sampling seperti telah disinggung di atas adalah proses pemilihan beberapa obyek untuk contoh (sample) dari seluruh obyek (populasi) yang akan diteliti sifat-sifatnya. Contoh yang kita ambil karenanya merupakan bagian dari populasi dan harus dapat mewakili populasinya dan menggambarkan karakteristik serta sifat-sifat populasinya. Sampling berbeda dengan cara pengkajian secara kesluruhan, artinya yang terakhir ini dikerjakan dengan meneliti satu per satu atau bagian demi bagian obyek yang menjadi anggota populasi itu. Cara ini kita namakan sensus.
Contoh dalam sampling. kita mengambil beberapa lembar daun pepaya kemudian kita rebus dan kita ambil airnya lalu diminum. Kalau ini terasa pahit, maka kita akan mengambil kesimpulan bahwa air daun pepaya itu pahit.
Contoh dari sensus. Kita mengambil semua daun pepaya yang ada di pohon pepaya kemudian direbus dan diambil airnya untuk diminum. Ternyata rasanya pahit sehingga kita simpulkan bahwa air daun pepaya itu rasanya pahit.
Dari contoh di atas terbukti bahwa baik dengan cara sampling maupun cara sensus, kesimpulan yang dihasilkan harus sama saja, yaitu bahwa daun pepaya itu pahit rasanya. Contoh lain ialah bila kita ingin mengukur tinggi rata-rata penduduk suatu desa. Kalau kita lakukan pengukuran terhadap setiap orang yang tinggal di desa tersebut, maka dalam hal ini kita melakukan sensus. Tetapi bila kemudian kita kekurangan dana, tenaga, maupun waktu, maka kita dapat mengambil beberapa dari penduduk di desa itu lalu kita ukur tingginya, kemudian di rata-rata. Cara yang terakhir itu kita sebut sampling atau mengambil contoh, dan dari beberap contoh itu diharapkan dapat diketahui tinggi rata-rata penduduk desa tersebut. Jadi, hasil dari sampel diharapkan mewakili populasinya, atau memberi gambaran tentang populasinya.
Survey adalah pengumpulan informasi tentang sekelompok manusia dimana suatu hubungan langsung dengan obyek yang dipelajari, seperti individu, organisasi, masyarakat dan sebagainya, diadakan melalui suatu cara yang sistematis seperti pengisian daftar pertanyaan, wawancara, dan lain sebagainya.
Sensus adalah suatu survey dimana informasi yang dikumpulkan diambil dari semua anggota populasi atau kelompok yang diperlajari. Sample survey merupakan suatu studi dimana informasi itu dikumpulkan dari sebagian unsur populasi yang dipilih (sampel) untuk mewakili seluruh unsur populasi itu. Dengan kata lain, sampel survey ini merupakan survey terhadap sampel yang mewakili populasinya, untuk memberikan gambaran yang benar tentang populasinya.
Sample survey lebih sering digunakan dalam penelitian daripada cara sensus karena beberapa alasan:
1. Sample survey lebih cepat dan lebih murah.
Suatu contoh tentu lebih sedikit daripada jumlah seluruh populasinya, sehingga pengumpulan dan pengolahan data dari sampel itu akan lebih cepat pula. Demikian pula karena sampel itu hanya bagian dari populasi, ini berarti bahwa biaya pengumpulan informasinya akan lebih murah pula.
2. Sample survey akan menghasilkan informasi yang lebih lengkap dan mencakup banyak hal.
Sejumlah sampel yang kecil dapat diteliti secara lebih mendalam dan menyeluruh karena akan membutuhkan biaya yang relatif lebih sedikit bagi penelitian yang mendalam tapi obyeknya kecil.
3. Sample survey akan lebih diteliti
Karena jumlah sampel yang kecil, maka kesalahan-kesalahan dalam pengumpulan dan pengolahan data juga relatif kecil dibanding dengan cara sensus.
4. Karena adanya penghematan baik waktu maupun uang, sample survey memungkinkan bagi adanya studi yang jauh lebih bermacam-macam daripada bila dengan uang dan waktu yang sama, kita harus menjalankan suatu sensus.
Dalam penelitian sosial yang menyangkut tingkah laku manusia, kita harus berhubungan/berbicara dengan orang lain yang ingin kita teliti sebagai sampel. Oleh karenanya kita harus memilih orang sebagai sampel untuk menjawab pertanyaan kita. Mereka itu sering disebut sebagai responden. Dalam hal ini kita melakukan suatu penelitian yang tidak didasarkan pada percobaan-percobaan (non-experimental research), yang kita bedakan dengan penelitian yang menggunakan percobaan-percobaan (experimental research).
Beberapa contoh probability sampling.
• Simple random sampling.
Adalah suatu metode pemilihan sampel dimana setiap unit sampling yang terdapat dalam populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi anggota sampel.
Metode pmilihan sampel dengan cara simple random sampling merupakan metode yang paling umum dan sederhana dari semua tipe probability sampling.
Sebuah sampel yang diambil sedemikian rupa sehingga tiap unit penelitian atau satuan elementer dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Tiap unit populasi diberi nomor. Kemudian sampel diinginkan ditarik secara random, baik dengan menggunakan random numbers ataupun dengan undian biasa.
Pemilihan unit dalam simple random sampling dilakukan satu persatu dengan peluang yang sama dengan dua cara, yaitu:
1. Simple random sampling dengan pengembalian
Proses pemilihan sampel dalam simple random sampling dengan pengembalian dilakukan sedemikian rupa dan mengembalikan unit yang sudah terpilih sebelum pengembalian unit yang berikutnya.
2. Simple random sampling dengan tanpa pengembalian
Proses pemilihan sampel dalam simple random sampling dengan tanpa pengembalian dilakukan sedemikian rupa dan tanpa mengembalikan unit yang sudah terpilih sebelum pengambilan unit berikutnya.
Dari kedua cara pemilihan tersebut, simple random sampling dengan tanpa pengembalian lebih efisien daripada simple random sampling dengan pengembalian. Walaupun metode ini dikatakan sangat umum dan sederhana, tetapi dalam praktek tidak dipakai secara luas.
Ada 2 metode pengambilan sampel acak sederhana yaitu :
1. Dengan pengundi unsur-unsur penelitian atau satuan-satuan elementer dalam populasi
Penggunaan cara ini hampir tidak praktis apabila populasinya besar karena :
- Hampir tidak mungkin untuk mengocok dengan seksama seluruh gulungan kertas undian
- Manusia selalu cenderung dengan angka-angka tertentu
2. Dengan menggunakan tabel angka acak (random)
Cara ini dipilih karena selain meringankan pekerjaan, juga memberikan jaminan yang jauh lebih besar, bahwa setiap unit elementer mempunyai probabilitas yang sama untuk terpilih.
• Stratified random sampling
Dalam praktek sering ditemukan populasi yang tidak homogeny. Makin heterogen suatu populasi, makin besar pula perbedaan sifat antara lapisan-lapisan tersebut. Presisi dan hasil yang dapat dicapai dengan penggunaan suatu metode pengambilan sampel, antara lain dipengaruhi oleh derajat keseragaman populasi yang bersangkutan.
Untuk dapat menggambarkan secara tepat mengenai sifat-sifat populasi yang heterogen, maka populasi yang bersangkutan harus dibagi-bagi dalam lapisan-lapisan (strata) yang seragam, dan dari setiap lapisan dapat diambil sampel secara acak. Dalam sampel berlapis, peluang untuk terpilih antara satu strata dengan yang lain mungkin sama, mungkin pula berbeda.
Tujuan untuk membuat strata adalah untuk mengurangi total keragaman dalam populasi dan dengan cara ini dapat pula mengurangi sampling error tanpa harus memperbesar ukuran sampel. Dalam pembentukan strata diusahakan agar setiap strata sehomogen mungkin, sehingga apa saja yang terambil dari suatu strata akan mewakili unit-unit yang lain dalam strata yang bersangkutan. Di samping kita membentuk strata sehomogen mungkin, tetapi kita dapat membentuk perbedaan antar strata sebesar mungkin.
Dengan cara sampel strata ini telah membantu untuk membuat sampel yang lebih mewakili. Stratisi mengatakan bahwa metode sampel sebagai “keragaman yang besar antar strata dan keragaman yang kecil dalam strata”. Hal ini akan lebih baik disbanding jika kita mengambil sampel dengan metode dimple random sampling dengan tidak membentuk strata.
• Systematic random sampling.
Menurut Josep R. Tarigan (1995:87), sampel sistematik adalah suatu pemilihan sampel yang diperoleh dari suatu kerangka sampel atau daftar semua unit dalam populasi, sesuai dengan suatu pola pengambilan yang sistematis yang telah ditentukan. Metode yang paling sering digunakan adalah memilih sampel dengan interval atau selang yang teratur dari kerangka sampel. Dengan metode ini tidak ada kesempatan berbagai kombinasi dari unit untuk terpilih.
Kenyataan ini memperlihatkan, bahwa sampel sistematik (systematic random sampling) menghasilkan sampel yang lebih efisien dan lebih mewakili daripada yang diperoleh melalui simple random sampling. Hal ini dapat dicapai dengan menyusun unit yang ada ke dalam suatu daftar dengan suatu susunan yang sesuai. Sebagai contoh, jika kita ingin mengambil sampel penduduk di suatu kota, maka kita dapat menyusun daftar penduduk berdasarkan usia. Prosedur sistematik akan memberikan perpencaran yang cukup baik dari umur yang tercakup dalam sampel.
Bentuk yang lain dari sampel sistematik disebut sampel sistematik berimbang (balance systematic sampling). dengan metode ini, populasi disusun berdasarkan urutan yang cocok dan pemilihan dibuat dengan jarakyang sama dari setiap ujung daftar.
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa sampel sistematik merupakan metode yang sangat baik dalam berbagai hal, karena tidak bias mudah dipahami dan dilaksanakan, khususnya yang berhubungan dengan tipe pengambilan sampel acak lainnya.
Apabila banyaknya satuan elementer yang akan dipilh cukup besar, maka pemilihan sampel dengan simple random sampling agak berat mengerjakannya.
Pengambilan sampel sistematis ialah suatu metode pengambilan sampel dimana hanya unsure pertama saja dari sampel dipilih secara acak, sedangkan unsur-unsur selanjutnya dipilih secara sistematis menurut suatu pola tertentu
Sampel sistematis sering menghasilkan kesalahan sampling (sampling error) yang lebih kecil, disebabkan anggota sampel memencar secara merata di seluruh populasi
Unit dari populasi diberi nomor dan diurutkan. Kemudian ditentukan satu nomor sebagai titik tolak menarik smpel. Nomor berikut dari anggota yang ingin dipilih ditentukan secara suatu sistematika, misalnya tiap nomor ke-m dari titik tolak dan dari unit selanjutnya akan dipilih sebagai anggota sampel.
Pada restricted sample, sampel ditarik dari populasi yang telah dikelompokkan lebih dahulu. Mula-mula populasi dibagi atas kelompok atau subsample. Sampel ditarik dari masing-masing kelompok tersebut, ataupun ditarik dari beberapa buah subpopulasi merupakan sampel di mana seluruh unit dalam kelompok-kelompok tersebut dijadikan anggota sampel, ataupun tidak seluruh anggota dari subpopulasi menjadi anggota sampel, tetapi hanya sebagian saja dari anggota subpopulasi tersebut yang dipilih menjadi anggota sampel.
Restricted sample dapat dibagi atas:
1. Multiple stage sample
2. Stratified sample
3. Cluster sample
4. Stratified cluster sample
Keterangan:
1. Multiple stage sample
Sampel ditarik dari kelompok populasi, tetapi tidak semua anggota kelompok populasi menjadi anggota sampel. Hanya sebagian dari anggota subpopulasi menjadi anggota sampel. Caranya bisa dengan equal probability ataupun dengan proportional probability. Pada equal probability, maka dari tiap kelompok populasi kita pilih sejumlah anggota tertentu untuk dimasukkan dalam sampel dan tiap anggota kelompok tersebut mempunyai probability yang sama untuk dimasukkan ke dalam sampel. Pada proportional probability, maka tiap anggota kelompok mempunyai probabilitas yang sebanding dengan besar relative dari kelompok-kelompok yang dimasukkan dalam subsample.
2. Stratified sample
Dalam kenyataan sering suatu populasi dapat terbentuk dari sederetan subpopulasi yang dapat diambil sampelnya secara terpisah dan masing-masing subpopulasi tersebut dikatakan sebagai lapisan atau strata.
Populasi dibagi dalam kelompok yang homogen lebih dahulu, atau dalam strata. Anggota sampel ditarik dari setiap strata. Jika tidak semua strata ditarik sampelnya, maka ia menjadi multiple stage sampling.
Tujuan untuk membuat strata adalah untuk mengurangi total keragaman dalam populasi dan dengan cara ini dapat pula mengurangi sampling eror tanpa harus memperbesar ukuran sampel. Dalam pembentukan strata diusahakan agar setiap strata sehomogen mungkin, sehingga apa saja yang terambil dari suatu strata akan mewakili unit-unit yang lain dalam strata sehomogen mungkin, tetapi kita dapat membentuk perbedaan antar strata sebesar mungkin.
