Jumat, 02 April 2010

PENGUKURAN< SKALA DAN VALIDITAS

Definisi dan Tahap Pengukuran ( Lerbin R, 2007, hal 112-114)
Pada penelitian kuantitatif, data yang diperoleh dan dianalisis adalah data kuantitatif, dalam bentuk angka atau bilangan. Data kuantitatif itu merupakan pencerminan dari karakteristik variabel penelitian. Data yang demikian diperoleh melalui suatu proses pengukuran.


Menurut Campbell (1938; dalam Godfrey, dkk., 1992), pengukuran merupakan pemberian tanda berupa angka (numerals) untuk mewakili sifat – sifat dari sistem – sistem material selain bilangan (numbers), dengan menggunakan aturan tertentu. Pendapat lainnya dikemukakan oleh Stevens (1951 dalam Kerlinger 1986) bahwa dalam pengertian yang paling luas, pengukuran merupakan pemberian angka atau bilangan pada objek – objek atau kejadian – kejadian menurut aturan tertentu.

Menurut Kerlinger, pemberian angka itu merupakan pemetaan objek pada satu himpunan terhadap objek lain pada himpunan lainnya. Misalnya, objek pada suatu himpunan terdiri atas beberapa orang laki – laki dan beberapa orang perempuan, sementara pada himpunan lainnya terdapat angka 0 dan 1. Pemetaan unsur – unsur pada himpunan yang pertama pada unsur – unsur pada himpunan yang kedua dilakukan melalui suatu fungsi, yakni aturan korespondensi berupa aturan untuk mengaitkan unsur – unsur pada satu himpunan dengan unsur – unsur pada himpunan lainnya. Aturan itu, misalnya, jika seseorang berjenis kelamin laki – laki, berikanlah satu angka 1 dan jika seseorang berjenis kelamin perempuan, berikanlah satu angka 0. Dalam hal ini, tiap unsur pada satu himpunan hanya dipetakan terhadap satu unsur juga pada himpunan lainnya.


Menurut Tull dan Hawkins (1993), penggunaan istilah angka pada definisi pengukuran tidak selalu berkaitan dengan pengertian yang biasa diberikan oleh orang yang bukan peneliti. Angka tidak harus berarti angka yang dapat ditambahkan, dikurangkan, dibagikan atau dikalikan. Dengan pernyataan lain, angka yang berfungsi sebagai lambang atau kode termasuk juga dalam pengertian hasil pengukuran.
Angka pada pengukuran merupakan pencerminan dari karakteristik objek yang diukur. Pada contoh diatas, jenis kelamin merupakan karakteristik (objek) dari subjek penelitian serta variasi dari karakteristik itu adalah laki-laki dan perempuan. Angka berupa 0 dan 1 itu merupakan pencerminan dari karakteristik objek penelitian. Jadi, pengukuran selalu mencakup karakteristik objek penelitian.
Perlu kiranya ditekankan kembali melalui beberapa contoh, khususnya dalam konteks pengukuran, bahwa antara konsep dan variabel adalah berbeda. Penjualan merupakan suatu konsep, bukan variabel karena tidak memiliki variasi, namun volume penjualan merupakan variabel karena volume memiliki variasi. Produk merupakan suatu konsep, tetapi jenis produk, tingkat harga produk merupakan variabel. Dalam konteks pengukuran, yang diukur adalah volume penjualan (bukan penjualan), jenis produk dan tingkat harga produk (bukan produk).


Untuk mengukur suatu variabel, ada enam tahap kegiatan yang perlu dilakukan, yaitu:
• Mendefinisikan secara teoretis (konseptual) variabel,
• Mendefinisikan secara operasional variabel.
• Menentukan skala pengukuran yang digunakan,
• Menentukan instrumen yang digunakan,
• Mengembangkan butir instrumen, dan
• Mengevaluasi instrumen.
Keenam tahap itu akan dijelaskan dalam beberapa pasal berikutnya.

Petunjuk Tak Langsung tentang Karakteristik Objek (Lerbin R, 2007, hal 114)
Sebelum tahap-tahap pengukuran variabel dijelaskan, ada perbedaan pengukuran dalam ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu alam yang perlu diketahui. Karakteristik objek pada ilmu-ilmu sosial tidak dapat diobservasi secara langsung, misalnya sikap konsumen, motivasi, dan lain sebagainya. Sebaliknya, dalam ilmu-ilmu alam, tinggi dari suatu benda misalnya, dapat diobservasi secara langsung sehingga pengukurannya mudah dilakukan dengan hasil yang jauh lebih akurat.


