Sabtu, 07 Mei 2011

kusioner

KUESIONER

Pengertian

(Dikutip dari buku Prof. Drs. Sutrisno Hadi M.A.)
Kuesioner adalah suatu teknik pengumpulan informasi yang memungkinkan analis mempelajari sikap-sikap, keyakinan, perilaku, dan karakteristik beberapa orang utama di dalam organisasi yang bisa terpengaruh oleh sistem yang diajukan atau oleh sistem yang sudah ada.
Metode observasi yang baru dibicarakan merupakan cara yang paling baik untuk mengamati tingkah laku manusai yang dapat dilihat dengan mata kepala, yaitu tingkah laku dalam ruang, waktu dan keadaan tertentu. Untuk memperoleh pengetahuan-pengetahuan jenis ini telah dikembangkan antara lain metode kuesioner.
Metode kuesioner dalam bentuknya yang langsung keduanya mendasarkan diri pada laporan tenteng diri sendiri atau self-reports, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi.Adapun anggapan-anggapan yang dipegang oleh penyelidik dalam menggunakan metode-metode ini ialah:
1. Bahwa subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri.
2. Bahwa apa yang dinyatakan oleh subjek kepada penyelidik adalah benar dan dapat dipercaya.
3. Bahwa interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh penyelidik.
Anggapan-anggapan itu sudah tentu mempunyai kelemahan-kelemahan yang tidak sedikit. Oleh karena memang dasarnya adalah self–reports, hal mana sebagian menggunakan prinsip introspeksi, maka kelemahan-kelemahannya adalah:
a. unsur-unsur yang tidak disadari tidak dapat diungkap.
b. Besar kemungkinannya jawaban-jawaban dipengaruhi oleh keinginan-keinginan pribadi.
c. Ada hal-hal yang dirasa tidak perlu dinyatakan, misalnya hal-hal yang memalukan atau yang dipandang tidak penting untuk dikemukakan.
d. Kesukaran merumuskan keadaan diri sendiri kedalam bahasa.
e. Ada kecenderungan untuk mengkontruksi secara logik unsur-unsur yang dirasa kurang berhubungan secar logik

Karena kelemahan-kelemahan yang di sebutkan itu maka seberapa jauh sebenarnya pernyataan-pernyataan atau jawaban-jawaban yang diberikan oleh subjek tergantung juga pada seberapa jauh dalam pernyataanpernyataan atau jawaban subjek itu unsur-unsur kelemahan itu dapat dihindarkan. Kecuali itu self-reports tentang keyakinan, perasaan, motivasi, maupun sikap batin umumnya merupakan hasil dari proses pengambilan keputusan yang sangat kompleks. Seandainya kesukaran bahasa sama sekali tidak mempengaruhi, masih juga sangat sukar untuk memberikan laporan lisan atau tertulis secara adekuat tentang keyakinan, sikap, atau keadaan perasaan. Kita tahu betapa anak kecil mendapatkan kesulitan untuk menyatakan bagian badan mana yang dirasakan sakit. Orang dewasa tidak mendapatkan kesulitan semacam itu karena prosesnya yang sederhana. Namun jika orang dewasa harus nmenghadapi pertanyaan-pertanyaan tertulis maupun lisan yang memintanya untuk mengadakan diagnosa tentang keadaan diri sendiri, keadaannya mungkin sama sulitnya denagn anak kecil yang diminta melaporkan bagian badannya yang sakit.

B. Kuesioner Langsung dan Tidak Langsung
Suatu kuesioner disebut kuesioner langsung jika daftar pertanyaannya dikirimkan langsung kepda orang yang dimintai pendapat, keyakinannya, atau diminta menceritakan tentang keadaan dirinya sendiri. Sebaliknya, jika daftar pertanyaan dikirim kepada seseorang yang diminta menceritakan tentang keadaan orang lain, kuesioner disebut kuesioner tidak langsung. Sudah tentu masing-masing mempunyai kelemahan-kelemahan dan kebaikan sendiri-sendiri, hal mana tergantung kepada isi persoalan yang ditanyakan, kesediaan orang yang menjawabnya, serta kebenaran keterangan-keterangan yang diberikan.
Menurut jenis penyusunan itemnya kuesioner dapat dibagi dalam dua golongan besar, yaitu kuesioner tipe lisan dan kuesioner tipe pilihan.
c. Kuesioner Tipe Isian
Semua persoalan yang diajukan kita sebut saja item. Item mungkin diajukan dalam bentuk pertanyaan atau permintaan komentar terhadap suatu kejadian atau keadaan. Responden yaitu orang yang memberi jawaban terhadap pertanyaan atau permintaan dalam kuesioner, boleh dan dapat memberikan jawabannya secara bebas terhadap tiap-tiap item. Item yang memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada responden disebut open end item dan kuesioner yang berisi open end item itu biasa disebut open form questionnaire.
Disamping kuesioner yang yang menyediakan kesempatan yang sebebas-bebasnya dan seluas-luasnya bagi reponden untuk menyatkan pendapatnya, dalam kuesioner tipe isian ada juga harus menyediakan ruangan-ruangan yang sangat terbatas untuk mengisikan data-data yang diperlukan. Item yang memberikan kebebasan menjawab yang terbatas, atau lebih tepatnya yang meminta agar reponden mengisikan beberapa jawaban yang diperlukan disenut supply type item. Kueisoner yang berisi supply type item pada hakekatnya sudah termasuk di dalam closed form questionnaire. Contoh-contoh kedua bentuk kuesioner itu adalah:
1. Bentuk terbuka-open end item
Bagaimana pendapat saudara jika:
1. Semua orang yang ketahuan melakukan korupsi diasingkan saja kepulau yang tidak berpenghuni?
2. Orang-orang yang melakukan korupsi ditembak saja di tengah lapangan yang disaksikan oleh umum?
3. Semua pengusaha diberi kesempatan sebebas-bebasnya bersaingan untuk memberikan harga yang semurah-murahnya kepada mayarakat?