Dengan cara sampel strata ini telah membantu untuk membuat sampel yang lebih mewakili. Statistisi mengatakan bahwa metode sampel sebagai “keragaman yang besar antar strata dan keragamab yang kecil dalam strata”. Hal ini akan lebih baik dibanding jika kita mengambil sampel dengan metode simple random sampling.
3. Cluster sampling
Sebagai pengganti memilih unit sampling secara individual, dilakukan pemilihan terhadap kelompok unit dan memasukkan seluruh unit di dalam kelompok terpilih sebagai bahagian dari sampel.
Sampel berkelompok kadang-kadang dikenal sebagai “area sampling” karena biasanya metode ini diterapkan berdasarkan daerah.
Berbeda dengan stratified sampling, tujuan dari cluster sampling adalah untuk mempunyai unit dalam suatu kelompok seheterogen mungkin dan antar kelompok yang berbeda sehomogen mungkin. Tipe sampling seperti ini mempunyai kelemahan, biasanya mempunyai sampling eror yang besar disbanding simple random sampling dengan ukuran yang sama. Tetapi keuntungannya adalah karena unit sampling berada dalam kelompok maka waktu perjalanan dari satu unit ke unit lain relative lebih singkat dan akibatnya biaya survey akan lebih rendah. Suatu keuntungan lain adalah kerangka sampel yang diperoleh cukup sederhana, yaitu cukup daftar nama.
Populasi dibagi dulu atas kelompok berdasarkan area atau cluster. Anggota subpopulasi tiap cluster tidak perlu homogeny. Beberapa cluster dipilih dulu sebagai sampel. Kemudian dipilih lagi anggota unit dari sampel cluster di atas. Dalam memilih anggota unit ini, bisa saja diambil seluruh elementary unit dari cluster atau sebagian dari unit elementer dari cluster. Biasanya randomisasi penarikan sampel hanya di kala memilih cluster, dan tidak di kala memilih anggota unit elementer.
Cluster sampling adalah teknik memilih sebuah sampel dari kelompok-kelompok unit-unit yang kecil, atau cluster. Populasi dari cluster merupakan subpopulasi dari total populasi. Unsure-unsur dalam cluster sifatnya tidak homogen, yang berbeda dengan unit-unit, elementer dalam strata. Tiap cluster mempunyai anggota yang heterogenmenyerupai populasi sendiri.
Seperti telah dijelaskan seblemunya, unit elementer merupakan individu-individu yang mempunyai atribut-atribut yang akan dipelajari dalam survey. Kumpulan dari unit elementer ini akan merupakan populasi. Unit elementer tersebut dapat saja usaha tani, family, kepala keluarga, pabrik firma, ulama istri pejabat, dokter, kota, kampong, murid, dan sebagainya.
Adakalanya, unit sampel yang diinginkan adalah kelompok kecil dari unit-unit elementer. Tiap teknik sampling yang mencoba mengelompokkan unit-unit elementer dalam kelompok kecil, dimana unit elementer dalam kelompok masih heterogen, dinamakan cluster sampling.
Beberapa halnya dengan pembagian populasi menurut strata, maka pengelompokkan secara cluster menghasilkan unit elementer yang heterogen seperti halnya populasi sendiri. Pada pengelompokkan secara strata, maka tiap kelompok diinginkan mempunyai suatu homogenitas.
Menurut Moh. Nazir, teknik cluster sampling digunakan jika catatn lengkap tentang unit elementer dalam populasi tidak diperoleh. Umpamanya, seorang peneliti ingin mengetahui rata-rata luas sawah per usaha tani di Aceh. Tentu saja sukar memperoleh data tentang nama-nama petani serta luas sawah yang dipunyainya di Banda Aceh, kecuali dengan melakukan sensus. Tetapi sudah terang, sensus, akan memakan lebih banyak biaya. Karena itu peneliti dapat menggunakan cluster sampling untuk keperluan di atas.
Ada dua kelebihan dari cluster sampling, yaitu:
a. Tidak diperlukan frame yang berisi list dari unit elementer, tetapi cukup dengan list dari cluster saja
b. Andaikatapun ada frame yang terdiri dari list unit elementer cluster sampling jauh lebih murah dibandingkan dengan stratified atau random sampel sederhana.
Tetapi, derajat efisiensi ditinjau dari segi peluang membuat eror, akan lebih banyak pada cluster sampling dibandingkan stratified random sampling. dalam cluster sampling, unit elementer yang terpilih adakalanya berdekatan sehingga informasi yang diberikan tidak cukup rpresentatif dibandingkan dengan informasi dari unit elementer yang cukup berpencar pada stratified sampling.
Seperti diterangkan di atas, dalam cluster sampling tidak diperlukan list dari unit elementer untuk frame tetapi cukup dari list cluster saja. Misalnya dalam penelitian untuk mencari rata-rata produksi per usaha tani di Banda Aceh, yang diperlukan hanya list dari kabupaten, kecamatan, serta desa di Aceh saja, yang akan digunakan sebagai frame. Aceh dibagi atas kabupaten yang merupakan cluster stage 1, kemudian tiap kabupaten dibagi atas kecamatan (stage 2) dan seterusnya. Kelompok yang dibentuk pada tingkat pertama dari populasi dinamakan primary sampling unit disingkatkan psu.
4. Stratified cluster sample
Sampel ditarik dengan teknik kombinasi antara stratified sampling dan cluster sampling.
Keuntungan dan Kelemahan Masing-masing Cara Pengambilan Sampel
1. Pengambilan contaoh secara acak (simple random sampling)
Keuntungan: teorinya mudah dimengerti.
Kelemahan:
a. Apabila variasi dalam populasi bersifat tidak teatur, maka mungkin terpilih kelompok-kelompok sampel yang justru tidak mewakili atau menggambarkan populasi.
b. Dalam memilih sampel dengan member nomor pada masing-masing unsure populasi akan cukup membosankan.
c. Dengan simple random sampling, mungkin terjadi bahwa survey harus dilaksanakan di wilayah yang sangat luas dan tersebar. Jadi kurang mengarah.
2. Pengambilan contoh dengan strata (stratified random sampling)
Keuntungan:
a. Lebih efisien daripada cara simple random sampling, Karena lebih terarah.
b. Data atau informasi yang dikumpulkan dapat lebih mendalam dan menyeluruh mengenai masing-masing strata.
c. Lebih mudah dikendalikan, karena administrasinya mudah dan jelas.
Kelemahan:
a. Perlu informasi tentang strata populasi yang bersangkutan.
b. Harus ada kerangka pengambilan contoh untuk masing-masing strata, misalnya mengenai jumlah unsure dalam masing-masing strata.
3. Pengambilan contoh bertahap (multistage sampling)
Keuntungan:
a. Pengambilan contoh dapat diatur dengan mudah dan murah
b. Semua lapisan populasi dapat tercakup dalam sampel
Kelemahan: bila populasi tidak teridri dari unsure-unsur yang tersebar secara acak (random), maka ada kemungkinan diperoleh sampel yang selalu mirip atau sejenis, sehingga kurang menggambarkan populasinya.
4. Pengambilan contoh dengan cluster (cluster sampling)
Keuntungan:
a. Kita tidak perlu menyusun unsure-unsur dalam populasi dalam suatu daftar urut, tetapi cukup dengan daftar dari cluster saja.
b. Biaya penelitian akan lebih murah karena unsure/sampel tidak terpencar-pencar.
Kelemahan: tidak efisien bila disbanding dengan cara simple random dan stratified sampling karena seringkali sampel yang saling berdekatan memiliki sifat-sifat mirip. Hal ini kurang menggambarkan populasi yang sebenarnya.
5. Pengambilan contoh bertahap (multistage sampling)
Keuntungan:
a. Lebih efisien dan fleksibel daripada pengmabilan contoh scara langsung (single stage sampling).
b. Pelaksanaannya mudah karena akan memperkecil jumlah sampel dan menghemat biaya.
Kelemahan: tampak agak sulit dalam teori karena agak kompleks.
Dari uraian di atas kita melihat bahwa setiap cara memiliki keuntungan dan kelemahan sehingga cara mana yang paling tepat untuk dipakai akan ditentukan oleh macam populasi unsur-unsur dalam populasi, serta tidak ketinggalan pula tenaga, waktu, dan dana dari penelitian yang bersangkutan.
Perbedaan antara Simple Random Sampling, Stratified Random Sampling dan Cluster Random Sampling
ITEM SIMPLE RANDOM SAMPLING STRATIFIED RANDOM SAMPLING CLUSTER RANDOM SAMPLING
Bila digunakan 1. Jika populasi tidak terlalu menyebar menurut area
2. Jika populasi kurang lebih homogeny dalam sifat yang ingin diukur 1. Jika populasi dari sifat yang ingin diteliti sangat mengelompok di satu tempat dan sporadic di tempat yang lain
2. Jika estimate yang cukup tepat diinginkan untuk bagian tertentu dari populasi 1. Biaya penelitian terbatas
2. Jika populasi dapat dikelompokkan menurut cluster-cluster
Kebaikan 1. Mean sampel merupakan estimate tidak bias dari mean populasi
2. Metode estimasi mudah dan sederhana 1. Adanya stratifikasi dapat menambah presisi estimate
2. Sangat memudahkan secara administrasi 1. List populasi tidak diperlukan
2. Biaya untuk membuat list sudah berkurang
3. Biaya transport lebih murah
Keburukan 1. Sampel yang terpilih dapat menyebar sehingga meninggikan biaya transport
2. Frame populasi atau list diperlukan
3. Sampel yang terpilih bisa tidak tipikal populasi 1. List dari populasi dari tiap stratum diperlukan
2. Biaya transport tinggi apalagi jika daerah cukup luas 1. Biaya untuk analisa dan mengerjakan lebih besar
2. Prosedur dalam mengadakan estimasi sukar
Beberapa contoh non probability sampling
• Accidental sampling
Sampling dimana cara memilih elemen-elemen untuk menjadi anggota sample ditentukan dengan subjektif sekali, artinya sesuka hati saja dan hasilnya kasar sekali sehingga kurang mewakili
• Quota sampling
Sampling seperti stratified random sampling akan tetapi jumlah elemen dari setiap stratum ditentukan terlebih dahulu (artinya setiap stratum diberi jatah atau Quota. Mungkin pemilihannya juga tidak random, sangat subjektif)
• Purposive sampling
Sampling dimana pengambilan elemen-elemen yang dimasukkan dalam sample dilakukan dengan sengaja, dengan catatan bahwa sample tersebut representative atau mewakili populasi. Sering juga disebut judgement sampling.
Kesulitan dalam penentuan sampel penelitian umumnya terkait dengan upaya pemenuhan kriteria sampel yang baik, yaitu memenuhi syarat akurasi dan dapat menghasilkan data yang validitas dan reliabilitasnya memadai (Friedrich,2003). Validitas data dapat dilihat dari ketaatan peneliti menggunakan prosedur untuk mengambil data (sampel), sedangkan reliabilitas data diindikasikan dengan tingkat keterwakilannya terhadap populasi penelitian (Neuman, 2000). Namun demikian sampel yang baik tidak mudah diperoleh mengingat masih banyaknya kendala seperti keterbatasan biaya dan waktu penelitian serta kesalahan-kesalahan penentuan sampel yang tidak disadari oleh peneliti (Losh,2000).
DALAM PENENTUAN SAMPEL
1. Sampling Frame
2. Sampling Size
3. Sampling Technique = Sampling Procedure
Kenapa kita melakukan teknik sampling:
1. Lebih murah
2. Lebih mudah
3. Lebih cepat
4. Dapat mewakili populasi
Teknik /prosedur sampling
1. Tentukan populasi
2. Tentukan prosedur sampling
3. Tentukan besar sampel
Langkah-langkah teknik sampling:
1. Tentukan populasi
2. Buat daftar subyek
3. Pilih sampel melalui prosedur yang sudah ditetapkan
Penetapan populasi
1. Relevansi sampel à populasi à masalah/tujuan penelitian
2. Relevansi teknik metodologis: apakah variabel dapat diukur pada sampel
3. Identifikasi unit analisis: subyek terkecil yang akan diamati
4. Tentukan batas-batas populasi
- aspek geografik
- aspek subyek
Penetapan prosedur sampling, perhatikan:
1. Relevansi populasi terhadap inti permasalahan penelitian
2. Representativitas sampel terhadap populasi
3. Obyektivitas, validitas, reliabilitas observasi/pengukuran
4. Relevansi data dengan jawaban yang dikehendaki
Representativitas:
1. Apakah ciri-ciri unit analisis identik dengan ciri-ciri populasi
2. Apakah perubahan-perubahan pada sampel identik dengan perubahan pada populasi
Representativitas tergantung pada:
1. Homogenitas populasi
2. Jumlah (besar) sampel
3. Banyaknya karakteristik subyek yang akan diteliti
4. Adekuitas tehnik pemilihan sampel
Jenis-jenis sampling design:
I.Probability Sampling
a. Acak sederhana (simple random sampling)
b. Rancangan acak berstrata
(Stratified random sampling)
- sederhana
- proporsional
c. Rancangan klaster (Cluster sampling)
Dalam praktek kita seringkali dihadapkan dengan kenyataan dimana kerangka sampel (cluster sampling frame) yang digunakan untuk dasar pemilihan sampel tidak tersedia atau tidak lengkap, dan biaya untuk membuat kerangka sampel tersebut terlalu tinggi. Untuk mengatasi hal tersebut, maka unit-unit analisa dalam populasi digolongkan ke dalam gugus-gugus yang disebut clusters, dan ini akan merupakan satuan-satuan darimana sampel akan diambil. Jumlah gugus yang diambil sebagai sampel secara acak. Kemudian untuk unsur-unsur penelitian dalam gugus tersebut diteliti semua.