Pengukuran pada ilmu social dilakukan secara tak langsung, yaitu melalui indikator tertentu. Indikator merupakan petunjuk tak langsung atas keberadaan karakteristik objeknya. Pengukuran itu dilakukan melalui pendugaan atas karakteristik objek berdasarkan pengalaman atas hal-hal yang diduga sebagai petunjuk atas keberadaan karakteristik objek itu. Untuk mengetahui kepuasan konsumen terhadap suatu produk, misalnya, kita menduganya dari keluhan yang disampaikannya mengenai atribut-atribut produk itu. Sehubungan dengan itu, peneliti harus menyadari bahwa hasil pengukuran dalam penelitian social sulit – kalau tak mungkin – diharapkan untuk sangat akurat.

Definisi Konseptual dan Operasional Variabel (Lerbin R, 2007, hal 114-117)
Dua tahap yang pertama pada pengukuran suatu variabel adalah pendefinisian variabel dalam dua tingkatan, yaitu pada tingkat teoretis dan pada tingkat empiris. Definisi variabel pada tingkat teoretis dinamakan definisi konseptual dan definisi variabel pada tingkat empiris dinamakan definisi operasional atau pengukuran.
Sebelum kedua definisi itu dijelaskan lebih lanjut, kita akan membicarakan lebih dulu pengertian konsep dan variabel. Konsep dapat diartikan sebagai suatu istilah yang digunakan untuk menunjuk sesuatu, misalnya istilah mobil digunakan untuk menunjuk objek berupa kendaraan bermotor beroda empat atau lebih; atau mesin ketik untuk menunjuk alat yang memiliki karakteristik tertentu dan digunakan untuk mengetik.
Istilah yang digunakan untuk menunjuk suatu objek sebenarnya secara implisit mengandung paling tidak beberapa karakteristik yang harus dimiliki oleh suatu objek agar istilah itu dapat digunakan untuk menunjuk objek tersebut. Misalnya, suatu benda yang hanya memiliki dua roda tidak termasuk sebagai konsep mobil. Demikian juga dengan suatu benda yang beroda empat, tetapi tidak memiliki mesin, tidak termasuk sebagai konsep mobil. Jadi, suatu konsep sebenarnya merupakan istilah yang digunakan untuk menunjuk sesuatu berdasarkan hasil generalisasi atas karakteristik yang dimiliki oleh sesuatu itu. Konsep mengenai mobil, merupakan suatu generalisasi dari beberapa karakteristik objek yang memiliki paling sedikit empat roda, memiliki mesin, dan lain sebagainya. Dengan demikian, sesuatu yang tidak memiliki paling sedikit empat roda dan tidak memiliki mesin tidak termasuk sebagai konsep mobil. Dari uraian mengenai konsep itu kita dapat mengetahui bahwa pada pembentukan ataupun perumusan suatu konsep terkandung pengertian mengenai adanya pembatasan beberapa karakteristik untuk membedakan apa yang termasuk dan tidak termasuk dalam pengertian konsep itu.
Hal yang menjadi perhatian pada suatu penelitian adalah karakteristik dari suatu konsep. Dengan pernyataan lain, variasi karakteristik dari objek yang termasuk pada suatu konseplah yang diukur, bukan objek itu sendiri.

Menurut, Kerlinger (1986), objek penelitian adalah objek yang memiliki karakteristik yang bervariasi. Untuk contoh mobil diatas, bias semua mobil memiliki empat roda, maka roda mobil tidak memiliki karakteristik yang bervariasi sehingga bukan merupakan variabel. Sebaliknya karena roda mobil bervariasi – ada yang empat, enam dan seterusnya – maka karakteristik mobil berupa jumlah rodanya dapat dijadikan sebagai variabel penelitian. Dengan demikian, kita dapat mengetahui bahwa pembicaraan mengenai konsep merupakan pembicaraan pada tingkat teoretis, pada tingkat pengukuran. Namun demikian, kita tidak akan membedakan lagi antara konsep dan variabel karena konsep yang dijelaskan pada suatu penelitian empiris adalah konsep yang memang memiliki karakteristik yang bervariasi, yang tidak lain adalah variabel.


Sekarang kita kembali pada definisi konseptual dan operasional variabel penelitian. Perumusan definisi konseptual merupakan pemberian batasan atas karakteristik variabel yang akan diteliti dan diukur sedemikian rupa sehingga variabel itu berbeda dari variabel lainnya yang tidak termasuk pada penelitian yang dilakukan. Definisi konseptual variabel lazim diperoleh dari definisi yang dikemukakan oleh para pakar dimana variabel itu menjadi objek kajiannya. Definisi konseptual itu dapat ditemukan pada jurnal ilmiah maupun buku teks yang membahas variabel itu. Definisi yang digunakan pada suatu penelitian biasanya merupakan hasil analisis dan rangkuman dari beberapa definisi yang ada, yakni dalam bentuk kesimpulan dari definisi – definisi yang ada.