4. Semau anak yang dilahirkan diambil oleh Negara untuk dibesarkan, dilatih, dan dididik sebagai anak Negara?
5. Pelajaran-pelajaran agama di sekolah tidak diberikan dalam bentuk khotbah-khotbah, tetapi dalam bentuk kriteria-kriteria kanak-kanak?
Jawaban bebas, atau free response, memungkinkan penyelidik untuk menyelidiki perasaan, pendapat, atau latar belakang responden secara luas, hal mana sangat berbeda dengan pertanyaan-pertanyaan yang menyediakan jawaban-jawaban tertentu untuk dipilih salah satu. Kadang-kadang memang sedemikian banyaknya faktor-faktor yang menjadi dasar jawaban sehingga sukar sekali untuk mengkategorikan faktor-faktor itu sebelum jawaban-jawaban diperoleh secukupnya. Malahan kadang-kadang penyelidik mempersilakkan responden untuk menggunakan ruangan-ruangan tambahan jika mereka merasa perlu memberikan komentar terhadap persoalan-persoalan yang diajukan.
Kelemahan-kelemahan kuesioner isian adalah:
1. Responden mungkin sekali merasa segan-segan memberikan jawaban-jawaban yang lengkap sehingga hanya beberapa hal saja yang dapat diselidiki daripadanya.
2. Besar kemungkinnya responden tidak mencantumkan hal-hal yang sebenarnya sangat diperlukan, bukan karena dia tidak tahu, tetapi semata-mata karena hal itu dia pandang tidak penting atau lupa mencantumkannya.
3. Analisa komparatif terhdap hasil-hasil jawaban yang tidak tertentu adalah jauh lebih sukar daripada analisa komparatif hasil-hasil jawaban-jawaban yang seragam.
D. Kueisoner Tipe Pilihan
Item kuesioner tipe pilihan cuma meminta responden untuk memilih slah satu jawaban atau lebih dari sekian banyak jawaban-jawaban (alternatif) yang sudah disediakan. Sebagian daripadanya diberikan dalam bentuk force choice, yaitu bentuk pilihan dengan dua alternatif, misalnya alternatif “ya” atau “tidak”, “setuju” atau “tidak setuju”, “boleh” atau “tidak boleh”, dan semacamnya. Sebagian lagi mungkin diberikan dalam bentuk multiple choice, yaitu bentuk pilihan dengan tiga atau empat alternatif atau lebih, misalnya alternatif “ya”, “tidak tahu”, dan semacamnya. Campuran antara kedua bentuk ini juga kerap kali kita jumpai dalam satu kuesioner.
Item tipe pilihan pada umumnya jauh lebih menarik bagi responden dibandingkan dengan kuesioner tipe lain. Barangkali sebabnya yang terutama adalah kemudahannya dalam memberikan jawaban dan jauh lebih singkat waktunya untuk menjawab. Kesukaran utama justru dialami oleh penyelidik sendiri dalam menyusun pertanyaan-pertanyaan atau statement-statement tertentu. Untuk menjaga objektifitas jawaban-jawaban, maka pertanyaan-pertanyaan atau statement-statement itu harus disusun sedemikin rupa sehingga buat responden pertanyaan-pertanyaan dan statement-statement itu mempunyai arti yang bermacam-macam. Ini bukan pekerjaan yang mudah dan dapat dipersiapkan sekali jadi. Penyusun pertanyaan-pertanyaan dan statement-statement harus menggambarkan bahwa jika dia menginginkan jawaban yang digologkan kedalam “ya’ atau “tidak” semata-mata, kemungkinan-kemungkinan jawaban di tengah-tengah harus sedapat mungkin dihindarikan. Barangkali tidak perlu dikemukakan bahwa diantara putih dan hitam terdapat kelabu, dan jika seseorang menolak untuk memilih putih tidak berarti nmeilih hitam. Kemungkinan-kemungkinan ini memperingatkan kepada penyusun agar menyusun pertanyaan-pertanyaan atau statement-statement yang cukup cermat untuk menghindari hal-hal yang tidak dapat dianalisa.
Baik item tipe pilihan bentuk force choice maupun bentuk multiple choice, dua-duanya dapat digunakan untuk menyelidiki fakta-fakta obyektif (fact finding) maupun untuk menyelidiki fakta-fakta sunyektif (pendapat, keyakinan,dsb). Beberapa contoh item force choice adalah sebagai berikut:
1. Untuk Fact Finding
1. Status jabatan saudara?
( ) Guru Tetap ( ) Guru Tidak Tetap
2. Jenis Kelamin?
( ) Wanita ( ) Pria
3. Apakah saudara mengajar lebih dari satu sekolah?
( ) Ya ( ) Tidak
Dalam daftar tipe ini responden cukup memberikan tanda silang diantara tanda kurung di depan jawaban yang paling cocok dengan keadaan pribadinya.