Keuntungan dari metode ini ialah tidak diperlukan daftar kerangka sampling dengan unsur-unsurnya tetapi keburukannya ialah sangat sulit untuk menghitung standar kesalahan (standar error)
d. Rancangan bertingkat (Multistage sampling)
Dalam praktek sering kita jumpai populasi yang letaknya sangat tersebar secara geografis,sehingga sangat sulit untuk mendapatkan kerangka sampel dari semua unsure-unsur yang terdapat dalam populasi tersebut. Untuk mengatasi hal ini maka unit-unit analisa dikelompokkan kedalam gugus-gugus yang merupakan satuan-satuan dari sampel yang akan diambil. Pengambilan sampel dilakukan melalui tahap-tahap tertentu. Jadi satu populasi dapat dibagi-bagi dalam gugus tingkat pertama, kemudian gugus-gugus tingkat pertama ini dapat pula dibagi-bagi dalam gugus-gugus tingkat kedua dan selanjutnya.
II. Non-Probability sampling
a. Purposive
b. Kuota
c. Convenience
SIMPLE RANDOM SAMPLING
• Untuk sample homogen
• Untuk sample besar
Teknik:
1. Dengan bilangan random
2. Dengan tehnik komputer
3. Dengan undian
4. Sistematik – kurang baik
RUMUS BESAR SAMPLE
1.Penelitian survey/observational
a. Populasi diketahui
b. Populasi tidak diketahui
2. Penelitian eksperimental
a. N diketahui
b. N tidak diketahui
c. Uji klinis paralel à Pocock
d. Ujia klinis serial à Corlton
3. Uji Korelasi
MACAM PENYIMPANGAN DAN SEBABNYA
Besar penyimpangan yang dapat ditoleransi dalam sebuah penelitian, tergantung pada sifat penelitian itu sendiri. Ada penelitian yang dapat mentoleransikan penyimpangan yang besar; sebaliknya ada juga penelitian-penelitian yang menghendaki penyimpangan yang kecil, sebab penyimpangan yang besar dapat menimbulkan kesimpulan yang salah.
Dalam sebuah penelitian, ada kemungkinan timbul 2 macam penyimpangan, yaitu :
A. Penyimpangan karena Pemakaian Sampel (Sampling Error)
Seandainya tidak ada kesalahan pada pengamatan, satuan-satuan ukuran, definisim
pengolahan data dan sebagainya, maka perbedaan itu hanya disebabkan oleh pemakaian sampel. Mudah dimengerti bahwa semakin besar sampel yang diambil, semakin kecil pula terjadinya penyimpangan. Apabila sampel itu sudah sama besar dengan populasi, maka penyimpangan oleh pemakaian sampel akan hilang.
B. Penyimpangan Bukan oleh Pemakaian Sampel (Non Sampling Error)
Golongan penyimpangan ini ditimbulkan oleh berbagai hal, di antaranya adalah :
1) Penyimpangan karena kesalahan perencanaan
2) Penyimpangan karena penggantian sampel
3) Penyimpangan karena salah tafsir petugas
4) Penyimpangan karena salah tafsir responden
5) Penyimpangan karena responden sengaja salah menjawabnya
6) Penyimpangan karena kesalahan pengolahan data dan penerbitan
PENGUKURAN< SKALA DAN VALIDITAS
Definisi dan Tahap Pengukuran ( Lerbin R, 2007, hal 112-114)
Pada penelitian kuantitatif, data yang diperoleh dan dianalisis adalah data kuantitatif, dalam bentuk angka atau bilangan. Data kuantitatif itu merupakan pencerminan dari karakteristik variabel penelitian. Data yang demikian diperoleh melalui suatu proses pengukuran.
Menurut Campbell (1938; dalam Godfrey, dkk., 1992), pengukuran merupakan pemberian tanda berupa angka (numerals) untuk mewakili sifat – sifat dari sistem – sistem material selain bilangan (numbers), dengan menggunakan aturan tertentu. Pendapat lainnya dikemukakan oleh Stevens (1951 dalam Kerlinger 1986) bahwa dalam pengertian yang paling luas, pengukuran merupakan pemberian angka atau bilangan pada objek – objek atau kejadian – kejadian menurut aturan tertentu.
Menurut Kerlinger, pemberian angka itu merupakan pemetaan objek pada satu himpunan terhadap objek lain pada himpunan lainnya. Misalnya, objek pada suatu himpunan terdiri atas beberapa orang laki – laki dan beberapa orang perempuan, sementara pada himpunan lainnya terdapat angka 0 dan 1. Pemetaan unsur – unsur pada himpunan yang pertama pada unsur – unsur pada himpunan yang kedua dilakukan melalui suatu fungsi, yakni aturan korespondensi berupa aturan untuk mengaitkan unsur – unsur pada satu himpunan dengan unsur – unsur pada himpunan lainnya. Aturan itu, misalnya, jika seseorang berjenis kelamin laki – laki, berikanlah satu angka 1 dan jika seseorang berjenis kelamin perempuan, berikanlah satu angka 0. Dalam hal ini, tiap unsur pada satu himpunan hanya dipetakan terhadap satu unsur juga pada himpunan lainnya.
Menurut Tull dan Hawkins (1993), penggunaan istilah angka pada definisi pengukuran tidak selalu berkaitan dengan pengertian yang biasa diberikan oleh orang yang bukan peneliti. Angka tidak harus berarti angka yang dapat ditambahkan, dikurangkan, dibagikan atau dikalikan. Dengan pernyataan lain, angka yang berfungsi sebagai lambang atau kode termasuk juga dalam pengertian hasil pengukuran.
Angka pada pengukuran merupakan pencerminan dari karakteristik objek yang diukur. Pada contoh diatas, jenis kelamin merupakan karakteristik (objek) dari subjek penelitian serta variasi dari karakteristik itu adalah laki-laki dan perempuan. Angka berupa 0 dan 1 itu merupakan pencerminan dari karakteristik objek penelitian. Jadi, pengukuran selalu mencakup karakteristik objek penelitian.
Perlu kiranya ditekankan kembali melalui beberapa contoh, khususnya dalam konteks pengukuran, bahwa antara konsep dan variabel adalah berbeda. Penjualan merupakan suatu konsep, bukan variabel karena tidak memiliki variasi, namun volume penjualan merupakan variabel karena volume memiliki variasi. Produk merupakan suatu konsep, tetapi jenis produk, tingkat harga produk merupakan variabel. Dalam konteks pengukuran, yang diukur adalah volume penjualan (bukan penjualan), jenis produk dan tingkat harga produk (bukan produk).
Untuk mengukur suatu variabel, ada enam tahap kegiatan yang perlu dilakukan, yaitu:
• Mendefinisikan secara teoretis (konseptual) variabel,
• Mendefinisikan secara operasional variabel.
• Menentukan skala pengukuran yang digunakan,
• Menentukan instrumen yang digunakan,
• Mengembangkan butir instrumen, dan
• Mengevaluasi instrumen.
Keenam tahap itu akan dijelaskan dalam beberapa pasal berikutnya.
Petunjuk Tak Langsung tentang Karakteristik Objek (Lerbin R, 2007, hal 114)
Sebelum tahap-tahap pengukuran variabel dijelaskan, ada perbedaan pengukuran dalam ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu alam yang perlu diketahui. Karakteristik objek pada ilmu-ilmu sosial tidak dapat diobservasi secara langsung, misalnya sikap konsumen, motivasi, dan lain sebagainya. Sebaliknya, dalam ilmu-ilmu alam, tinggi dari suatu benda misalnya, dapat diobservasi secara langsung sehingga pengukurannya mudah dilakukan dengan hasil yang jauh lebih akurat.
Pengukuran pada ilmu social dilakukan secara tak langsung, yaitu melalui indikator tertentu. Indikator merupakan petunjuk tak langsung atas keberadaan karakteristik objeknya. Pengukuran itu dilakukan melalui pendugaan atas karakteristik objek berdasarkan pengalaman atas hal-hal yang diduga sebagai petunjuk atas keberadaan karakteristik objek itu. Untuk mengetahui kepuasan konsumen terhadap suatu produk, misalnya, kita menduganya dari keluhan yang disampaikannya mengenai atribut-atribut produk itu. Sehubungan dengan itu, peneliti harus menyadari bahwa hasil pengukuran dalam penelitian social sulit – kalau tak mungkin – diharapkan untuk sangat akurat.
Definisi Konseptual dan Operasional Variabel (Lerbin R, 2007, hal 114-117)
Dua tahap yang pertama pada pengukuran suatu variabel adalah pendefinisian variabel dalam dua tingkatan, yaitu pada tingkat teoretis dan pada tingkat empiris. Definisi variabel pada tingkat teoretis dinamakan definisi konseptual dan definisi variabel pada tingkat empiris dinamakan definisi operasional atau pengukuran.
Sebelum kedua definisi itu dijelaskan lebih lanjut, kita akan membicarakan lebih dulu pengertian konsep dan variabel. Konsep dapat diartikan sebagai suatu istilah yang digunakan untuk menunjuk sesuatu, misalnya istilah mobil digunakan untuk menunjuk objek berupa kendaraan bermotor beroda empat atau lebih; atau mesin ketik untuk menunjuk alat yang memiliki karakteristik tertentu dan digunakan untuk mengetik.
Istilah yang digunakan untuk menunjuk suatu objek sebenarnya secara implisit mengandung paling tidak beberapa karakteristik yang harus dimiliki oleh suatu objek agar istilah itu dapat digunakan untuk menunjuk objek tersebut. Misalnya, suatu benda yang hanya memiliki dua roda tidak termasuk sebagai konsep mobil. Demikian juga dengan suatu benda yang beroda empat, tetapi tidak memiliki mesin, tidak termasuk sebagai konsep mobil. Jadi, suatu konsep sebenarnya merupakan istilah yang digunakan untuk menunjuk sesuatu berdasarkan hasil generalisasi atas karakteristik yang dimiliki oleh sesuatu itu. Konsep mengenai mobil, merupakan suatu generalisasi dari beberapa karakteristik objek yang memiliki paling sedikit empat roda, memiliki mesin, dan lain sebagainya. Dengan demikian, sesuatu yang tidak memiliki paling sedikit empat roda dan tidak memiliki mesin tidak termasuk sebagai konsep mobil. Dari uraian mengenai konsep itu kita dapat mengetahui bahwa pada pembentukan ataupun perumusan suatu konsep terkandung pengertian mengenai adanya pembatasan beberapa karakteristik untuk membedakan apa yang termasuk dan tidak termasuk dalam pengertian konsep itu.
Hal yang menjadi perhatian pada suatu penelitian adalah karakteristik dari suatu konsep. Dengan pernyataan lain, variasi karakteristik dari objek yang termasuk pada suatu konseplah yang diukur, bukan objek itu sendiri.
Menurut, Kerlinger (1986), objek penelitian adalah objek yang memiliki karakteristik yang bervariasi. Untuk contoh mobil diatas, bias semua mobil memiliki empat roda, maka roda mobil tidak memiliki karakteristik yang bervariasi sehingga bukan merupakan variabel. Sebaliknya karena roda mobil bervariasi – ada yang empat, enam dan seterusnya – maka karakteristik mobil berupa jumlah rodanya dapat dijadikan sebagai variabel penelitian. Dengan demikian, kita dapat mengetahui bahwa pembicaraan mengenai konsep merupakan pembicaraan pada tingkat teoretis, pada tingkat pengukuran. Namun demikian, kita tidak akan membedakan lagi antara konsep dan variabel karena konsep yang dijelaskan pada suatu penelitian empiris adalah konsep yang memang memiliki karakteristik yang bervariasi, yang tidak lain adalah variabel.
Sekarang kita kembali pada definisi konseptual dan operasional variabel penelitian. Perumusan definisi konseptual merupakan pemberian batasan atas karakteristik variabel yang akan diteliti dan diukur sedemikian rupa sehingga variabel itu berbeda dari variabel lainnya yang tidak termasuk pada penelitian yang dilakukan. Definisi konseptual variabel lazim diperoleh dari definisi yang dikemukakan oleh para pakar dimana variabel itu menjadi objek kajiannya. Definisi konseptual itu dapat ditemukan pada jurnal ilmiah maupun buku teks yang membahas variabel itu. Definisi yang digunakan pada suatu penelitian biasanya merupakan hasil analisis dan rangkuman dari beberapa definisi yang ada, yakni dalam bentuk kesimpulan dari definisi – definisi yang ada.