Mengenai definisi teoretis suatu variabel, ada tiga hal yang perlu diperhatikan. Pertama, tiap variabel yang dikutip wajib untuk diulas dan antardefinsi yang dikutip wajib untuk dibandingkan. Kedua, dari definisi-definisi yang dikutip dan diulas, peneliti harus merumuskan kesimpulannya dan definisi yang disimpulkan itulah yang digunakan pada penelitiannya. Dalam keadaan tertentu, peneliti dapat saja memilih salah satu atau lebih dari berbagai definisi yang dikutip, asalkan disertai dengan alasannya. Alasan itu dapat berupa kesesuaian dengan instrumen yang akan digunakan atau kekomprehensifan atau kekinian definisi yang dipilih. Ketiga, semua ciri dari variabel yang didefinisikan harus tercakup secara eksplisit dan pilah pada definisi teoretisnya karena hal itu akan sangat membantu untuk mendefinisian variabel itu secara operasional dan berkaitan erat dengan validitas instrumen yang akan dikembangkan.


Untuk mengukur variabel yang telah didefinisikan, yakni untuk memperoleh data empiris – kuantitatifnya, peneliti harus merumuskan definisi operasionalnya. Definisi operasional variabel penelitian berisi semua kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh data empiris– kuantitatifnya; merupakan spesifikasi mengenai apa yang akan diukur dan bagaimana cara mengukurnya. Isi dari definisi itu sering kali dikemukakan dengan ungkapan; “lakukan ini, lakukan itu!” Jadi, inti dari definisi operasional adalah apa saja yang dilakukan untuk memperoleh data mengenai suatu variabel. Isi dari definisi operasional umumnya mencakup uraian mengenai:
 Semua ciri dari objek yang akan diukur, sebagaimana harus telah dikemukakan pada definisi teoretisnya,
 Metode apa yang akan digunakan; apakah instrumennya berupa angket, wawancara atau observasi,
 Cara mengembangkan atau membuat instrumen yang digunakan,
 Cara memberikan skor (angka atau bilangan) atas karakteristik variabel yang melekat pada objeknya,
 Dalam keadaan yang bagaimana pengukuran dilakukan,
 Peralatan apa saja yang diperlukan, untuk mengukur variabel maupun spesifikasi peralatan itu, dan
 Bagaimana cara menguji validitas dan reliabilitas instrumen yang digunakan.

Sesuai dengan namanya, definisi operasional harus dibuat serinci mungkin sehingga peneliti lain pun dapat mengukur variabel yang didefinisikan, tanpa harus bertemu atau berdiskusi secara langsung dengan peneliti yang merumuskan definisi operasionalnya.
Sebagai gambaran mengenai definisi konseptual dan operasional di atas, berikut ini dikemukakan sebuah contoh, variabelnya adalah kelas sosial. Definisi dari kelas sosial itu adalah bagian-bagian berjenjang yang relatif permanen dan homogen pada satu masyarakat ke dalam mana para individu atau keluarga memiliki bersama nilai, gaya hidup, minat, dan perilaku yang mirip dapat dikategorikan. Definisi operasional variabel itu dapat lebih dari satu, bergantung pada kebutuhan dan keberadaan penelitian yang dilakukan. Definisi operasional dari kelas sosial itu ditinjau dari berbagai aspek dikemukakan oleh Tull dan Hawkins (1993) sebagai berikut.
 Dari aspek reputasi, para individu digolongkan ke dalam kelas-kelas sosial berdasarkan bagaimana orang yang mengenalnya memberikan peringkat kepada para individu tersebut.
 Dari aspek sosiometrik, para individu ditempatkan ke dalam kelas-kelas sosial berdasarkan dengan siapa mereka bergaul.
 Dari aspek subjektivitas, para individu ditempatkan ke dalam kelas-kelas sosial berdasarkan peringkat yang dibuat sendiri oleh individu yang bersangkutan.
 Dari aspek objektivitas, para individu ditempatkan ke dalam satu kelas sosial


berdasarkan pemilikan mereka atas beberapa karakteristik atau kombinasi dari karakteristik-karakteristik, seperti pekerjaan, pendidikan dan penghasilan.
Definisi operasional di atas sebenarnya belum memadai karena belum mencakup instrumen yang akan digunakan untuk mengukurnya, butir-butir instrumen untuk mengukur karakteristik variabelnya, sistem pemberian skor, dan sebagainya. Untuk system pemberian skor, misalnya berdasarkan definisi operasional yang demikian, kita belum dapat memberikan dan menghasilkan suatu skor sebagai petunjuk atas kelas sosial dari para individu yang akan diukur. Namun demikian, cara memberikan dan memperoleh skor itu lazimnya dikemukakan pada bagian mengenai instrumen yang digunakan.


Menurut Ackoff, Gupta, dan Minas (1962; dalam Green, Tull, dan Albaum, 1988), definisi operasional variabel penelitian secara umum mencakup penspesifikasian mengenai hal-hal sebagai berikut.
 Kelas (atau golongan) orang, objek, kejadian atau keadaan yang harus diobservasi.
 Kondisi lingkungan dimana observasi dilakukan.
 Instrumen yang harus digunakan untuk mengobservasi.
 Kegiatan observasi yang harus dilakukan.