2. Untuk menyelidiki pendapat
1. Apakah saudara merasa mendapatkan ketentraman dari pekerjaan saudara sekarang?
( ) Ya ( ) Tidak
2. Apakah saudara merasa tugas saudara sekarang ini terlalu berat?
( ) Ya ( ) Tidak
Perlu dicatat bahwa item yang baru disebutkan ini sebenarnya masih mengandung nuances atau variasi-variasi diantara jawaban-jawaban yang disediakan. Diantara “ya” dan “tidak” mungkin masih ada sekian banyak jawaban lagi yang tingkatannya ada diantara kedua jawaban itu. Inilah salah satu kelemahan dari item bentuk force choice, kecuali tidak dapat dipastikan bahwa diantara dua jawaban yang sudah tidak ada lagi jawaban-jawaban diantaranya, misalnya saja item tentang jenis kelamin, guru tetap-tidak tetap, dan semacamnya sebagaimana tersebut dalam contoh bentuk force choice untuk fact finding di atas. Dari sini bentuk multiple choice mulai mengambil alih peranan bentuk force choice itu. Contoh-contoh di bawah akan memberikan pejelasan secukupnya.
Jika alternatif jawaban-jawaban yang disediakan dalam tipe-tipe item sudah melebihi dua, umumnya item semacam itu disebut item multiple choice. Misalnya:
1. Untuk Find Finding
1. Tingkat mengajar:
( ) Sekolah Dasar ( ) SMP ( ) SLA
2. Sudah berapa lama saudara menjadi guru?
( ) 2 tahun atau kurang ( ) 3-4 tahun ( )5-6 tahun
3. Jumlah murid yang saudara hadapi?
( ) Kurang dari 50 orang ( ) 50-99 orang ( ) 100 orang atau lebih
4. Berapa lama saudar mengalami latihan keguruan?
( ) Kurang dari 2 tahun ( ) 2 tahun ( ) 3 tahun
2. Untuk menyelidiki pendapat atau keyakinan
1. Apakah saudara berpendapat bahwa tugas saudara sekarang ini terlalu berat?
( ) Ya, terlalu berat ( ) Cukup berat ( ) Ringan
2. Apakah saudara meras perlu pindah dari tempat pekerjaan saudara yang sekarang?
( ) Ya, perlu dengan segera ( ) Agaknya tidak ( ) Saya tidak akan pindah
3. Bagaimana pendapat saudara tentang status sosial guru pada umumnya?
( ) Tinggi Sekali ( ) Cukup tinggi ( ) Rendah
Sudah jelas dari contoh-contoh diatas bahwa bentuk multiple choice hampir dapat dipastikan merupakan perbaikan terhadap bentuk force choice. Kadar validitas bentuk multiple choice pun pada umumnya lebih tinggi daripada bentuk force choice.
E. Problem Rapport
Dalam pembicaraan tentang metode observasi telah dikemukakan apa arti kata rapport. Kecuali bentuk kuesioner sendiri harus cukup manis dan menarik, ada beberapa hal lagi yang perlu mendapat perhatian untuk membina rapport.
Dibandingkan didalam observasi, sudah terang dalam kuesioner ini rapport lebih sukar dibentuk. Seorang penyelidik mungkin menggambarkan bahwa pertanyaan-pertanyaannya akan kurang mendapat perhatian dari para responden, karena kelihatannya kurang perlu untuk dijawab, sedangkan untuk penyelidik, pertanyaan-pertanyaan itu sangat pentimg. Untuk menjaga adanya face value atau nilai tampang ini kadang-kadang penyelidik perlu memasukkan item yang sebenarnya tidak masuk dalam rencana penyelidikannya. Petunjuk-petunjuk ini perlu diperhatikan:
1. Dalam kata pengantar perlu dihindari kata-kata yang egosentrik. Misalnya saja kata-kata “jika saudara suka menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kami ajukan dan mengirimkannya kembali kepada kami akan kami hargai setinggi-tingginya”.
2. Dalam petunjuk-petunjuk mengerjakan atau menjawab perlu dihindarkan kata-kata yang mengandung perintah atau permitaan yang memaksa. Misalnya saja petunjuk yang berbunyi: “ Jawablah pertanyaan-pertanyaan ini yang sejujur-jujurnya”, dapat diganti dengan permintaan yang sangat hormat seperti: “ Sudilah saudara menjawab pertanyaan-pertanyaan dibawah ini sesuai dengan pendapat atau keyakina saudara”.
3. Gunakan pertanyaan-pertanyaan yang netral pada bagian permulaan kuesioner. Juga dalam kuesioner perlu adanya pemanasan. Tiga pertanyaan dibawah ini merupakan contoh pertanyaan pemanasan yang netral sebelum pertanyaan-pertanyaan yang prinsiil dikemukakan (pertanyaan nomor 4).
1. Jenis kelamin saudara:
( ) Wanita ( ) Pria
2. Status perkawinan:
( ) Belum/Tidak nikah ( ) Kawin ( ) Janda
3. Lamanya saudara mengajar:
( ) Kurang dari 2 tahun ( ) 2-4 tahun ( ) 5-6 tahun
4. Bagaimana status ekonomi keluarga saudaraketika saudara p-ertama-tama menjadi guru?
( ) Sangat tinggi ( ) Cukup ( ) Rendah
Pertanyaan nomor empat ini telah mulai menyinggung persoalan inti penyelidikan setelah didahului oleh pertanyaan-pertanyaan pemanasan yang mungkin juga merupakan data yang penting
4. Responden harus mendapat kesan bahwa pertanyaan-pertanyaannya cukup berharga untuk dijawab. Kalau perlu dapat dimasukkan beberapa pertanyaan tambahan untuk menjaga face value.
5. Jagalah susunan dan format kuesioner yang manis dan menyenangkan. Kecerobohan-kecerobohan akan mengurangi banyaknya responden yang mengembalikan jawabannya atau banyaknya responden yang mau menjawab dengan serius.
6. Gunakan bentuk kuesioner yang meminta pengorbanan yang sekecil-kecilnya dari pihak responden, baik dari segi waktu maupun tenaga dan pikiran.