Mengenai definisi teoretis suatu variabel, ada tiga hal yang perlu diperhatikan. Pertama, tiap variabel yang dikutip wajib untuk diulas dan antardefinsi yang dikutip wajib untuk dibandingkan. Kedua, dari definisi-definisi yang dikutip dan diulas, peneliti harus merumuskan kesimpulannya dan definisi yang disimpulkan itulah yang digunakan pada penelitiannya. Dalam keadaan tertentu, peneliti dapat saja memilih salah satu atau lebih dari berbagai definisi yang dikutip, asalkan disertai dengan alasannya. Alasan itu dapat berupa kesesuaian dengan instrumen yang akan digunakan atau kekomprehensifan atau kekinian definisi yang dipilih. Ketiga, semua ciri dari variabel yang didefinisikan harus tercakup secara eksplisit dan pilah pada definisi teoretisnya karena hal itu akan sangat membantu untuk mendefinisian variabel itu secara operasional dan berkaitan erat dengan validitas instrumen yang akan dikembangkan.
Untuk mengukur variabel yang telah didefinisikan, yakni untuk memperoleh data empiris – kuantitatifnya, peneliti harus merumuskan definisi operasionalnya. Definisi operasional variabel penelitian berisi semua kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh data empiris– kuantitatifnya; merupakan spesifikasi mengenai apa yang akan diukur dan bagaimana cara mengukurnya. Isi dari definisi itu sering kali dikemukakan dengan ungkapan; “lakukan ini, lakukan itu!” Jadi, inti dari definisi operasional adalah apa saja yang dilakukan untuk memperoleh data mengenai suatu variabel. Isi dari definisi operasional umumnya mencakup uraian mengenai:
Semua ciri dari objek yang akan diukur, sebagaimana harus telah dikemukakan pada definisi teoretisnya,
Metode apa yang akan digunakan; apakah instrumennya berupa angket, wawancara atau observasi,
Cara mengembangkan atau membuat instrumen yang digunakan,
Cara memberikan skor (angka atau bilangan) atas karakteristik variabel yang melekat pada objeknya,
Dalam keadaan yang bagaimana pengukuran dilakukan,
Peralatan apa saja yang diperlukan, untuk mengukur variabel maupun spesifikasi peralatan itu, dan
Bagaimana cara menguji validitas dan reliabilitas instrumen yang digunakan.
Sesuai dengan namanya, definisi operasional harus dibuat serinci mungkin sehingga peneliti lain pun dapat mengukur variabel yang didefinisikan, tanpa harus bertemu atau berdiskusi secara langsung dengan peneliti yang merumuskan definisi operasionalnya.
Sebagai gambaran mengenai definisi konseptual dan operasional di atas, berikut ini dikemukakan sebuah contoh, variabelnya adalah kelas sosial. Definisi dari kelas sosial itu adalah bagian-bagian berjenjang yang relatif permanen dan homogen pada satu masyarakat ke dalam mana para individu atau keluarga memiliki bersama nilai, gaya hidup, minat, dan perilaku yang mirip dapat dikategorikan. Definisi operasional variabel itu dapat lebih dari satu, bergantung pada kebutuhan dan keberadaan penelitian yang dilakukan. Definisi operasional dari kelas sosial itu ditinjau dari berbagai aspek dikemukakan oleh Tull dan Hawkins (1993) sebagai berikut.
Dari aspek reputasi, para individu digolongkan ke dalam kelas-kelas sosial berdasarkan bagaimana orang yang mengenalnya memberikan peringkat kepada para individu tersebut.
Dari aspek sosiometrik, para individu ditempatkan ke dalam kelas-kelas sosial berdasarkan dengan siapa mereka bergaul.
Dari aspek subjektivitas, para individu ditempatkan ke dalam kelas-kelas sosial berdasarkan peringkat yang dibuat sendiri oleh individu yang bersangkutan.
Dari aspek objektivitas, para individu ditempatkan ke dalam satu kelas sosial
berdasarkan pemilikan mereka atas beberapa karakteristik atau kombinasi dari karakteristik-karakteristik, seperti pekerjaan, pendidikan dan penghasilan.
Definisi operasional di atas sebenarnya belum memadai karena belum mencakup instrumen yang akan digunakan untuk mengukurnya, butir-butir instrumen untuk mengukur karakteristik variabelnya, sistem pemberian skor, dan sebagainya. Untuk system pemberian skor, misalnya berdasarkan definisi operasional yang demikian, kita belum dapat memberikan dan menghasilkan suatu skor sebagai petunjuk atas kelas sosial dari para individu yang akan diukur. Namun demikian, cara memberikan dan memperoleh skor itu lazimnya dikemukakan pada bagian mengenai instrumen yang digunakan.
Menurut Ackoff, Gupta, dan Minas (1962; dalam Green, Tull, dan Albaum, 1988), definisi operasional variabel penelitian secara umum mencakup penspesifikasian mengenai hal-hal sebagai berikut.
Kelas (atau golongan) orang, objek, kejadian atau keadaan yang harus diobservasi.
Kondisi lingkungan dimana observasi dilakukan.
Instrumen yang harus digunakan untuk mengobservasi.
Kegiatan observasi yang harus dilakukan.
Contohnya yang bisa dikemukakan adalah sikap konsumen terhadap suatu merek produk, misalnya, dapat didefinisikan secara operasional sebagai hasil yang diperoleh dari:
Sikap konsumen terhadap merek itu
Pada satu waktu tertentu dan pada daerah geografis tertentu
Yang secara pribadi diwawancarai dengan menggunakan
Skala sikap yang dispesifikasikan untuk memperoleh
Informasi mengenai tanggapan yang dihasilkan melalui skala sikap itu.
Pada contoh mengenai definisi operasional yang dikemukakan terakhir itu, aspek pemberian skornya sudah tercakup, yakni pada butir empat (skala sikap). Pada contoh terakhir itu, masalah pemberian skor masih harus dikemukakan pada bagian mengenai instrumen yang akan digunakan, yaitu skala sikap.
Sebelum dilanjutkan pada tahap dalam suatu pengukuran, ada beberapa hal yang lain perlu diperhatikan mengenai definisi konseptual dan operasional suatu variabel. Pertama, pada definisi konseptual harus tersurat atribut apa saja yang menjadi ciri dari variabel yang akan diukur. Kedua, definisi operasional dikembangkan berdasarkan tiap karakteristik yang telah harus tersurat pada definisi konseptualnya.
Skala sebagai Hasil Pengukuran ( Lerbin R, 2007, hal 118-119)
Tahap ketiga pada pengukuran variabel adalah penentuan skala pengukuran yang digunakan atas data yang diperoleh. Hasil berupa angka yang diperoleh dari suatu proses pengukuran dinamakan skala, yang terdiri atas:
Skala nominal merupakan angka yang digunakan sebagai kode, symbol atau lambing untuk menggolongkan subjek penelitian berdasarkan karakteristik yang dimilikinya.
Contoh : untuk variabel jenis kelamin, kita menggunakan angka 0 untuk laki-laki dan angka 1 untuk perempuan.
Skala ordinal merupakan skala yang berfungsi untuk menggolongkan, memberikan jenjang (tingkat) kepada tiap subjek berdasarkan kuantitas atau kadar kepemilikan subjek atas karakteristik yang diukur.
Contoh : data mengenai lamanya pendistribusian produk oleh beberapa penyalur
dan peringkatnya adalah sebagai berikut
Penyalur Waktu Peringkat
A 2 1
B 5 2
C 6 3
D 10 4
E 11 5
Dari contoh skala ordinal diatas kita dapat mengetahui bahwa skala ordinal berfungsi untuk menggolongkan penyalur dan dapat juga digunakan untuk membandingkan waktu yang dibutuhkan para penalur.
Skala interval merupakan skala yang berfungsi untuk menggolongkan dan membandingkan subjek, memiliki jarak yang sama antar dua nilai yang berdekatan dan memiliki nilai nol arbiter berdasarkan konversi dan kesepakatan
Contoh : skor suhu udara yang diperoleh melalui thermometer celcius memilki jarak yang sama, missal jarak antara 36 derajat celcius dan 37 derajat celcius dianggap sama dengan jarak antara 34 derajat celcius dan 35 derajat Celsius. .
Skala rasio merupakan skala yang memiliki cirri dari ketiga skala sebelumnya juga mempunyai nilai nol mutlak.
Contoh : banyaknya barang di suatu toko dan jumlah konsumen dari suatu produk.
Tinjauan Skala (Uma Sakaran, 2006, hal 30-38)
Empat skala yang diterapkan pada pengukuran variabel adalah skala nominal, ordinal, interval dan rasio. Skala nominal menyoroti perbedaan dengan mengklasifikasikan objek atau orang ke dalam kelompok dan menyediakan informasi yang paling sedikit mengenai variabel. Skala ordinal memberikan beberapa informasi tambahan dengan mengurutkan tingkatan kategori skala nominal. Skala interval tidak hanya mengurutkan, namun juga memberi kita informasi besaran perbedaan dalam variabel. Skala rasio tidak hanya menunjukkan besaran perbedaan tapi juga proporsinya.
Setelah mengetahui 4 skala yang digunakan unutk mengukur dimensi dan elemen variabel yang didefinisikan secara operasional adalah perlu unutk menelaah metode penskalaan (yaitu menentukan nomor symbol) untuk memperoleh respon sikap subjek terhadap objek, peristiwa atau orang. Terdapat 2 kategori utama dalam skala sikap yaitu
Skala peringkat, memiliki beberapa kategori respons dan digunakan untuk mendapatkan respon yang terkait dengan objek, peristiwa atau orang yang dipelajari. Skala ini terdiri dari beberapa skala yaitu :
o Skala dikotomi, skala ini digunakan untuk memperoleh jawaban ya dan tidak.
Contoh : apakah anda memiliki mobil?
o Skala kategori, skala ini menggunakan banyak item untuk mendapatkan respon tunggal
Contoh : di bagian California mana anda tinggal?
a. North bay
b. South bay
o Skala likert, skala ini di design untuk menelaah seberapa kuat subjek setuju atau tidak setuju dengan penyataan pada skala 5 titik dengan susunan berikut :
Sangat tidak setuju
1 Tidak setuju
2 Tidak berpendapat
3 Setuju
4 Sangat setuju
5 Sangat tidak setuju
o Skala differential semantic, skala ini dipakai untuk menilai sikap responden terhadap merek, iklan, objek atau iklan tertentu
Contoh: Responsif ------------------------------ Tidak responsif
Cantik ----------------------------------- Jelek
o Skala numerical, skala ini mirip dengan skala differential semantic, dengan perbedaan dalam hal nomor pada skala 5 titik atau 7 titik disediakan, dengan kata sifat berkutub 2 pada ujung keduanya.
Contoh :
Sangat puas 1 2 3 4 5 Sangat tidak puas
o Skala peringkat terperinci, skala 5 titik atau 7 titik dengan titik panduan atau jangkar, sesuai keperluan, disediakan untuk tiap item dan responden menyatakan nomor yang tepat di sebelah masing-masing item atau melingkari nomor yang relevan untuk tiap item.
Contoh :
1
sangat tidak mungkin 2
tidak mungkin 3
tidak berpendapat 4
mungkin 5
sangat mungkin
1) saya akan berganti pekerjaan dalam 12 bulan ke depan -
2) saya akan memikul tugas baru dalam waktu dekat -
3) mungkin saja saya akan keluar dalam 12 bulan ke depan -
o Skala peringkat jumlah konstan atau tetap, di dalam skala ini responden diminta untuk mendistribusikan sejumlah poin yang akan diberikanke berbagai item.
Contoh: keharuman 40
Warna 15
Bentuk 20
Ukuran 10
Tekstur busa 15
Total 100
o Skala staple, skala ini secara simultan mengukur arah dan intensitas sikap terhadap item yang dipelajari. Karakteristik minat terhadap studi yang ditempatkan di bagian tengah dengan jarak skala numeric, misal dari +3 sampai -3, pada tiap sisi item seperti contoh berikut.
Contoh :
Nyatakan bagaimana anda menilai kemampuan supervisor anda terkait dengan setiap karkateristik yang disebutkan di bawah ini, dengan melingkari nomor yang tepat.
+3 +3 +3
+2 +2 +2
+1 +1 +1
mengadopsi teknologi inovasi keterampilan
modern produk antarpribadi
-3 -3 -3
-2 -2 -2
-1 -1 -1
o Skala peringkat grafik, gambaran grafis membantu responden untuk menunjukkan skala peringkat grafik jawaban mereka untuk pertanyaan tertentu dengan menempatkan tanda pada titik yang tepat pada garis
Contoh : pada skala 1 sampai 10, sangat baik
bagaimana anda akan baik
menilai supervisor anda? Sangat buruk
o Skala consensus, skala ini dibuat berdasarkan consensus, dimana panel juru memilih item tertentu, megukur konsep yang menurut mereka relevan. Skala consensus tersebut lalu dibuat setelah item terpilih diperiksa dan diuji validitas dan keandalannya. Skala ini jarang dipakai karena banyaknya waktu yang dibutuhkan untuk membuatnya.