Contohnya yang bisa dikemukakan adalah sikap konsumen terhadap suatu merek produk, misalnya, dapat didefinisikan secara operasional sebagai hasil yang diperoleh dari:
 Sikap konsumen terhadap merek itu
 Pada satu waktu tertentu dan pada daerah geografis tertentu
 Yang secara pribadi diwawancarai dengan menggunakan
 Skala sikap yang dispesifikasikan untuk memperoleh
 Informasi mengenai tanggapan yang dihasilkan melalui skala sikap itu.

Pada contoh mengenai definisi operasional yang dikemukakan terakhir itu, aspek pemberian skornya sudah tercakup, yakni pada butir empat (skala sikap). Pada contoh terakhir itu, masalah pemberian skor masih harus dikemukakan pada bagian mengenai instrumen yang akan digunakan, yaitu skala sikap.
Sebelum dilanjutkan pada tahap dalam suatu pengukuran, ada beberapa hal yang lain perlu diperhatikan mengenai definisi konseptual dan operasional suatu variabel. Pertama, pada definisi konseptual harus tersurat atribut apa saja yang menjadi ciri dari variabel yang akan diukur. Kedua, definisi operasional dikembangkan berdasarkan tiap karakteristik yang telah harus tersurat pada definisi konseptualnya.

Skala sebagai Hasil Pengukuran ( Lerbin R, 2007, hal 118-119)
Tahap ketiga pada pengukuran variabel adalah penentuan skala pengukuran yang digunakan atas data yang diperoleh. Hasil berupa angka yang diperoleh dari suatu proses pengukuran dinamakan skala, yang terdiri atas:

Skala nominal merupakan angka yang digunakan sebagai kode, symbol atau lambing untuk menggolongkan subjek penelitian berdasarkan karakteristik yang dimilikinya.
Contoh : untuk variabel jenis kelamin, kita menggunakan angka 0 untuk laki-laki dan angka 1 untuk perempuan.

Skala ordinal merupakan skala yang berfungsi untuk menggolongkan, memberikan jenjang (tingkat) kepada tiap subjek berdasarkan kuantitas atau kadar kepemilikan subjek atas karakteristik yang diukur.
Contoh : data mengenai lamanya pendistribusian produk oleh beberapa penyalur
dan peringkatnya adalah sebagai berikut

Penyalur Waktu Peringkat
A 2 1
B 5 2
C 6 3
D 10 4
E 11 5

Dari contoh skala ordinal diatas kita dapat mengetahui bahwa skala ordinal berfungsi untuk menggolongkan penyalur dan dapat juga digunakan untuk membandingkan waktu yang dibutuhkan para penalur.


Skala interval merupakan skala yang berfungsi untuk menggolongkan dan membandingkan subjek, memiliki jarak yang sama antar dua nilai yang berdekatan dan memiliki nilai nol arbiter berdasarkan konversi dan kesepakatan
Contoh : skor suhu udara yang diperoleh melalui thermometer celcius memilki jarak yang sama, missal jarak antara 36 derajat celcius dan 37 derajat celcius dianggap sama dengan jarak antara 34 derajat celcius dan 35 derajat Celsius. .
Skala rasio merupakan skala yang memiliki cirri dari ketiga skala sebelumnya juga mempunyai nilai nol mutlak.
Contoh : banyaknya barang di suatu toko dan jumlah konsumen dari suatu produk.


Tinjauan Skala (Uma Sakaran, 2006, hal 30-38)
Empat skala yang diterapkan pada pengukuran variabel adalah skala nominal, ordinal, interval dan rasio. Skala nominal menyoroti perbedaan dengan mengklasifikasikan objek atau orang ke dalam kelompok dan menyediakan informasi yang paling sedikit mengenai variabel. Skala ordinal memberikan beberapa informasi tambahan dengan mengurutkan tingkatan kategori skala nominal. Skala interval tidak hanya mengurutkan, namun juga memberi kita informasi besaran perbedaan dalam variabel. Skala rasio tidak hanya menunjukkan besaran perbedaan tapi juga proporsinya.
Setelah mengetahui 4 skala yang digunakan unutk mengukur dimensi dan elemen variabel yang didefinisikan secara operasional adalah perlu unutk menelaah metode penskalaan (yaitu menentukan nomor symbol) untuk memperoleh respon sikap subjek terhadap objek, peristiwa atau orang. Terdapat 2 kategori utama dalam skala sikap yaitu

Skala peringkat, memiliki beberapa kategori respons dan digunakan untuk mendapatkan respon yang terkait dengan objek, peristiwa atau orang yang dipelajari. Skala ini terdiri dari beberapa skala yaitu :
o Skala dikotomi, skala ini digunakan untuk memperoleh jawaban ya dan tidak.
Contoh : apakah anda memiliki mobil?
o Skala kategori, skala ini menggunakan banyak item untuk mendapatkan respon tunggal
Contoh : di bagian California mana anda tinggal?
a. North bay
b. South bay
o Skala likert, skala ini di design untuk menelaah seberapa kuat subjek setuju atau tidak setuju dengan penyataan pada skala 5 titik dengan susunan berikut :
Sangat tidak setuju
1 Tidak setuju
2 Tidak berpendapat
3 Setuju