F. Menyusun Petunjuk
Dalam menyusun petunjuk-petunjuk untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut
1. Petunjuk harus sesingkat-singkatnya, tetapi selengkap-lengkapnya. Petunjuk yang terlalu panjang memungkinkan kebingungan yang tidak perlu, salah tafsir, atau rasa acuh tak acuh.
2. Kecuali singkat, petunjuk harus jelas. Hindarkan kata-kata yang kabur maknanya, kata-kata asing, atau kata-kata politik.
3. Apa yang perlu ditonjolkan, tonjolkan dengan huruf-huruf besar, kata-kata yang digaris di bawahnya, atau kata-kata diantara tanda petik.
4. Berilah petunjuk baru tiap-tiap kali jawaban yang diinginkan berlainan sekali dengan tipe jawaban sebelumnya.
5. Jika dirasa perlu untuk memberikan contoh, berilah satu dua contoh mengenai bagaimana cara menjawabnya. Dalam hal ini perlu diingat bahwa contoh iti sendiri jangan sampai menimbulkan semacam saran atau sugesti sehingga menimbulkan jawaban-jawaban yang stereotipik atau searah.
G. Menyusun Item
Item yang baik dalam kuesioner sama pentingnya dengan pertanyaan-pertanyaan yang baik dalam interview atau penglihatan yang tajam dalam observasi. Pertanyaan-pertanyaan adalah alat untuk memancing response. Jika alat ini sendiri suadah keruh, akan sama halnya dengan mikroskop yang keruh untuk memrriksa sel-sel atau bakteri-bakteri. Untuk menghindari hal-hal semacam itu baiklah diperhatikan petunjuk-petunjuk penususna item di bawah ini:
1. Gunakan kata-kata yang tidak rangkap artinya.
2. Susun kalimat yang sederhana dan jelas.
3. Hindari pemasukkan kata-kata yang tidak ada gunanya.
4. Hindari pemasukkan pertanyaan-pertanyaan yang tidak perlu.
5. Masukkan kemungkinan semua jawaban agar pilihan jawaban mempunyai dasar yang beralasan, tetapi hindari pengkhususan yang tidak esensial, baik dalam pertanyaannya, maupun dalam jawabannya.
6. Perhatika item yang dimasukkan harus diterapkan pada situasi dari kaca mata responden.
7. Hindari menanyakan pendapat responden, kecuali pendapat itulah yang hendak diselidiki. Ini sangat perlu untuk menghindari kekaburan mana yang real facts (fakta-fakta sebagaimana apa adanaya) dan mana yang ideal facts ( Fakta-fakta tentang pendapat, keyakinan, atau keinginan pribadi responden).
8. Hindari kata-kata yang terlalu kuat (sugestif, menggiring) dan yang terlalu lemah (tidak mernagsang). Kata-kata yang menggiring akan mendorong responden untuk keluar dari pagar fakta-fakta. Kata-kata yang lemah tidak akan memancing response yang adekuat.
9. Susun pertnyaan-pertanyaan yang tidak memaksa responden menjawab yang tidak sebenarnya karena takut akan tekanan-tekanan sosial.
10. Hindari membuat pertanyaan-pertanyaan yang dapat dijawab dengan multiple response bila hanya satu jawaban yang diinginkan.
11. Jika mungkin susunlah pertanyaan-pertanyaan sedemikian rupa sehingga dapat dijawab denag hanya memberi tanda silang atau tanda-tanda checking lainnya.
12. Pertanyaan-pertanyaan harus diajukan sedemikian rupa sehingga dapat membebaskan responden dari berpikir telalu kompleks.
13. Hindari kata-kata yang sentimental, seperti dungu, budak, dictator,sdb. Sekiranya ada kata-kata lain yang lebih sopan dan netral.
H. Tryout Preliminer
Umumnya, sebelum kuesioner dikirimkan kepada responden yang sesungguhnya diadakan tryout preliminer lebih dahulu. Maksud dari tryout preliminer ini adalah:
1. Untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan yang kurang jelas maksudnya.
2. Untuk meniadakan penggunaan kata-kata yang terlalu asing, terlalu akademik, atau kata-kata yang menimbulkan kecurigaan.
3. Untuk memperbaiki pertanyaan-pertanyaan yang biasa dilewati atau hanya menimbulkan jawaba yang dangkal
4. Untuk menambah item yang sangat perlu atau meniadakan item yang ternyata tidak relevan dengan tujuan research.
Mungkin ada baiknya jika sebelum pengisian kuesioner secara besar-besaran, penyelidik membuat kerangka dan bentuk sememtara kuesioner dan meminta kritik-kritik dan saran-saran dari para ahli. Dari kritik-kritik dan saran-saran itu kemudian dibuatlah bentuk kwarto-final, dan bentuk ini dikirimkan kepada beberapa orang yang “segolongan” (satu sampel) dengan orang-orang untuk siapa kuesioner yang sebenarnya hendak ditujukan.
Untuk mencapai maksud itu petunjuk-petunjuk kerja dibawah ini mungkin sangat besar faedahnya.
A. Taraf Persiapan Orientasi
1. Buatlah kerangka faktor-faktor yang hendak diselidiki.
2. Susun pertanyaan-pertanyaan yang sekiranya dapat mengungkap faktor-faktor yang hendak diselidiki itu.
3. Bawalah kerangka dan bentuk preliminer itu kepada seorang atau dua orang ahli. Minta kritik dan saran dari mereka.
4. Dari hasil konsutasi dengan ahli-ahli itu, buatlah bentuk kwarto-final untuk ditryoutkan.
B. Taraf Tryout Preliminer
1. Kirimkan bentuk kwarto-final itu kepada beberapa orang yang masih termasuk dalam sampel penyelidikan. Ambilah hanya orang-orang yang mudah dihubungi atau dicapai untuk ini.