Skala ranking, skala ini biasanya digunakan untuk mengungkap preferensi antar dua atau lebih obejk atau item( bersifat ordinal), tapi ranking semacam ini mungkin tidak memberi petunjuk yang jelas mengenai jawaban yang dicari.
Contoh : misalkan ada 4 lini produk dan manager mencari informasi yang akan membantu memutuskan lini mana yang sebaiknya diberi perhatian lebih. Asumsi responde 35% memilih produk pertama, 20% responden memilih produk kedua, 25% responden memilih produk ketiga dan sisanya memilih produk keempat. Manager tersebut kemudian tidak dapat menyimpulkan bahwa produk pertama yang paling disukai karena 65 % responden tidak memilih produk tersebut. Metode alternative yang dapat digunakan antara lain perbandingan berpasangan, pilihan yang diharuskan dan skala komparatif.
o Perbandingan berpasangan, digunakan ketika diantara sejumlah kecil objek, responden diminta untuk memilih antara 2 objek pada satu waktu.
Contoh : pembeli diminta untuk memilih produk kecap ABC atau kecap BANGO.
o Pilihan yang diharuskan, memungkinkan responden untuk meranking objek secara relative satu sama lain siantara alternative yang disediakan.
Contoh : ranking makanan yang paling anda suka dengan menggunakan angka 1 sampai 5, gado-gado, capcai, hamburger, nasi gila, bakmi ayam.
o Skala komparatif, skala ini memberikan standar untuk menilai sikap terhadap objek, kejadian, atau situasi saat ini yang diteliti.
Contoh :
Dalam lingkungan keuangan yang mudah berubah, dibandingkan saham, seberapa bijakkah untuk berinvestasi dalam treasury bond? Silakan melingkari respon yang tepat.
Lebih berguna hampir sama kurang berguna
1 2 3 4 5
(Mudrajat kuncoro, 2003, hal 151)
Jenis skala dimana dievaluasi suatu dimensi orang, objek, atau fenomena pada suatu titik dalam suatu rentang/ kategori. Jenis skala ini dibagi menjadi:
a. Graphic rating scales, dimana responden menunjukan perasaannya dalam skala grafik.
b. Itemized rating scales, dimana dipilih suatu kategori dalam bentuk berurutan.
c. Comparative rating scales, dimana orang, objek, fenomena lain dinilai dalam suatu standar orang, objek, fenomena lain. Salah bentuk skala ini adalah dikenal dengan nama skala rankorder.
Ketepatan Pengukuran ((Uma Sakaran, 2006, hal 39-40)
Skala yang dibuat sering tidak sempurna dan kesalahan mudah terjadi dalam pengukuran variabel yang berhubungan dengan sikap, penggunaan instrument yang lebih baik akan meningkatkan kualitas ilmiah penelitian. Karena itu dengan cara tertentu kita perlu menilai “ ketepatan” dari ukuran yang dibuat, yaitu kita perlu secara logis memastikan bahwa instrument yang kita gunakan dalam penelitian benar-benar mengukur variabel yang seharusnya diukur dan bahwa instrument itu mengukur variabel secara akurat. Untuk memastikan bahwa ukuran yang dibuat adalah baik secara logis, hal yang harus dilakukan adalah :
Analisis item, digunakan unutk melihat aoakah item dalam instrument memang sudah seharusnya berada dalam instrument atau tidak. Tiap item diuju kemampuannya untuk membedakan antar subjek yang total skornya tinggi dan yang rendah. Dalam analisis item, mean antara kelompok skor tinggi dan kelompok skor rendah diuju untuk menemukan perbedaan signifikan melalui nilai-t. item dengan nilai-t tinggi [mampu mengidentifikasikan item yang sangat berbeda dalam instrument t] kemudian dimasukan dalam instrument setelah dlikakukan uji keandalan dan validitas ukuran ditentukan.
Keandalan (reliability), keandalan suatu pengukuran menunjukkan sejauh mana pengukuran tersebut tanpa bias (error) dan karena itu menjamin pengukuran yang konsisten lintas waktu dan lintas beragam item dalam instrument. Dengan kata lain keandalan suatu pengukuran merupakan indikasi mengenai stabilitas dan konsistensi dimana instrument mengukur konsep dan membantu menilai :ketepatan” sebuah pengukuran.
Stabilitas Pengukuran (Uma Sakaran, 2006, hal 40-41)
Kemampuan suatu pengukuran untuk tetap sama sepanjang waktu merupakan indikasi dari stabilitas dan kerentanannya yang rendah untuk berubah dalam situasi. Hal tersebut membuktikan “ketepatan” nya karena konsep benar-benar diukur , tidak peduli kapan pun dilakukan.
Dua uji stabilitas adalah
o Keandalan Tes Ulang adalah koefisien yang diperoleh dengan pengulangan ukuran yang sama pada kesempatan kedua. Yaitu jika sebuah kuesioner yang mengandung sejumlah item yang diandaikan mengukur suatu konsep yang diberikan kepada sekumpulan responden saat ini, dan kepada responden yang sama 6 minggu kemudian, maka korelasi antara skor yang diperoleh dari 2 waktu yang berbeda dari sekumpulan responden yang sama disebut koefisien tes ulang. Semakin tinggi koefisien tersebut semakin baik keandalan tes ulang dan konsekuensinya stabilitas ukutran melintasi waktu
o Keandalan Bentuk Paralel adalah bila respons terhadap dua tes serupa yang mengungkap ide yang sama menunjukkan korelasi tinggi. Kedua tes memiliki item yang setara dan format respons yang sama, yang berubah hanya susunan kata dan urutan pertanyaan. Bila dua tes yang sebanding menghasilkan skor yang berkorelasi tinggi, kita bisa cukup yakin bahwa ukuran tersebut secara logis dapat dipercaya, dengan varians kesalahan minimal yang disebabkan oleh susunan kata, urutan, atau faktor lain.
Konsistensi Internal Ukuran(Uma Sakaran, 2006, hal 41-42)
Konsistensi internal ukuran (internal consistency of measures) merupakan indikasi homogenitas item dalam ukuran yang mengungkap ide. Dengan kata lain, item harus “bersama-sama sebagai kesatuan “ dan mampu secara beban mengukur konsep yang sama sehingga responden menyematkan makna keseluruhan yang sama untuk tiam item. Hal ini dapat dilihat dengan menguji apakah item dan subset item dalam instrument pengukuran berkorelasi tinggi. Konsistensi dapat diuji melalui keandalan antar-item dan uji keandalan belah dua.
o Keandalan Konsistensi Antar-item
Keandalan konsistensi antar-item merupakan pengujian konsistensi jawaban responden atas semua item yang diukur. Sampai tingkat di mana item-item merupakan ukuran bebas dari konsep yang sama, mereka akan berkorelasi satu sama lain. Tes keandalan antar-item paling populer adalah koefisien alfa Cronbach, yang digunakan untuk item skala-multipoin, dan formula Kuder-Richardson, yang digunakan untuk item dikotomi. Semakin tinggi koefisien, semakin baik instrument pengukuran.
o Keandalan Belah Dua
Keandalan belah dua mencerminkan korelasi antara dua bagian instrument. Estimasi akan berbeda-beda tergantung pada bagaimana item dalam pengukuran dibelah ke dalam dua bagian. Keandalan belah dua bisa lebih tinggi daripada alfa Cronbach hanya dalam keadaan di mana terdapat lebuh dari satu dimensi respons mendasar yang diungkap oleh pengukuran dan jika beberapa kondisi lainnya terpenuhi. Karena itu, dalam hampir setiap kasus, alfa Cronbach bisa dianggap merupakan indeks yang memadai untuk keandalan konsistensi antar-item.
Penting dicatat bahwa keandalan adalah perlu, namun belum cukup untuk menguji ketepatan ukuran. Misalnya, seseorang bisa dengan sangat terpercaya mengukur sebuah konsep yang memperlihatkan stabilitas dan konsistensi yang tinggi, namun hal tersebut mungkin bukan konsep yang ia tentukan untuk diukur.
Validitas (Uma Sakaran, 2003, hal 42-46)
Validitas dibagi dua, yaitu validitas internal ( dimana kita mendalami otentisitas hubungan sebab dan akibat) dan validitas eksternal ( generalisasi untuk lingkungan eksternal). Ada beberapa uji validitas yang digunakan untuk menguji ketepatan ukuran yaitu validitas isi, validitas berdasar kriteria dan validitas konsep.
o Validitas Isi, validitas ini memastikan bahwa pengukuran memasukkan sekumpulan item yang memadai dan mewakili yang mengungkap konsep. Semakin item skala mencerminkan kawasan atau keseluruhan konsep yang diukur, semakin besar validitas isi. Dengan kata lain, validitas isi merupakan fungsi seberapa baik dimensi dan elemen sebuah konsep telah digambarkan. Validitas muka dianggap oleh sejumlah pihak sebagai indeks validitas isi yang paling dasar dan sangat minimum. Validitas isi menunjukkan bahwa item-item yang dimaksudkan untuk mengukur sebuah konsep, memberi kesan mampu mengungkap konsep yang hendak diukur
o Validitas Berdasar Kriteria, validitas ini terpenuhi jika pengukuran membedakan individu menurut suatu criteria yang diharapkan diprediksi. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menghasilkan validitas konkuren atau validitas prediktif.
Validitas konkuren dihasilkan jika skala membedakan individu yang diketahui berbeda yaitu mereka harus menghasilkan skor yang berbeda pada instrument seperti contoh berikut : bila ukuran suatu etika kerja disusun dan diberikan kepada sekelompok penerima santunan, skala seharusnya membedakan mereka yang antusias untuk menerima pekerjaan dan senang dengan kesempatan untuk tidak bergantung pada santunan dari mereka yang tak ingin bekerja walaupun ditawari pekerjaan.
Validitas prediktif menunjukkan kemampuan instrument pengukuran untuk membedakan orang dengan referensi pada suatu criteria masa depan, misalnya : jika suatu tes bakat diberikan pada karyawan pada saat recruitment untuk membedakan individu berdasarkan kinerja mereka di masa depan, maka mereka yang mempunyai skor rendah pada tes ini akan menjadi pekerja yang buruk dan mereka dengan skor tinggi akan menjadi pekerja yang baik.
o Validitas Konsep, menunjukkan seberapa baik hasil yang diperoleh dari penggunaan ukuran cocok dengan teori yang mendasari desain tes. Hal tersebut dinilai melalui validitas konvergen dan validitas diskriminan. Validitas konvergen akan terpenuhi jika skor yang diperoleh dengan dua instrument berbeda yang mengukur konsep yang sama menunjukkan korelasi yang tinggi. Validitas diskriminan terpenuhi jika, berdasarkan teori, dua variabel diprediksi tidak berkorelasi dan skor yang diperoleh dengan mengukurnya benar-benar secara empiris membuktikan hal tersebut.
Beberapa cara dimana bentuk-bentuk validitas diatas dapat dipenuhi adalah melalui :
1. Analisis korelasional ( seperti dalam kasus menghasilkan validitas konkuren dan prediktif atau validitas konvergen dan diskriminan)
2. Analisis faktor, teknik multivariate yang akan menegaskan dimensikonsep yang telah didefinisikan secara operasional, sekaligus menetapkan item mana yang paling tepat untuk tiap dimensi.
3. Multikarakter atau multimetode matriks korelasi yang diperoleh dari pengukuran konsep dengan berbagai bentuk dan metode yang menambah ketaatan pengukuran.
Dibawah ini adalah berbagai jenis validitas beserta deskripsinya :
Validitas Deskripsi
Validitas isi Apakah pengukuran benar-benar mengukur konsep?
Validitas muka Apakah “para ahli” mengesahkan bahwa instrument mengukur apa yang seharusnya diukur?
Validitas berdasarkan kriteria Apakah pengukuran membedakan cara yang membantu memprediksi criteria variabel?
Validitas konkuren Apakah pengukuran membedakan cara yang membantu memprediksi criteria variabel saat ini?
Validitas prediktif Apakah pengukuran membedakan individual dalam membantu memprediksi kriteria masa depan?
Validitas konsep Apakah instrument menyediakan konsep sebagai teori?
Validitas konvergen Apakah dua instrument mengukur konsep dengan korelasi lebih tinggi?
Validitas diskriminan Apakah pengukuran memiliki korelasi rendah dengan variabel yang diperkirakan tidak ada hubungannya dengan variabel tersebut?
Metode Pengukuran dan Pengembangan Butir Instrument (Lerbin R, 2007, hal 119-120)
Ada beberapa metode yang dapat digunakan antara lain :
o Observasi
o Angket, metode ini menggunakan beberapa pertanyaan tertulis untuk diajukan dan ditanggapi oleh subjek
o Wawancara, data diperoleh dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada subjek. Jadi pertanyaan itu tidak tidak disampaikan dalam bentuk tertulis kepada subjek.
Syarat instrument pengukuran (Lerbin R, 2007, hal 120)
Persyaratan instrument yang dikemukakan oleh Osgood, Suci, Tanembaum (1957) antara lain :
1. Objektivitas, metode pengukuran yang efektif harus dapat menghasilkan data yang dapat diverifikasi, dapat dihasilkan kembali dengan hasil yang bebas dari unsur subjektivitas dari orang yang menggunakan metode tersebut.