4 Sangat setuju
5 Sangat tidak setuju

o Skala differential semantic, skala ini dipakai untuk menilai sikap responden terhadap merek, iklan, objek atau iklan tertentu
Contoh: Responsif ------------------------------ Tidak responsif
Cantik ----------------------------------- Jelek

o Skala numerical, skala ini mirip dengan skala differential semantic, dengan perbedaan dalam hal nomor pada skala 5 titik atau 7 titik disediakan, dengan kata sifat berkutub 2 pada ujung keduanya.
Contoh :
Sangat puas 1 2 3 4 5 Sangat tidak puas


o Skala peringkat terperinci, skala 5 titik atau 7 titik dengan titik panduan atau jangkar, sesuai keperluan, disediakan untuk tiap item dan responden menyatakan nomor yang tepat di sebelah masing-masing item atau melingkari nomor yang relevan untuk tiap item.
Contoh :
1
sangat tidak mungkin 2
tidak mungkin 3
tidak berpendapat 4
mungkin 5
sangat mungkin
1) saya akan berganti pekerjaan dalam 12 bulan ke depan -
2) saya akan memikul tugas baru dalam waktu dekat -
3) mungkin saja saya akan keluar dalam 12 bulan ke depan -

o Skala peringkat jumlah konstan atau tetap, di dalam skala ini responden diminta untuk mendistribusikan sejumlah poin yang akan diberikanke berbagai item.
Contoh: keharuman 40
Warna 15
Bentuk 20
Ukuran 10
Tekstur busa 15
Total 100
o Skala staple, skala ini secara simultan mengukur arah dan intensitas sikap terhadap item yang dipelajari. Karakteristik minat terhadap studi yang ditempatkan di bagian tengah dengan jarak skala numeric, misal dari +3 sampai -3, pada tiap sisi item seperti contoh berikut.
Contoh :
Nyatakan bagaimana anda menilai kemampuan supervisor anda terkait dengan setiap karkateristik yang disebutkan di bawah ini, dengan melingkari nomor yang tepat.
+3 +3 +3
+2 +2 +2
+1 +1 +1
mengadopsi teknologi inovasi keterampilan
modern produk antarpribadi
-3 -3 -3
-2 -2 -2
-1 -1 -1
o Skala peringkat grafik, gambaran grafis membantu responden untuk menunjukkan skala peringkat grafik jawaban mereka untuk pertanyaan tertentu dengan menempatkan tanda pada titik yang tepat pada garis
Contoh : pada skala 1 sampai 10, sangat baik
bagaimana anda akan baik
menilai supervisor anda? Sangat buruk
o Skala consensus, skala ini dibuat berdasarkan consensus, dimana panel juru memilih item tertentu, megukur konsep yang menurut mereka relevan. Skala consensus tersebut lalu dibuat setelah item terpilih diperiksa dan diuji validitas dan keandalannya. Skala ini jarang dipakai karena banyaknya waktu yang dibutuhkan untuk membuatnya.

Skala ranking, skala ini biasanya digunakan untuk mengungkap preferensi antar dua atau lebih obejk atau item( bersifat ordinal), tapi ranking semacam ini mungkin tidak memberi petunjuk yang jelas mengenai jawaban yang dicari.
Contoh : misalkan ada 4 lini produk dan manager mencari informasi yang akan membantu memutuskan lini mana yang sebaiknya diberi perhatian lebih. Asumsi responde 35% memilih produk pertama, 20% responden memilih produk kedua, 25% responden memilih produk ketiga dan sisanya memilih produk keempat. Manager tersebut kemudian tidak dapat menyimpulkan bahwa produk pertama yang paling disukai karena 65 % responden tidak memilih produk tersebut. Metode alternative yang dapat digunakan antara lain perbandingan berpasangan, pilihan yang diharuskan dan skala komparatif.

o Perbandingan berpasangan, digunakan ketika diantara sejumlah kecil objek, responden diminta untuk memilih antara 2 objek pada satu waktu.
Contoh : pembeli diminta untuk memilih produk kecap ABC atau kecap BANGO.
o Pilihan yang diharuskan, memungkinkan responden untuk meranking objek secara relative satu sama lain siantara alternative yang disediakan.
Contoh : ranking makanan yang paling anda suka dengan menggunakan angka 1 sampai 5, gado-gado, capcai, hamburger, nasi gila, bakmi ayam.