2. Adakan diskusi dengan mereka tentang hal-hal yang ditanyakan, penyusunan kata-katanya, dan pendapat atau reaksi mereka terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.
3. Buatlah daftar analisa jawaban termasuk daftar tabulasi untuk jawaban-jawaban mereka. Ini harus dilakukan selengkap-lengkapnya sebagaimana jawaban dari kuesioner yang sesungguhnya hendak dianalisa.
4. Carilah petunjuk-petunjuk dari analisa itu items mana yang perlu diperbaiki dan item apa saja yang perlu dieliminasi dan ditambahkan.
5. Adakah perbaikan terhadap item yang diperlukan. Perbaikan ini perlu dipusatkan pada:
a. Mengganti kata-kata yang asing, terlalu akademik, dan dapat menimbulkan prasangka dan reaksi yang negatif dari pihak responden.
b. Mengganti pertanyaan-pertanyaan yang biasa dilewati atau yang menimbulkan jawaban-jawaban yang dangkal atau meragukan.
c. Menambah dan mengurangi pertanyaan yang kurang dan atau berlebihan menurut keseimbangan yang baik untuk menyelidiki faktor-faktor yang hendak diselidiki.
6. Atas dasar perbaikan itu buatlah bentuk semi final atau final tergantung keadaannya apakah tryout yang kedua diperlukan ataukah tidak.
C. Taraf Tryout Selanjutnya
Ulangi langkah-langkah dalam tryout preliminer jika tryouts lain masih diperlukan, sampai tercapai bentuk final. Final form inilah yang nantinya akan dikirimkan secara besar-besaran kepada responden yang sesungguhnya.
I. Surat Pengantar
Tiap-tiap kuesioner menggunaka surat pengantar. Isi pokok surat pengantar ini adalah menerangkan maksud yang sebenarnya dari research yang menggunakan kuesioner itu. Dengan surat pengantar ini diharapkan didapatkan kerjasama yang sebaik-baiknya dari pihak responden untuk memberikan informasi yang sangat diperlukan untuk penyelesaian proyek research yang sedang diselenggarakan.
Maksud research harus dinyatakan dengan terus terang dan sejelas-jelasnya untuk menghindari kecurigaan yang mungkin timbul pada pihak responden. Informasi yang diperlukan adalah informasi yang benar dan dapat dipercaya. Data semacam ini sukar diperoleh jika sejak semula sudah ada prasangka atau keseganan pad apihak penjawab. Jika oleh suatu alasan dirasa perlu menghindari ideal-facts, alasan ini tidak perlu diselundupkan dalam pertanyaa-pertanyaan. Justru sukar pengantar ini dimaksudkan antara lain untuk dan harus dapat menghindari kekhawatiran terhadap jawaban-jawaban yang tidak sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya. Selanjutnya untuk menjamin kerja sama dari pihak responden dapat juga disetakan daftar orang-orang yang dikirimi kuesioner untuk menimbulkan motovasi bahwa dari mereka itu benar-benar diperlukan informasi-informasi untuk merampungkan research yang sedang diselenggarakan. Akan tetapi penyertaan daftar ini dialukan hanya jika dipandang sangat perlu. Jika dengan penyertaan daftar iniinformasi yang diperlukan jusrtu akan menjauhi factual, daftar itu tidak perlu disertakan. Yang penting adalah bahwa dalam suarat pengantar dapat ditimbulkan kesan bahwa responden termasuk orang yang penting kepada siapa informasi yang benar dipercayakan, dan betapa pentingnya informasi itu untuk penyelesaian proyek research.
Sususan dan format surat pengantar harus menunjukkan persiapan yang matang, bukan dibuat dengan tergesa-gesa dan menimbulkan kesan bahwa surat ini hanya memenuhi formalitas semata-mata. Dari surat pengantar inilah kesan pertama akan diperoleh responden, apakah memang ia sangat diperlukan sebagai salah seorang sumber informasi. Akan tetapi lebih baik surat pengantar ini ditanda tangani dengan tinta satu demi satu oleh pengirim, tidak ditulis dengan “tertanda”, distensil, atau ditanda tangani dengan cap.
Untuk menimbulkan kerjasama kadang-kadang ditawarkan kepada penjawab pengiriman hasil penyelidikannya. Akan tetapi penyelidik harus menyadari bahwa janji ini akan memakan biaya yang banyak dan waktu yang tidak sedikit. Jika janji diberikan, peyelidik harus konsekuen. Ini diperlukan bukansaja oleh karena janji harus ditepati, tetapi juga pengingkaran akan merusak fasilitas pada research berikutnya.
Jika ada kepastian bahwa hasil research akan dipublikasikan, ada baiknya jika penerima kuesioner diberitahu juga kemungkinan itu dengan menyebutkan kapan kira-kira publiksai itu dan siapa penerbitnya. Jika tidak ada kepastian tentang publikasi ini dan ada sarat-sarat tang secukupnya pada pihak penyelidik untuk mengirimkan beberapa copy laporan kepada penjawab, maka penyelidik dapat menawarkan bahwa jika diperlukan penyelidik bersedia mengirimkan satu copy atau lebih kepada penjawab yang mengajukan permintaan. Umumnya hanya sedikit dari responden yang benar-benar menaruh perhatian tentang ini, entah karena mereka sudah lupa, entah oleh karena mereka memang tidak merasa perlu mengetahui hasil-hasil researchnya. Bagaimanapun juga, cara Ini ternyata lebih murah daripada menjanjikan pengiriman laporan kepada semua penjawab. Akan tetapi perlu sekali tidak ditakankan bahwa jika janji telah diberikan, janji itu harus ditepati dengan setertib-tertibnya.