2. Reliabilitas, bila metode pengukuran digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama pada subjek yang sama akan diperoleh hasil yang sama pada batas-batas kekeliruan yang dapat diterima.
3. Validitas, metode pengukuran yang digunakan harus dapat memberikan hasil yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dari objek yang diukur.
4. Kepekaan, metode pengukuran harus dapat mengungkap perbedaan yang kecil sekalipun dari variasi karakteristik objek yang diukur.
5. Data yang diperoleh dari metode pengukuran yang digunakan seharusnya dapat dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dengan metode lainnya.
6. Manfaat, metode pengukuran harus bersifat praktis dan relevan dengan aspek teoritis dari objek yang diukur.
Sumber Variasi Pengukuran (Lerbin R, 2007, hal 121)
Kekeliruan yang terjadi pada pengukuran atas objek pengukuran atas objek penelitian dapat diidentifikasi dari beberapa sumber :
1. Dari objek, kekeliruan yang berasal dari objek penelitian berkaitan dengan tidak stabilnya objek yang diukur antarwaktu yang berbeda.
2. Dari subjek, misalnya hasil pengukuran sikap konsumen pada keadaan yang normal dan pada keadaan yang tidak sehat kemungkinan besar tidak sama.
3. Dari alat atau instrument, jika instrument tidak reliable maka hasil pengukuran yang diperoleh akan bervariasi.
4. Dari situasi pengukuran, hasil pengukuran yang diperoleh pada situasi yang panas dan gaduh akan berbeda bila pengukurannya dilakukan pada situasi yang nyaman dan tentram.
5. Dari variasi pelaksanaannya, misalnya hasil penelitian di laboratorium mungkin saja berbeda dari hasil penelitian yang dilakukan di lapangan.
6. Dari pembacaan hasilnya, kekeliruan hasil pengukuran karena kekeliruan ketika membaca hasilnya dapat terjadi karena kesalahan pada pemberian skor atas hasil pengukuran yang diperoleh atau pada pemindahan data ke computer.
Pada penelitian kuantitatif, data yang diperoleh dan dianalisis adalah data kuantitatif, dalam bentuk angka atau bilangan. Data kuantitatif itu merupakan pencerminan dari karakteristik variabel penelitian. Data yang demikian diperoleh melalui suatu proses pengukuran.
Menurut Campbell (1938; dalam Godfrey, dkk., 1992), pengukuran merupakan pemberian tanda berupa angka (numerals) untuk mewakili sifat – sifat dari sistem – sistem material selain bilangan (numbers), dengan menggunakan aturan tertentu. Pendapat lainnya dikemukakan oleh Stevens (1951 dalam Kerlinger 1986) bahwa dalam pengertian yang paling luas, pengukuran merupakan pemberian angka atau bilangan pada objek – objek atau kejadian – kejadian menurut aturan tertentu.
Menurut Kerlinger, pemberian angka itu merupakan pemetaan objek pada satu himpunan terhadap objek lain pada himpunan lainnya. Misalnya, objek pada suatu himpunan terdiri atas beberapa orang laki – laki dan beberapa orang perempuan, sementara pada himpunan lainnya terdapat angka 0 dan 1. Pemetaan unsur – unsur pada himpunan yang pertama pada unsur – unsur pada himpunan yang kedua dilakukan melalui suatu fungsi, yakni aturan korespondensi berupa aturan untuk mengaitkan unsur – unsur pada satu himpunan dengan unsur – unsur pada himpunan lainnya. Aturan itu, misalnya, jika seseorang berjenis kelamin laki – laki, berikanlah satu angka 1 dan jika seseorang berjenis kelamin perempuan, berikanlah satu angka 0. Dalam hal ini, tiap unsur pada satu himpunan hanya dipetakan terhadap satu unsur juga pada himpunan lainnya.
Menurut Tull dan Hawkins (1993), penggunaan istilah angka pada definisi pengukuran tidak selalu berkaitan dengan pengertian yang biasa diberikan oleh orang yang bukan peneliti. Angka tidak harus berarti angka yang dapat ditambahkan, dikurangkan, dibagikan atau dikalikan. Dengan pernyataan lain, angka yang berfungsi sebagai lambang atau kode termasuk juga dalam pengertian hasil pengukuran.
Angka pada pengukuran merupakan pencerminan dari karakteristik objek yang diukur. Pada contoh diatas, jenis kelamin merupakan karakteristik (objek) dari subjek penelitian serta variasi dari karakteristik itu adalah laki-laki dan perempuan. Angka berupa 0 dan 1 itu merupakan pencerminan dari karakteristik objek penelitian. Jadi, pengukuran selalu mencakup karakteristik objek penelitian.
Perlu kiranya ditekankan kembali melalui beberapa contoh, khususnya dalam konteks pengukuran, bahwa antara konsep dan variabel adalah berbeda. Penjualan merupakan suatu konsep, bukan variabel karena tidak memiliki variasi, namun volume penjualan merupakan variabel karena volume memiliki variasi. Produk merupakan suatu konsep, tetapi jenis produk, tingkat harga produk merupakan variabel. Dalam konteks pengukuran, yang diukur adalah volume penjualan (bukan penjualan), jenis produk dan tingkat harga produk (bukan produk).
Untuk mengukur suatu variabel, ada enam tahap kegiatan yang perlu dilakukan, yaitu:
• Mendefinisikan secara teoretis (konseptual) variabel,
• Mendefinisikan secara operasional variabel.
• Menentukan skala pengukuran yang digunakan,
• Menentukan instrumen yang digunakan,
• Mengembangkan butir instrumen, dan
• Mengevaluasi instrumen.
Keenam tahap itu akan dijelaskan dalam beberapa pasal berikutnya.
Petunjuk Tak Langsung tentang Karakteristik Objek (Lerbin R, 2007, hal 114)
Sebelum tahap-tahap pengukuran variabel dijelaskan, ada perbedaan pengukuran dalam ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu alam yang perlu diketahui. Karakteristik objek pada ilmu-ilmu sosial tidak dapat diobservasi secara langsung, misalnya sikap konsumen, motivasi, dan lain sebagainya. Sebaliknya, dalam ilmu-ilmu alam, tinggi dari suatu benda misalnya, dapat diobservasi secara langsung sehingga pengukurannya mudah dilakukan dengan hasil yang jauh lebih akurat.
Pengukuran pada ilmu social dilakukan secara tak langsung, yaitu melalui indikator tertentu. Indikator merupakan petunjuk tak langsung atas keberadaan karakteristik objeknya. Pengukuran itu dilakukan melalui pendugaan atas karakteristik objek berdasarkan pengalaman atas hal-hal yang diduga sebagai petunjuk atas keberadaan karakteristik objek itu. Untuk mengetahui kepuasan konsumen terhadap suatu produk, misalnya, kita menduganya dari keluhan yang disampaikannya mengenai atribut-atribut produk itu. Sehubungan dengan itu, peneliti harus menyadari bahwa hasil pengukuran dalam penelitian social sulit – kalau tak mungkin – diharapkan untuk sangat akurat.
Definisi Konseptual dan Operasional Variabel (Lerbin R, 2007, hal 114-117)
Dua tahap yang pertama pada pengukuran suatu variabel adalah pendefinisian variabel dalam dua tingkatan, yaitu pada tingkat teoretis dan pada tingkat empiris. Definisi variabel pada tingkat teoretis dinamakan definisi konseptual dan definisi variabel pada tingkat empiris dinamakan definisi operasional atau pengukuran.
Sebelum kedua definisi itu dijelaskan lebih lanjut, kita akan membicarakan lebih dulu pengertian konsep dan variabel. Konsep dapat diartikan sebagai suatu istilah yang digunakan untuk menunjuk sesuatu, misalnya istilah mobil digunakan untuk menunjuk objek berupa kendaraan bermotor beroda empat atau lebih; atau mesin ketik untuk menunjuk alat yang memiliki karakteristik tertentu dan digunakan untuk mengetik.
Istilah yang digunakan untuk menunjuk suatu objek sebenarnya secara implisit mengandung paling tidak beberapa karakteristik yang harus dimiliki oleh suatu objek agar istilah itu dapat digunakan untuk menunjuk objek tersebut. Misalnya, suatu benda yang hanya memiliki dua roda tidak termasuk sebagai konsep mobil. Demikian juga dengan suatu benda yang beroda empat, tetapi tidak memiliki mesin, tidak termasuk sebagai konsep mobil. Jadi, suatu konsep sebenarnya merupakan istilah yang digunakan untuk menunjuk sesuatu berdasarkan hasil generalisasi atas karakteristik yang dimiliki oleh sesuatu itu. Konsep mengenai mobil, merupakan suatu generalisasi dari beberapa karakteristik objek yang memiliki paling sedikit empat roda, memiliki mesin, dan lain sebagainya. Dengan demikian, sesuatu yang tidak memiliki paling sedikit empat roda dan tidak memiliki mesin tidak termasuk sebagai konsep mobil. Dari uraian mengenai konsep itu kita dapat mengetahui bahwa pada pembentukan ataupun perumusan suatu konsep terkandung pengertian mengenai adanya pembatasan beberapa karakteristik untuk membedakan apa yang termasuk dan tidak termasuk dalam pengertian konsep itu.
Hal yang menjadi perhatian pada suatu penelitian adalah karakteristik dari suatu konsep. Dengan pernyataan lain, variasi karakteristik dari objek yang termasuk pada suatu konseplah yang diukur, bukan objek itu sendiri.
Menurut, Kerlinger (1986), objek penelitian adalah objek yang memiliki karakteristik yang bervariasi. Untuk contoh mobil diatas, bias semua mobil memiliki empat roda, maka roda mobil tidak memiliki karakteristik yang bervariasi sehingga bukan merupakan variabel. Sebaliknya karena roda mobil bervariasi – ada yang empat, enam dan seterusnya – maka karakteristik mobil berupa jumlah rodanya dapat dijadikan sebagai variabel penelitian. Dengan demikian, kita dapat mengetahui bahwa pembicaraan mengenai konsep merupakan pembicaraan pada tingkat teoretis, pada tingkat pengukuran. Namun demikian, kita tidak akan membedakan lagi antara konsep dan variabel karena konsep yang dijelaskan pada suatu penelitian empiris adalah konsep yang memang memiliki karakteristik yang bervariasi, yang tidak lain adalah variabel.
Sekarang kita kembali pada definisi konseptual dan operasional variabel penelitian. Perumusan definisi konseptual merupakan pemberian batasan atas karakteristik variabel yang akan diteliti dan diukur sedemikian rupa sehingga variabel itu berbeda dari variabel lainnya yang tidak termasuk pada penelitian yang dilakukan. Definisi konseptual variabel lazim diperoleh dari definisi yang dikemukakan oleh para pakar dimana variabel itu menjadi objek kajiannya. Definisi konseptual itu dapat ditemukan pada jurnal ilmiah maupun buku teks yang membahas variabel itu. Definisi yang digunakan pada suatu penelitian biasanya merupakan hasil analisis dan rangkuman dari beberapa definisi yang ada, yakni dalam bentuk kesimpulan dari definisi – definisi yang ada.
Mengenai definisi teoretis suatu variabel, ada tiga hal yang perlu diperhatikan. Pertama, tiap variabel yang dikutip wajib untuk diulas dan antardefinsi yang dikutip wajib untuk dibandingkan. Kedua, dari definisi-definisi yang dikutip dan diulas, peneliti harus merumuskan kesimpulannya dan definisi yang disimpulkan itulah yang digunakan pada penelitiannya. Dalam keadaan tertentu, peneliti dapat saja memilih salah satu atau lebih dari berbagai definisi yang dikutip, asalkan disertai dengan alasannya. Alasan itu dapat berupa kesesuaian dengan instrumen yang akan digunakan atau kekomprehensifan atau kekinian definisi yang dipilih. Ketiga, semua ciri dari variabel yang didefinisikan harus tercakup secara eksplisit dan pilah pada definisi teoretisnya karena hal itu akan sangat membantu untuk mendefinisian variabel itu secara operasional dan berkaitan erat dengan validitas instrumen yang akan dikembangkan.
Untuk mengukur variabel yang telah didefinisikan, yakni untuk memperoleh data empiris – kuantitatifnya, peneliti harus merumuskan definisi operasionalnya. Definisi operasional variabel penelitian berisi semua kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh data empiris– kuantitatifnya; merupakan spesifikasi mengenai apa yang akan diukur dan bagaimana cara mengukurnya. Isi dari definisi itu sering kali dikemukakan dengan ungkapan; “lakukan ini, lakukan itu!” Jadi, inti dari definisi operasional adalah apa saja yang dilakukan untuk memperoleh data mengenai suatu variabel. Isi dari definisi operasional umumnya mencakup uraian mengenai:
Semua ciri dari objek yang akan diukur, sebagaimana harus telah dikemukakan pada definisi teoretisnya,
Metode apa yang akan digunakan; apakah instrumennya berupa angket, wawancara atau observasi,
Cara mengembangkan atau membuat instrumen yang digunakan,
Cara memberikan skor (angka atau bilangan) atas karakteristik variabel yang melekat pada objeknya,
Dalam keadaan yang bagaimana pengukuran dilakukan,
Peralatan apa saja yang diperlukan, untuk mengukur variabel maupun spesifikasi peralatan itu, dan
Bagaimana cara menguji validitas dan reliabilitas instrumen yang digunakan.