o Skala komparatif, skala ini memberikan standar untuk menilai sikap terhadap objek, kejadian, atau situasi saat ini yang diteliti.
Contoh :
Dalam lingkungan keuangan yang mudah berubah, dibandingkan saham, seberapa bijakkah untuk berinvestasi dalam treasury bond? Silakan melingkari respon yang tepat.
Lebih berguna hampir sama kurang berguna
1 2 3 4 5


(Mudrajat kuncoro, 2003, hal 151)
Jenis skala dimana dievaluasi suatu dimensi orang, objek, atau fenomena pada suatu titik dalam suatu rentang/ kategori. Jenis skala ini dibagi menjadi:
a. Graphic rating scales, dimana responden menunjukan perasaannya dalam skala grafik.
b. Itemized rating scales, dimana dipilih suatu kategori dalam bentuk berurutan.
c. Comparative rating scales, dimana orang, objek, fenomena lain dinilai dalam suatu standar orang, objek, fenomena lain. Salah bentuk skala ini adalah dikenal dengan nama skala rankorder.

Ketepatan Pengukuran ((Uma Sakaran, 2006, hal 39-40)
Skala yang dibuat sering tidak sempurna dan kesalahan mudah terjadi dalam pengukuran variabel yang berhubungan dengan sikap, penggunaan instrument yang lebih baik akan meningkatkan kualitas ilmiah penelitian. Karena itu dengan cara tertentu kita perlu menilai “ ketepatan” dari ukuran yang dibuat, yaitu kita perlu secara logis memastikan bahwa instrument yang kita gunakan dalam penelitian benar-benar mengukur variabel yang seharusnya diukur dan bahwa instrument itu mengukur variabel secara akurat. Untuk memastikan bahwa ukuran yang dibuat adalah baik secara logis, hal yang harus dilakukan adalah :
Analisis item, digunakan unutk melihat aoakah item dalam instrument memang sudah seharusnya berada dalam instrument atau tidak. Tiap item diuju kemampuannya untuk membedakan antar subjek yang total skornya tinggi dan yang rendah. Dalam analisis item, mean antara kelompok skor tinggi dan kelompok skor rendah diuju untuk menemukan perbedaan signifikan melalui nilai-t. item dengan nilai-t tinggi [mampu mengidentifikasikan item yang sangat berbeda dalam instrument t] kemudian dimasukan dalam instrument setelah dlikakukan uji keandalan dan validitas ukuran ditentukan.
Keandalan (reliability), keandalan suatu pengukuran menunjukkan sejauh mana pengukuran tersebut tanpa bias (error) dan karena itu menjamin pengukuran yang konsisten lintas waktu dan lintas beragam item dalam instrument. Dengan kata lain keandalan suatu pengukuran merupakan indikasi mengenai stabilitas dan konsistensi dimana instrument mengukur konsep dan membantu menilai :ketepatan” sebuah pengukuran.

Stabilitas Pengukuran (Uma Sakaran, 2006, hal 40-41)
Kemampuan suatu pengukuran untuk tetap sama sepanjang waktu merupakan indikasi dari stabilitas dan kerentanannya yang rendah untuk berubah dalam situasi. Hal tersebut membuktikan “ketepatan” nya karena konsep benar-benar diukur , tidak peduli kapan pun dilakukan.
Dua uji stabilitas adalah
o Keandalan Tes Ulang adalah koefisien yang diperoleh dengan pengulangan ukuran yang sama pada kesempatan kedua. Yaitu jika sebuah kuesioner yang mengandung sejumlah item yang diandaikan mengukur suatu konsep yang diberikan kepada sekumpulan responden saat ini, dan kepada responden yang sama 6 minggu kemudian, maka korelasi antara skor yang diperoleh dari 2 waktu yang berbeda dari sekumpulan responden yang sama disebut koefisien tes ulang. Semakin tinggi koefisien tersebut semakin baik keandalan tes ulang dan konsekuensinya stabilitas ukutran melintasi waktu

o Keandalan Bentuk Paralel adalah bila respons terhadap dua tes serupa yang mengungkap ide yang sama menunjukkan korelasi tinggi. Kedua tes memiliki item yang setara dan format respons yang sama, yang berubah hanya susunan kata dan urutan pertanyaan. Bila dua tes yang sebanding menghasilkan skor yang berkorelasi tinggi, kita bisa cukup yakin bahwa ukuran tersebut secara logis dapat dipercaya, dengan varians kesalahan minimal yang disebabkan oleh susunan kata, urutan, atau faktor lain.