J. Endorsement
Untuk mendapatkan lebih banyak kerjasama dan informasi yang lebih reliable, teutama untuk proyek-proyek research yang penting, kerapkali diperluka “backing” dari orang-orang penting dari bidang spesialisasi atau dari lembaga-lembaga yang menaruh kerpentingan dan perhatia yang besar terhadap penyelenggaraan research. Jika mungin, surat pengantar yang dikirimkan menggunanakan blangko yang memakai kop lembaga. Lebih kuat lagi backingnya jika surat pengantar ini juga diketahui atau dikuatkan oleh Kepala Bagian Research, Konsultan atau Sponsor. Untuk beberapa penerima kuesioner yang dipandang penting malahan tidak jarang disertakan selambar surat endorsement lainnya dari salah seorang diantara yang disebutkan di atas.
K. Pengunaan Nama dan Tanda-Tanda Samaran
Ada pendapat bahwa jika penjawab tidak perlu menunjukkan namanya, penyelidik akan mempeoleh informasi yang lebih jujur dan komplit. Pendapat ini mungkin mengandung kebenaran. Misalnya jika dimaksudkan untuk memperoleh data tentang penilaian responden terhadap pimpinan ( seperti guru, kepala jawatan, manager perusahaan, walikota,dll), atau penilaian terhadap kebijaksanaan suatu lembaga hokum atau pemerintahan (misalnya sistem perundang-undangan, peraturan-peraturan pemerintah, pelaksanaan suatu program,dll)maka jika responden merasa ragu-ragu dimana penyelidik berdiri, jawaban dari mereka secara terus terangtanpa ada apa-apa yang disembunyikan memang agak sukar diharapkan. Walaupun begitu masih perlu diingat bahwa dalam prinsipnya dta research harus didasarkan atas sumber-sumber yang terang atau informan-informan yang pasti. Keadaan ini menghadapkan penyelidik pada uda alternative, yaitu bekerja terus terang dengan sumber-sumber informasi yang tidak terang dan meragukan, ataukah sama sekali melepaskan proyeknya.
Pemecahan yang dapat dipertanggungjawabkan adalah tidak memilih salah satu dari dua alternatif itu, melainkan mencari satu cara yang dapat memenuhi prinsip research ilmiah, tetapi npara informan dapat memberikan informasi yang semaksimal mungkin. Cara ini adalah memberikan kesempatan kepada informan untuk menggunakan nama samaran. Sebab keberatan umtuk menggunakan nama terang adalah security dari informan jika informasinya tidak dikehendaki dan diketahui oleh suatu pihak. Motif ini harus dipenuhi dan keberatan semacam itu harus mendapatkan jaminan perlindungan. Caranya ialah bahwa penjawab diperkenankan menggunakan nama samaran tetapi di samping itu pada suatu strook kecil secara terpisah kepada responden disediakan ruangan untuk menyebutkan apa nama samaran (yang lebih tepat adalah nomoasamaran dengan empat atau lima angka yang dapat mereka pilih sendiri) yang mereka gunakan. Strook ini dikirimkam secara terpisah dengan daftar kuesionernya dan dikirimkan kepada seseorang yang memberikan jaminan kerahasiaan dan security responden, dalam suatu sampul yang dilem secara rapid an dituliskan di depannya secara jelas “samaran sangat rahasia” (“anonymity. Very confidential”). Sampul dari strook ini telah disediakan oleh penyelidik, lengkap dengan alamat dan perangko yang masih baru. Pada strook itu dituliskan jaminan bahwa nama penjawab tidak akan diketahui oleh orang lain kecuali penerima. Selanjutnya setelah strook itu diterima, jawaban kepada pengirimsegera dinerikan untuk menyatakan terima kasih dan memberikan nomor kode responden dan semua laporan akan amenggunakan nomor itu.
Sebenarnya jika kuesioner tidak mengenai pernilaian-penilaian yang membahayakan penjawabnya jika namanya diketahui oleh pihak-pihak yang tidak menyenangi jawaban itu, penjawab harus mendapat kebanggaan dari membutuhkan tanda tangan pada akhir jawabannya. Pada kuesioner yang biasa menawarkan kepada penerimanya untuk memberikan atau tidak memberikan tanda tangan dan nama terang malahan akan menimbulkan kesan bahwa informasi daripadanya tidak sangat diperlukan. Akan tetapi jika toch diperlukan kerahisiaannya, suatu cara lain dapat dipertimbangkan. Cara ini tidak minta penjawab untuk menandatangani jawabannya dan menunjukkan nama terangnya. Jika penyelidik memegang prinsip bahwa ia harus tahu identifikasi penjawabnya, ia dapat memberi tanda-tanda samaran tertentu pada kuesioner kepada siapa kuesioner itu dikirimkan. Ini dapat dilakukan dengan membutuhkan nama penjawab deengan tanda yang tak terlihat pada suatu tempat dalam daftar kuesioner. Tetapi cara ini telah menjadi rahasia umum. Cara lain yang masih agak baru adalah sebagai berikut:
1. Buat suatu daftar nama dengan urutannya. Kartu ini disebut dengan kartu identifikasi.
2. Letakkan daftar kuesioner disebelah kanan (atau kiri) kartu identifikasi.
3. Beri tanda dengan tusukan jarum pada daftar kuesiner yang sebaris dengan nam orang yang hendak dikirimi.
Jika yang dikirimi kuesioner cukup banyak maka dapat dibuat kartu identifikasi pada kertas lain dan untuk tanda identifikasi digunakan dua tusukan jarum atau satu tusukan yang letaknya satu sentimeter lebih ke dalam, atau lain-lain crania. Dengan begitu anominitas dapat dipertahankan, dan soalnya sekarang tinggl lagi pada penyelidik sendiri, apakah ia tetap dapat memenuhi kewajiban moralnya untuk tidak melanggar kepercayaan yang telah diberikan kepadanya oleh responden.