Sesuai dengan namanya, definisi operasional harus dibuat serinci mungkin sehingga peneliti lain pun dapat mengukur variabel yang didefinisikan, tanpa harus bertemu atau berdiskusi secara langsung dengan peneliti yang merumuskan definisi operasionalnya.
Sebagai gambaran mengenai definisi konseptual dan operasional di atas, berikut ini dikemukakan sebuah contoh, variabelnya adalah kelas sosial. Definisi dari kelas sosial itu adalah bagian-bagian berjenjang yang relatif permanen dan homogen pada satu masyarakat ke dalam mana para individu atau keluarga memiliki bersama nilai, gaya hidup, minat, dan perilaku yang mirip dapat dikategorikan. Definisi operasional variabel itu dapat lebih dari satu, bergantung pada kebutuhan dan keberadaan penelitian yang dilakukan. Definisi operasional dari kelas sosial itu ditinjau dari berbagai aspek dikemukakan oleh Tull dan Hawkins (1993) sebagai berikut.
Dari aspek reputasi, para individu digolongkan ke dalam kelas-kelas sosial berdasarkan bagaimana orang yang mengenalnya memberikan peringkat kepada para individu tersebut.
Dari aspek sosiometrik, para individu ditempatkan ke dalam kelas-kelas sosial berdasarkan dengan siapa mereka bergaul.
Dari aspek subjektivitas, para individu ditempatkan ke dalam kelas-kelas sosial berdasarkan peringkat yang dibuat sendiri oleh individu yang bersangkutan.
Dari aspek objektivitas, para individu ditempatkan ke dalam satu kelas sosial
berdasarkan pemilikan mereka atas beberapa karakteristik atau kombinasi dari karakteristik-karakteristik, seperti pekerjaan, pendidikan dan penghasilan.
Definisi operasional di atas sebenarnya belum memadai karena belum mencakup instrumen yang akan digunakan untuk mengukurnya, butir-butir instrumen untuk mengukur karakteristik variabelnya, sistem pemberian skor, dan sebagainya. Untuk system pemberian skor, misalnya berdasarkan definisi operasional yang demikian, kita belum dapat memberikan dan menghasilkan suatu skor sebagai petunjuk atas kelas sosial dari para individu yang akan diukur. Namun demikian, cara memberikan dan memperoleh skor itu lazimnya dikemukakan pada bagian mengenai instrumen yang digunakan.
Menurut Ackoff, Gupta, dan Minas (1962; dalam Green, Tull, dan Albaum, 1988), definisi operasional variabel penelitian secara umum mencakup penspesifikasian mengenai hal-hal sebagai berikut.
Kelas (atau golongan) orang, objek, kejadian atau keadaan yang harus diobservasi.
Kondisi lingkungan dimana observasi dilakukan.
Instrumen yang harus digunakan untuk mengobservasi.
Kegiatan observasi yang harus dilakukan.
Contohnya yang bisa dikemukakan adalah sikap konsumen terhadap suatu merek produk, misalnya, dapat didefinisikan secara operasional sebagai hasil yang diperoleh dari:
Sikap konsumen terhadap merek itu
Pada satu waktu tertentu dan pada daerah geografis tertentu
Yang secara pribadi diwawancarai dengan menggunakan
Skala sikap yang dispesifikasikan untuk memperoleh
Informasi mengenai tanggapan yang dihasilkan melalui skala sikap itu.
Pada contoh mengenai definisi operasional yang dikemukakan terakhir itu, aspek pemberian skornya sudah tercakup, yakni pada butir empat (skala sikap). Pada contoh terakhir itu, masalah pemberian skor masih harus dikemukakan pada bagian mengenai instrumen yang akan digunakan, yaitu skala sikap.
Sebelum dilanjutkan pada tahap dalam suatu pengukuran, ada beberapa hal yang lain perlu diperhatikan mengenai definisi konseptual dan operasional suatu variabel. Pertama, pada definisi konseptual harus tersurat atribut apa saja yang menjadi ciri dari variabel yang akan diukur. Kedua, definisi operasional dikembangkan berdasarkan tiap karakteristik yang telah harus tersurat pada definisi konseptualnya.
Skala sebagai Hasil Pengukuran ( Lerbin R, 2007, hal 118-119)
Tahap ketiga pada pengukuran variabel adalah penentuan skala pengukuran yang digunakan atas data yang diperoleh. Hasil berupa angka yang diperoleh dari suatu proses pengukuran dinamakan skala, yang terdiri atas:
Skala nominal merupakan angka yang digunakan sebagai kode, symbol atau lambing untuk menggolongkan subjek penelitian berdasarkan karakteristik yang dimilikinya.
Contoh : untuk variabel jenis kelamin, kita menggunakan angka 0 untuk laki-laki dan angka 1 untuk perempuan.
Skala ordinal merupakan skala yang berfungsi untuk menggolongkan, memberikan jenjang (tingkat) kepada tiap subjek berdasarkan kuantitas atau kadar kepemilikan subjek atas karakteristik yang diukur.
Contoh : data mengenai lamanya pendistribusian produk oleh beberapa penyalur
dan peringkatnya adalah sebagai berikut
Penyalur Waktu Peringkat
A 2 1
B 5 2
C 6 3
D 10 4
E 11 5
Dari contoh skala ordinal diatas kita dapat mengetahui bahwa skala ordinal berfungsi untuk menggolongkan penyalur dan dapat juga digunakan untuk membandingkan waktu yang dibutuhkan para penalur.
Skala interval merupakan skala yang berfungsi untuk menggolongkan dan membandingkan subjek, memiliki jarak yang sama antar dua nilai yang berdekatan dan memiliki nilai nol arbiter berdasarkan konversi dan kesepakatan
Contoh : skor suhu udara yang diperoleh melalui thermometer celcius memilki jarak yang sama, missal jarak antara 36 derajat celcius dan 37 derajat celcius dianggap sama dengan jarak antara 34 derajat celcius dan 35 derajat Celsius. .
Skala rasio merupakan skala yang memiliki cirri dari ketiga skala sebelumnya juga mempunyai nilai nol mutlak.
Contoh : banyaknya barang di suatu toko dan jumlah konsumen dari suatu produk.
Tinjauan Skala (Uma Sakaran, 2006, hal 30-38)
Empat skala yang diterapkan pada pengukuran variabel adalah skala nominal, ordinal, interval dan rasio. Skala nominal menyoroti perbedaan dengan mengklasifikasikan objek atau orang ke dalam kelompok dan menyediakan informasi yang paling sedikit mengenai variabel. Skala ordinal memberikan beberapa informasi tambahan dengan mengurutkan tingkatan kategori skala nominal. Skala interval tidak hanya mengurutkan, namun juga memberi kita informasi besaran perbedaan dalam variabel. Skala rasio tidak hanya menunjukkan besaran perbedaan tapi juga proporsinya.
Setelah mengetahui 4 skala yang digunakan unutk mengukur dimensi dan elemen variabel yang didefinisikan secara operasional adalah perlu unutk menelaah metode penskalaan (yaitu menentukan nomor symbol) untuk memperoleh respon sikap subjek terhadap objek, peristiwa atau orang. Terdapat 2 kategori utama dalam skala sikap yaitu
Skala peringkat, memiliki beberapa kategori respons dan digunakan untuk mendapatkan respon yang terkait dengan objek, peristiwa atau orang yang dipelajari. Skala ini terdiri dari beberapa skala yaitu :
o Skala dikotomi, skala ini digunakan untuk memperoleh jawaban ya dan tidak.
Contoh : apakah anda memiliki mobil?
o Skala kategori, skala ini menggunakan banyak item untuk mendapatkan respon tunggal
Contoh : di bagian California mana anda tinggal?
a. North bay
b. South bay
o Skala likert, skala ini di design untuk menelaah seberapa kuat subjek setuju atau tidak setuju dengan penyataan pada skala 5 titik dengan susunan berikut :
Sangat tidak setuju
1 Tidak setuju
2 Tidak berpendapat
3 Setuju
4 Sangat setuju
5 Sangat tidak setuju
o Skala differential semantic, skala ini dipakai untuk menilai sikap responden terhadap merek, iklan, objek atau iklan tertentu
Contoh: Responsif ------------------------------ Tidak responsif
Cantik ----------------------------------- Jelek
o Skala numerical, skala ini mirip dengan skala differential semantic, dengan perbedaan dalam hal nomor pada skala 5 titik atau 7 titik disediakan, dengan kata sifat berkutub 2 pada ujung keduanya.
Contoh :
Sangat puas 1 2 3 4 5 Sangat tidak puas
o Skala peringkat terperinci, skala 5 titik atau 7 titik dengan titik panduan atau jangkar, sesuai keperluan, disediakan untuk tiap item dan responden menyatakan nomor yang tepat di sebelah masing-masing item atau melingkari nomor yang relevan untuk tiap item.
Contoh :
1
sangat tidak mungkin 2
tidak mungkin 3
tidak berpendapat 4
mungkin 5
sangat mungkin
1) saya akan berganti pekerjaan dalam 12 bulan ke depan -
2) saya akan memikul tugas baru dalam waktu dekat -
3) mungkin saja saya akan keluar dalam 12 bulan ke depan -
o Skala peringkat jumlah konstan atau tetap, di dalam skala ini responden diminta untuk mendistribusikan sejumlah poin yang akan diberikanke berbagai item.
Contoh: keharuman 40
Warna 15
Bentuk 20
Ukuran 10
Tekstur busa 15
Total 100
o Skala staple, skala ini secara simultan mengukur arah dan intensitas sikap terhadap item yang dipelajari. Karakteristik minat terhadap studi yang ditempatkan di bagian tengah dengan jarak skala numeric, misal dari +3 sampai -3, pada tiap sisi item seperti contoh berikut.
Contoh :
Nyatakan bagaimana anda menilai kemampuan supervisor anda terkait dengan setiap karkateristik yang disebutkan di bawah ini, dengan melingkari nomor yang tepat.
+3 +3 +3
+2 +2 +2
+1 +1 +1
mengadopsi teknologi inovasi keterampilan
modern produk antarpribadi
-3 -3 -3
-2 -2 -2
-1 -1 -1
o Skala peringkat grafik, gambaran grafis membantu responden untuk menunjukkan skala peringkat grafik jawaban mereka untuk pertanyaan tertentu dengan menempatkan tanda pada titik yang tepat pada garis
Contoh : pada skala 1 sampai 10, sangat baik
bagaimana anda akan baik
menilai supervisor anda? Sangat buruk
o Skala consensus, skala ini dibuat berdasarkan consensus, dimana panel juru memilih item tertentu, megukur konsep yang menurut mereka relevan. Skala consensus tersebut lalu dibuat setelah item terpilih diperiksa dan diuji validitas dan keandalannya. Skala ini jarang dipakai karena banyaknya waktu yang dibutuhkan untuk membuatnya.
Skala ranking, skala ini biasanya digunakan untuk mengungkap preferensi antar dua atau lebih obejk atau item( bersifat ordinal), tapi ranking semacam ini mungkin tidak memberi petunjuk yang jelas mengenai jawaban yang dicari.
Contoh : misalkan ada 4 lini produk dan manager mencari informasi yang akan membantu memutuskan lini mana yang sebaiknya diberi perhatian lebih. Asumsi responde 35% memilih produk pertama, 20% responden memilih produk kedua, 25% responden memilih produk ketiga dan sisanya memilih produk keempat. Manager tersebut kemudian tidak dapat menyimpulkan bahwa produk pertama yang paling disukai karena 65 % responden tidak memilih produk tersebut. Metode alternative yang dapat digunakan antara lain perbandingan berpasangan, pilihan yang diharuskan dan skala komparatif.
o Perbandingan berpasangan, digunakan ketika diantara sejumlah kecil objek, responden diminta untuk memilih antara 2 objek pada satu waktu.
Contoh : pembeli diminta untuk memilih produk kecap ABC atau kecap BANGO.
o Pilihan yang diharuskan, memungkinkan responden untuk meranking objek secara relative satu sama lain siantara alternative yang disediakan.
Contoh : ranking makanan yang paling anda suka dengan menggunakan angka 1 sampai 5, gado-gado, capcai, hamburger, nasi gila, bakmi ayam.
o Skala komparatif, skala ini memberikan standar untuk menilai sikap terhadap objek, kejadian, atau situasi saat ini yang diteliti.
Contoh :
Dalam lingkungan keuangan yang mudah berubah, dibandingkan saham, seberapa bijakkah untuk berinvestasi dalam treasury bond? Silakan melingkari respon yang tepat.
Lebih berguna hampir sama kurang berguna
1 2 3 4 5
(Mudrajat kuncoro, 2003, hal 151)
Jenis skala dimana dievaluasi suatu dimensi orang, objek, atau fenomena pada suatu titik dalam suatu rentang/ kategori. Jenis skala ini dibagi menjadi:
a. Graphic rating scales, dimana responden menunjukan perasaannya dalam skala grafik.
b. Itemized rating scales, dimana dipilih suatu kategori dalam bentuk berurutan.
c. Comparative rating scales, dimana orang, objek, fenomena lain dinilai dalam suatu standar orang, objek, fenomena lain. Salah bentuk skala ini adalah dikenal dengan nama skala rankorder.