Konsistensi Internal Ukuran(Uma Sakaran, 2006, hal 41-42)
Konsistensi internal ukuran (internal consistency of measures) merupakan indikasi homogenitas item dalam ukuran yang mengungkap ide. Dengan kata lain, item harus “bersama-sama sebagai kesatuan “ dan mampu secara beban mengukur konsep yang sama sehingga responden menyematkan makna keseluruhan yang sama untuk tiam item. Hal ini dapat dilihat dengan menguji apakah item dan subset item dalam instrument pengukuran berkorelasi tinggi. Konsistensi dapat diuji melalui keandalan antar-item dan uji keandalan belah dua.

o Keandalan Konsistensi Antar-item
Keandalan konsistensi antar-item merupakan pengujian konsistensi jawaban responden atas semua item yang diukur. Sampai tingkat di mana item-item merupakan ukuran bebas dari konsep yang sama, mereka akan berkorelasi satu sama lain. Tes keandalan antar-item paling populer adalah koefisien alfa Cronbach, yang digunakan untuk item skala-multipoin, dan formula Kuder-Richardson, yang digunakan untuk item dikotomi. Semakin tinggi koefisien, semakin baik instrument pengukuran.
o Keandalan Belah Dua

Keandalan belah dua mencerminkan korelasi antara dua bagian instrument. Estimasi akan berbeda-beda tergantung pada bagaimana item dalam pengukuran dibelah ke dalam dua bagian. Keandalan belah dua bisa lebih tinggi daripada alfa Cronbach hanya dalam keadaan di mana terdapat lebuh dari satu dimensi respons mendasar yang diungkap oleh pengukuran dan jika beberapa kondisi lainnya terpenuhi. Karena itu, dalam hampir setiap kasus, alfa Cronbach bisa dianggap merupakan indeks yang memadai untuk keandalan konsistensi antar-item.
Penting dicatat bahwa keandalan adalah perlu, namun belum cukup untuk menguji ketepatan ukuran. Misalnya, seseorang bisa dengan sangat terpercaya mengukur sebuah konsep yang memperlihatkan stabilitas dan konsistensi yang tinggi, namun hal tersebut mungkin bukan konsep yang ia tentukan untuk diukur.
Validitas (Uma Sakaran, 2003, hal 42-46)


Validitas dibagi dua, yaitu validitas internal ( dimana kita mendalami otentisitas hubungan sebab dan akibat) dan validitas eksternal ( generalisasi untuk lingkungan eksternal). Ada beberapa uji validitas yang digunakan untuk menguji ketepatan ukuran yaitu validitas isi, validitas berdasar kriteria dan validitas konsep.
o Validitas Isi, validitas ini memastikan bahwa pengukuran memasukkan sekumpulan item yang memadai dan mewakili yang mengungkap konsep. Semakin item skala mencerminkan kawasan atau keseluruhan konsep yang diukur, semakin besar validitas isi. Dengan kata lain, validitas isi merupakan fungsi seberapa baik dimensi dan elemen sebuah konsep telah digambarkan. Validitas muka dianggap oleh sejumlah pihak sebagai indeks validitas isi yang paling dasar dan sangat minimum. Validitas isi menunjukkan bahwa item-item yang dimaksudkan untuk mengukur sebuah konsep, memberi kesan mampu mengungkap konsep yang hendak diukur


o Validitas Berdasar Kriteria, validitas ini terpenuhi jika pengukuran membedakan individu menurut suatu criteria yang diharapkan diprediksi. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menghasilkan validitas konkuren atau validitas prediktif.
Validitas konkuren dihasilkan jika skala membedakan individu yang diketahui berbeda yaitu mereka harus menghasilkan skor yang berbeda pada instrument seperti contoh berikut : bila ukuran suatu etika kerja disusun dan diberikan kepada sekelompok penerima santunan, skala seharusnya membedakan mereka yang antusias untuk menerima pekerjaan dan senang dengan kesempatan untuk tidak bergantung pada santunan dari mereka yang tak ingin bekerja walaupun ditawari pekerjaan.
Validitas prediktif menunjukkan kemampuan instrument pengukuran untuk membedakan orang dengan referensi pada suatu criteria masa depan, misalnya : jika suatu tes bakat diberikan pada karyawan pada saat recruitment untuk membedakan individu berdasarkan kinerja mereka di masa depan, maka mereka yang mempunyai skor rendah pada tes ini akan menjadi pekerja yang buruk dan mereka dengan skor tinggi akan menjadi pekerja yang baik.


o Validitas Konsep, menunjukkan seberapa baik hasil yang diperoleh dari penggunaan ukuran cocok dengan teori yang mendasari desain tes. Hal tersebut dinilai melalui validitas konvergen dan validitas diskriminan. Validitas konvergen akan terpenuhi jika skor yang diperoleh dengan dua instrument berbeda yang mengukur konsep yang sama menunjukkan korelasi yang tinggi. Validitas diskriminan terpenuhi jika, berdasarkan teori, dua variabel diprediksi tidak berkorelasi dan skor yang diperoleh dengan mengukurnya benar-benar secara empiris membuktikan hal tersebut.