L. Susunan dan Format Kuesioner
Format kuesioner dan susunanya harus cukup manis, menyenangkan untuk dilihat, mudah diketahui keseluruhannya dan merangsang serta mengundang jawaban. Pertanyaan tidak disusun secara berjejal-jejal, melainkan diatyr secara rapi dan tidak meminta pengorbanan waktu dan pikiran yang terlalu banyak dari pihak penerima. Perlu diingat bahwa bnayak sedikitnya kuesioner yang dikembalikan juga tergantung pada faktor format dan susunan kuesioner. Daftar kuesioner yang formatnya setengah folio akan lebih menarik daripada satu foloio penuh.
M. Isi dan Panjang Kuesioner
Isi dan panjang darpada kuesioner mempunyai hubungan yang timbal balik. Kuesioner yang panjang akan banyak isinya sedang kuesioner yang banyak isinya akan meminta ruangan yang panjang.
Isi kuesioner ditentukan oleh banyak sedikitnya persoalan yang hendak diselidiki. Dalam prinsipnya kuesioner jangan terlalu pendek sehingga keterangan pokok yang diperlukan tidak dapat tercapai. Tetapi juga jangan terlalu panjang sehingga akan ditolak oleh penerima karena telalu banyak meminta pengorbanan waktu dan pikiran. Terlalu banyak kuesioner yang tidak dikembalikan mungkin akan menimbulkan persoalan tentang representativitas sample yamg mengembalikan kuesioner itu untuk populasi yang dimaksudkann oleh penyelidik.
Jika proposal yang hendak diselasikan dengan kuesioner cukup banyak, maka pemecahannya sudah pasti bukanlah mengurangi isi kuesioner melainkan antara lain membuat kuesioner yang panjang itu menjdai pendek. Kuesioner yang panjang akan kelihatan lebih pendek jika:
1. Dapat dicetakkan dengan hurf-huruf yang kecil daripada huruf-huruf ketik. Dengan dicetakkan inipanjang kuesioner menjadi kira-kira sepertiga jika daripada diketik distensil. Akan tetapi dengan cara ini, biayanya akan bertambah jika kuesioner hanya ditujukan kepada beberapa puluh atau bebrapa ratus orang penjawab.
2. Dapat diatur susunan pertanyaan yang indah dan meanrik, pertanyaan dikelompok-kelompokkan, dan untuk tiap item dalam tiap-tiap kelompok dimulai dengan pertanyaan nomor vsatu.
N. Waktu Pengiriman Kuesioner
Untuk menjamin presentase pengembalian yang tinggi penyelidik perlu mengetaui pada waktu-waktu apa penerima-penerima kuesioner dalam keadan sibuk, banyak bepergian, atau tidak “in the mood” untuk menjawab kuesioner itu. Untuk guru-guru misalya harai-hari yang tercatat paling sibuk ada;ah hari-hari pembukaan sekolah, hari ulangan-ulangan, hari ujian dan hari-hari mengdahapi suatu perayan pendidikan. Waktu liburan agak panjang adalah waktu bepergian danrekreasi. Karena itu, waktu-waktu libur semacam itu sebaiknya tidak diganggu gugat. Mengingat faktor-faktor ieu penyelidik harus mempertimbangkankan sebaik-baiknya waktu-waktu peka untuk mengirimkan kuesioner.
O. Fasilitas Pengembalian Kuesioner
Faktor kecil yang kerap kali kurang mendapat perhatian pengirim kuesioner adalah faktor fasilitas pengembalian jawaban. Responden telah dimintai jasa mereka dan apapun usaha yang dapat meringankan beban mereka perlu dicoba. Beberapa hal yang menghambat pemgembalian jawaban adalah: tidak tersedianya sampul untuk mengirimkan kembali jawaban, tidak tersedianya perangko untuk mengeposkan jawaban, kurang jelas atau kurang tegasnyapermintaan apakah jawaban harus dikembalikan dengan segera atau tidak.
P.Tindakan-Tindakan Follow Up
Dengan tindakan-tindakan follow up biasanya dapat diperoleh pengembalian yang cukup banyak. Beberapa dari tindakan follow up dapat diberika sebagai berikut: mengirimkan lagi “suatu surat perhatian”. Dimaksudkan agar penerima suka memberikan perhatian terhadap kuesioner yang sudah dikirim kepadanya, jika sampai akhir waktu yang ditentukan habis, tetapi denga surat perhatian pun masih belum juga jawaban dikembalikan dapat dikirimkan lagi copy kuesuiner yang baru, megirimkan melalui atau meminta salah seoarang sahabat reponden mengirimkan surat perangsang. Surat perangsang adalah surat berita biasa yang antara lain berisi kabar bahwa pengirim pernah menerima suatu kuesioner dari salah seorangyang mengajukan pertanyaan yang sangt menarik perhatian.
Q. Penganalisaan Data Yang Masuk
Untuk keperluan penganalisaan data yang masuk harus dilakukan persiapan yang matang. Prosedur penganalisaan yang umum adalah sebagai berikut: segera mengecek jawaban-jawaban yang lengkap dan yang tidak lengkap, segera mentabulasikan hasil-hasil jawaban kedalam daftar tabulasi yang telah dipersiapkan, menyelidiki ada tidaknya jawaban yang tidak konstan, jika ada data yang sudah cukup komplit dan semua proses persiapan analisis telah dilakukan sebaik-baiknya maka analisa yang sebenarnya dapat segera dilakukan.