Ketepatan Pengukuran ((Uma Sakaran, 2006, hal 39-40)
Skala yang dibuat sering tidak sempurna dan kesalahan mudah terjadi dalam pengukuran variabel yang berhubungan dengan sikap, penggunaan instrument yang lebih baik akan meningkatkan kualitas ilmiah penelitian. Karena itu dengan cara tertentu kita perlu menilai “ ketepatan” dari ukuran yang dibuat, yaitu kita perlu secara logis memastikan bahwa instrument yang kita gunakan dalam penelitian benar-benar mengukur variabel yang seharusnya diukur dan bahwa instrument itu mengukur variabel secara akurat. Untuk memastikan bahwa ukuran yang dibuat adalah baik secara logis, hal yang harus dilakukan adalah :
Analisis item, digunakan unutk melihat aoakah item dalam instrument memang sudah seharusnya berada dalam instrument atau tidak. Tiap item diuju kemampuannya untuk membedakan antar subjek yang total skornya tinggi dan yang rendah. Dalam analisis item, mean antara kelompok skor tinggi dan kelompok skor rendah diuju untuk menemukan perbedaan signifikan melalui nilai-t. item dengan nilai-t tinggi [mampu mengidentifikasikan item yang sangat berbeda dalam instrument t] kemudian dimasukan dalam instrument setelah dlikakukan uji keandalan dan validitas ukuran ditentukan.
Keandalan (reliability), keandalan suatu pengukuran menunjukkan sejauh mana pengukuran tersebut tanpa bias (error) dan karena itu menjamin pengukuran yang konsisten lintas waktu dan lintas beragam item dalam instrument. Dengan kata lain keandalan suatu pengukuran merupakan indikasi mengenai stabilitas dan konsistensi dimana instrument mengukur konsep dan membantu menilai :ketepatan” sebuah pengukuran.
Stabilitas Pengukuran (Uma Sakaran, 2006, hal 40-41)
Kemampuan suatu pengukuran untuk tetap sama sepanjang waktu merupakan indikasi dari stabilitas dan kerentanannya yang rendah untuk berubah dalam situasi. Hal tersebut membuktikan “ketepatan” nya karena konsep benar-benar diukur , tidak peduli kapan pun dilakukan.
Dua uji stabilitas adalah
o Keandalan Tes Ulang adalah koefisien yang diperoleh dengan pengulangan ukuran yang sama pada kesempatan kedua. Yaitu jika sebuah kuesioner yang mengandung sejumlah item yang diandaikan mengukur suatu konsep yang diberikan kepada sekumpulan responden saat ini, dan kepada responden yang sama 6 minggu kemudian, maka korelasi antara skor yang diperoleh dari 2 waktu yang berbeda dari sekumpulan responden yang sama disebut koefisien tes ulang. Semakin tinggi koefisien tersebut semakin baik keandalan tes ulang dan konsekuensinya stabilitas ukutran melintasi waktu
o Keandalan Bentuk Paralel adalah bila respons terhadap dua tes serupa yang mengungkap ide yang sama menunjukkan korelasi tinggi. Kedua tes memiliki item yang setara dan format respons yang sama, yang berubah hanya susunan kata dan urutan pertanyaan. Bila dua tes yang sebanding menghasilkan skor yang berkorelasi tinggi, kita bisa cukup yakin bahwa ukuran tersebut secara logis dapat dipercaya, dengan varians kesalahan minimal yang disebabkan oleh susunan kata, urutan, atau faktor lain.
Konsistensi Internal Ukuran(Uma Sakaran, 2006, hal 41-42)
Konsistensi internal ukuran (internal consistency of measures) merupakan indikasi homogenitas item dalam ukuran yang mengungkap ide. Dengan kata lain, item harus “bersama-sama sebagai kesatuan “ dan mampu secara beban mengukur konsep yang sama sehingga responden menyematkan makna keseluruhan yang sama untuk tiam item. Hal ini dapat dilihat dengan menguji apakah item dan subset item dalam instrument pengukuran berkorelasi tinggi. Konsistensi dapat diuji melalui keandalan antar-item dan uji keandalan belah dua.
o Keandalan Konsistensi Antar-item
Keandalan konsistensi antar-item merupakan pengujian konsistensi jawaban responden atas semua item yang diukur. Sampai tingkat di mana item-item merupakan ukuran bebas dari konsep yang sama, mereka akan berkorelasi satu sama lain. Tes keandalan antar-item paling populer adalah koefisien alfa Cronbach, yang digunakan untuk item skala-multipoin, dan formula Kuder-Richardson, yang digunakan untuk item dikotomi. Semakin tinggi koefisien, semakin baik instrument pengukuran.
o Keandalan Belah Dua
Keandalan belah dua mencerminkan korelasi antara dua bagian instrument. Estimasi akan berbeda-beda tergantung pada bagaimana item dalam pengukuran dibelah ke dalam dua bagian. Keandalan belah dua bisa lebih tinggi daripada alfa Cronbach hanya dalam keadaan di mana terdapat lebuh dari satu dimensi respons mendasar yang diungkap oleh pengukuran dan jika beberapa kondisi lainnya terpenuhi. Karena itu, dalam hampir setiap kasus, alfa Cronbach bisa dianggap merupakan indeks yang memadai untuk keandalan konsistensi antar-item.
Penting dicatat bahwa keandalan adalah perlu, namun belum cukup untuk menguji ketepatan ukuran. Misalnya, seseorang bisa dengan sangat terpercaya mengukur sebuah konsep yang memperlihatkan stabilitas dan konsistensi yang tinggi, namun hal tersebut mungkin bukan konsep yang ia tentukan untuk diukur.
Validitas (Uma Sakaran, 2003, hal 42-46)
Validitas dibagi dua, yaitu validitas internal ( dimana kita mendalami otentisitas hubungan sebab dan akibat) dan validitas eksternal ( generalisasi untuk lingkungan eksternal). Ada beberapa uji validitas yang digunakan untuk menguji ketepatan ukuran yaitu validitas isi, validitas berdasar kriteria dan validitas konsep.
o Validitas Isi, validitas ini memastikan bahwa pengukuran memasukkan sekumpulan item yang memadai dan mewakili yang mengungkap konsep. Semakin item skala mencerminkan kawasan atau keseluruhan konsep yang diukur, semakin besar validitas isi. Dengan kata lain, validitas isi merupakan fungsi seberapa baik dimensi dan elemen sebuah konsep telah digambarkan. Validitas muka dianggap oleh sejumlah pihak sebagai indeks validitas isi yang paling dasar dan sangat minimum. Validitas isi menunjukkan bahwa item-item yang dimaksudkan untuk mengukur sebuah konsep, memberi kesan mampu mengungkap konsep yang hendak diukur
o Validitas Berdasar Kriteria, validitas ini terpenuhi jika pengukuran membedakan individu menurut suatu criteria yang diharapkan diprediksi. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menghasilkan validitas konkuren atau validitas prediktif.
Validitas konkuren dihasilkan jika skala membedakan individu yang diketahui berbeda yaitu mereka harus menghasilkan skor yang berbeda pada instrument seperti contoh berikut : bila ukuran suatu etika kerja disusun dan diberikan kepada sekelompok penerima santunan, skala seharusnya membedakan mereka yang antusias untuk menerima pekerjaan dan senang dengan kesempatan untuk tidak bergantung pada santunan dari mereka yang tak ingin bekerja walaupun ditawari pekerjaan.
Validitas prediktif menunjukkan kemampuan instrument pengukuran untuk membedakan orang dengan referensi pada suatu criteria masa depan, misalnya : jika suatu tes bakat diberikan pada karyawan pada saat recruitment untuk membedakan individu berdasarkan kinerja mereka di masa depan, maka mereka yang mempunyai skor rendah pada tes ini akan menjadi pekerja yang buruk dan mereka dengan skor tinggi akan menjadi pekerja yang baik.
o Validitas Konsep, menunjukkan seberapa baik hasil yang diperoleh dari penggunaan ukuran cocok dengan teori yang mendasari desain tes. Hal tersebut dinilai melalui validitas konvergen dan validitas diskriminan. Validitas konvergen akan terpenuhi jika skor yang diperoleh dengan dua instrument berbeda yang mengukur konsep yang sama menunjukkan korelasi yang tinggi. Validitas diskriminan terpenuhi jika, berdasarkan teori, dua variabel diprediksi tidak berkorelasi dan skor yang diperoleh dengan mengukurnya benar-benar secara empiris membuktikan hal tersebut.
Beberapa cara dimana bentuk-bentuk validitas diatas dapat dipenuhi adalah melalui :
1. Analisis korelasional ( seperti dalam kasus menghasilkan validitas konkuren dan prediktif atau validitas konvergen dan diskriminan)
2. Analisis faktor, teknik multivariate yang akan menegaskan dimensikonsep yang telah didefinisikan secara operasional, sekaligus menetapkan item mana yang paling tepat untuk tiap dimensi.
3. Multikarakter atau multimetode matriks korelasi yang diperoleh dari pengukuran konsep dengan berbagai bentuk dan metode yang menambah ketaatan pengukuran.
Dibawah ini adalah berbagai jenis validitas beserta deskripsinya :
Validitas Deskripsi
Validitas isi Apakah pengukuran benar-benar mengukur konsep?
Validitas muka Apakah “para ahli” mengesahkan bahwa instrument mengukur apa yang seharusnya diukur?
Validitas berdasarkan kriteria Apakah pengukuran membedakan cara yang membantu memprediksi criteria variabel?
Validitas konkuren Apakah pengukuran membedakan cara yang membantu memprediksi criteria variabel saat ini?
Validitas prediktif Apakah pengukuran membedakan individual dalam membantu memprediksi kriteria masa depan?
Validitas konsep Apakah instrument menyediakan konsep sebagai teori?
Validitas konvergen Apakah dua instrument mengukur konsep dengan korelasi lebih tinggi?
Validitas diskriminan Apakah pengukuran memiliki korelasi rendah dengan variabel yang diperkirakan tidak ada hubungannya dengan variabel tersebut?
Metode Pengukuran dan Pengembangan Butir Instrument (Lerbin R, 2007, hal 119-120)
Ada beberapa metode yang dapat digunakan antara lain :
o Observasi
o Angket, metode ini menggunakan beberapa pertanyaan tertulis untuk diajukan dan ditanggapi oleh subjek
o Wawancara, data diperoleh dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada subjek. Jadi pertanyaan itu tidak tidak disampaikan dalam bentuk tertulis kepada subjek.
Syarat instrument pengukuran (Lerbin R, 2007, hal 120)
Persyaratan instrument yang dikemukakan oleh Osgood, Suci, Tanembaum (1957) antara lain :
1. Objektivitas, metode pengukuran yang efektif harus dapat menghasilkan data yang dapat diverifikasi, dapat dihasilkan kembali dengan hasil yang bebas dari unsur subjektivitas dari orang yang menggunakan metode tersebut.
2. Reliabilitas, bila metode pengukuran digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama pada subjek yang sama akan diperoleh hasil yang sama pada batas-batas kekeliruan yang dapat diterima.
3. Validitas, metode pengukuran yang digunakan harus dapat memberikan hasil yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dari objek yang diukur.
4. Kepekaan, metode pengukuran harus dapat mengungkap perbedaan yang kecil sekalipun dari variasi karakteristik objek yang diukur.
5. Data yang diperoleh dari metode pengukuran yang digunakan seharusnya dapat dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dengan metode lainnya.
6. Manfaat, metode pengukuran harus bersifat praktis dan relevan dengan aspek teoritis dari objek yang diukur.
Sumber Variasi Pengukuran (Lerbin R, 2007, hal 121)
Kekeliruan yang terjadi pada pengukuran atas objek pengukuran atas objek penelitian dapat diidentifikasi dari beberapa sumber :
1. Dari objek, kekeliruan yang berasal dari objek penelitian berkaitan dengan tidak stabilnya objek yang diukur antarwaktu yang berbeda.
2. Dari subjek, misalnya hasil pengukuran sikap konsumen pada keadaan yang normal dan pada keadaan yang tidak sehat kemungkinan besar tidak sama.
3. Dari alat atau instrument, jika instrument tidak reliable maka hasil pengukuran yang diperoleh akan bervariasi.
4. Dari situasi pengukuran, hasil pengukuran yang diperoleh pada situasi yang panas dan gaduh akan berbeda bila pengukurannya dilakukan pada situasi yang nyaman dan tentram.
5. Dari variasi pelaksanaannya, misalnya hasil penelitian di laboratorium mungkin saja berbeda dari hasil penelitian yang dilakukan di lapangan.
6. Dari pembacaan hasilnya, kekeliruan hasil pengukuran karena kekeliruan ketika membaca hasilnya dapat terjadi karena kesalahan pada pemberian skor atas hasil pengukuran yang diperoleh atau pada pemindahan data ke computer.
Langganan:
Postingan (Atom)