Beberapa cara dimana bentuk-bentuk validitas diatas dapat dipenuhi adalah melalui :
1. Analisis korelasional ( seperti dalam kasus menghasilkan validitas konkuren dan prediktif atau validitas konvergen dan diskriminan)
2. Analisis faktor, teknik multivariate yang akan menegaskan dimensikonsep yang telah didefinisikan secara operasional, sekaligus menetapkan item mana yang paling tepat untuk tiap dimensi.
3. Multikarakter atau multimetode matriks korelasi yang diperoleh dari pengukuran konsep dengan berbagai bentuk dan metode yang menambah ketaatan pengukuran.



Dibawah ini adalah berbagai jenis validitas beserta deskripsinya :
Validitas Deskripsi
Validitas isi Apakah pengukuran benar-benar mengukur konsep?
Validitas muka Apakah “para ahli” mengesahkan bahwa instrument mengukur apa yang seharusnya diukur?
Validitas berdasarkan kriteria Apakah pengukuran membedakan cara yang membantu memprediksi criteria variabel?
Validitas konkuren Apakah pengukuran membedakan cara yang membantu memprediksi criteria variabel saat ini?
Validitas prediktif Apakah pengukuran membedakan individual dalam membantu memprediksi kriteria masa depan?
Validitas konsep Apakah instrument menyediakan konsep sebagai teori?
Validitas konvergen Apakah dua instrument mengukur konsep dengan korelasi lebih tinggi?
Validitas diskriminan Apakah pengukuran memiliki korelasi rendah dengan variabel yang diperkirakan tidak ada hubungannya dengan variabel tersebut?

Metode Pengukuran dan Pengembangan Butir Instrument (Lerbin R, 2007, hal 119-120)
Ada beberapa metode yang dapat digunakan antara lain :
o Observasi
o Angket, metode ini menggunakan beberapa pertanyaan tertulis untuk diajukan dan ditanggapi oleh subjek
o Wawancara, data diperoleh dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada subjek. Jadi pertanyaan itu tidak tidak disampaikan dalam bentuk tertulis kepada subjek.

Syarat instrument pengukuran (Lerbin R, 2007, hal 120)
Persyaratan instrument yang dikemukakan oleh Osgood, Suci, Tanembaum (1957) antara lain :
1. Objektivitas, metode pengukuran yang efektif harus dapat menghasilkan data yang dapat diverifikasi, dapat dihasilkan kembali dengan hasil yang bebas dari unsur subjektivitas dari orang yang menggunakan metode tersebut.
2. Reliabilitas, bila metode pengukuran digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama pada subjek yang sama akan diperoleh hasil yang sama pada batas-batas kekeliruan yang dapat diterima.
3. Validitas, metode pengukuran yang digunakan harus dapat memberikan hasil yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dari objek yang diukur.
4. Kepekaan, metode pengukuran harus dapat mengungkap perbedaan yang kecil sekalipun dari variasi karakteristik objek yang diukur.
5. Data yang diperoleh dari metode pengukuran yang digunakan seharusnya dapat dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dengan metode lainnya.
6. Manfaat, metode pengukuran harus bersifat praktis dan relevan dengan aspek teoritis dari objek yang diukur.

Sumber Variasi Pengukuran (Lerbin R, 2007, hal 121)
Kekeliruan yang terjadi pada pengukuran atas objek pengukuran atas objek penelitian dapat diidentifikasi dari beberapa sumber :
1. Dari objek, kekeliruan yang berasal dari objek penelitian berkaitan dengan tidak stabilnya objek yang diukur antarwaktu yang berbeda.
2. Dari subjek, misalnya hasil pengukuran sikap konsumen pada keadaan yang normal dan pada keadaan yang tidak sehat kemungkinan besar tidak sama.
3. Dari alat atau instrument, jika instrument tidak reliable maka hasil pengukuran yang diperoleh akan bervariasi.
4. Dari situasi pengukuran, hasil pengukuran yang diperoleh pada situasi yang panas dan gaduh akan berbeda bila pengukurannya dilakukan pada situasi yang nyaman dan tentram.
5. Dari variasi pelaksanaannya, misalnya hasil penelitian di laboratorium mungkin saja berbeda dari hasil penelitian yang dilakukan di lapangan.
6. Dari pembacaan hasilnya, kekeliruan hasil pengukuran karena kekeliruan ketika membaca hasilnya dapat terjadi karena kesalahan pada pemberian skor atas hasil pengukuran yang diperoleh atau pada pemindahan data ke computer.

2 komentar:

  1. Bu Rodhiah,
    sebenarnya apakah definisi konseptual dan definisi operasional itu sama dengan definisi variabel yang ada di bab 2 sebuah penelitian ?

    Jika berbeda, perbedaannya ada di mana ?

    Terima kasih.

    NIM : 115 07 0171
    Kelas : BX

    BalasHapus
  2. Bu Rodhiah,
    apakah ada yang mempengaruhi suatu tinggi rendah nya reliabilitas?
    kalau ada,faktor apa yang mempengaruhinya?
    apa hubungan antara reliabilitas dan validitas?


    NIM : 115070122
    kelas : BX

    BalasHapus

Terimakasih atas kunjungan anda.