R. Problem Representativitas Sampel
Pengalaman menunjukkan bahwa hampir dapat dipastikan tidak semua kuesioner dikembalikan oleh penerimanya. Banyak kemungkinan yang menjadi sebabtidak kembalinya kuesioner itu.
1. Kuesioner tidak dapat diterima oleh alamat yang dituju, karena hilang ditangah jalan, penerima sedang meninggalkan alamatnya buat sementara, penerima telah pindah rumah untuk selamanya, penerima telah meninggal dunia.
2. Kueisoner sudah sampai kepada alamat yang dituju, tetapi tidak dijawab karena beberapa alasan, yaitu lebih sedikit orang yang acuh tak acuh yang mau mengembalikan kuesioner daripada orang-orang yang menaruh perhatian yang besar terhadap persoalan yang diajukan, ada kecenderungan pada orang yang kurang kompeten untuk melemparkan suatu kuesioner ke dalam keranjang sampah daripada menjawabnya karena merasa khawatirdiketahui ketidakmampuannya atau kurang pengetahuan yang ia miliki tentang lapangannya sendiri.

Pengertian
(Dikutip dari buku Lerbin R. Aritonang R)
Kuesioner adalah sehimpunan pertanyaan atau pernyataan mengenai subjek suatu variable yang diajukan kepada dan untuk memperoleh tanggapan dari subjek. Tanggapan ini merupakan data mengenai suatu variable yang dinaksudkan untuk menjawab permasalahan penelitian.
Salah satu kelemahan dari metode observasi adalah tidak dapat digunakan untuk memperoleh data mengenai hal-hal yang sudah terjadi. Metode obsevasi juga tidak dapat digunakan untuk memperoleh data mengenai suatu perilaku yang dianggap sangat bersifat pribadi dan sangat subjektif. Kelemahan ini dapat diatasi dengan metode angket maupun wawancara.
Selain untuk mengatasi kelemahan observasi di atas, pengguna metode angket juga didasarkan pada asumsi tertentu.Asumsi ini dikemukakan oleh Edwards 1957):
“It might seem logical to assume thay if we want to know how indifiduals feel about some particular psychological object, the best procedure would be to ask them.” Jadi menurut Edwards, metode angket merupakan prosedur terbaik untuk memperoleh informasi mengenai perasaan seseorang terhadap variable psikologis tertentu.
Menurut Hadi, asumsi yang mendasari penggunaan data yang diperoleh dari laporan mengenai diri sendiri , melalui kuesioner atau wawancara , adalah bahwa: subjek merupakan orang yang paling mengetahui mengenai dirinya sendiri, apa yang dinyatakan oleh subjek kepada penyelidik adalah benar dan dapat dipercaya, interprestasi subjek terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh penyelidik.
B. Jenis
Dapat dibedakan berdasarkan metode pengadministrasian, bentuk tanggapan, derajat formalitas, dan ketersamaran tujuan penggunaannya. Berdasarkan metode pengadministrasiannya dibedakan menjadi kuesioner yang diadministrasikan sendiri oleh subjek, dan yang diadministrasikan oleh kolektor data, melalui telepon, dan melalui komputer.
Berdasarkan bentuk tanggapan yang diberikan oleh subjek atas pertanyaan yang diajukan dibedakan menjadi kuesioner isian, dikotomis, multikotomis. Pada kuesioner isian, subjek mungkin diminta untuk memberikan tanggapan secara singkat, misalnya dengan menuliskan satu atau dua kata, atau memberikan jawaban dalam satu atau lebih kalimat. Dikotomis, subjek hanya diberi dua alternatif untuk memberikan tanggapannya atas pertanyaan yang diajukan, misalnya berupa ya atau tidak. Multikotomis, subjek memiliki lebih dari dua alternatif tanggapan atas pertanyaan yang diajukan, misalnya berupa sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju.
Berdasarkan derajat formalitasnya, dibedakan menjadi kuesioner terstruktur dan tidak terstruktur. Hal-hal yang akan ditanyakan pada kuesioner terstruktur telah dirinci atau mungkin telah ditulis dalam pertanyaan-pertanyaan yang terinci. Hal-hal yang akan ditanyakan pada tidak berstruktur tidak atau belum dapat diidentifikasi secara terinci sehingga belum dapat diterjemahkan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang rinci. Hal-hal yang ditanyakan pada kuesioner tidak berstruktur itu biasanya dikemukakan dalam bentuk topik-topik tertentu secara garis besar dan perinci lebih lanjut dari tiap topik itu dikembangkan oleh kolektor data pada saat angket digunakan.Angket tak berstruktur biasanya digunakan pada penelitian ekploratif.
Berdasarkan ketesamaan tujuan penggunaan kuesioner bagi subjek, dibedakan menjadi tersamar dan tidak tersamar, Pada kuesioner tersamar, tujuan yang sebenarnya dari pemberian tidak diberitahukan kepada subjek. Sebaliknya yang tak tersamar, tujuan yang sebenarnya dari pemberian diberitahukan secara eksplisit kepada subjek
C. Pengembangan Kuesioner
Untuk mengembangkan suatu kuesioner, perlu dilakukan beberapa kegiatan, diantaranya menspesifikasi informasi yang akan diperoleh dan penentuan pertanyaan individual.
1. Spesifikasi Informasi yang Akan Diperoleh
Spesifikasi informasi yang akan diperoleh melalui angket dapat dilakukan dengan menspesifikasikan secara lebih rinci tujuan penelitian dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan. Peneliti juga harus menspesifikasikan karakteristik subjek darimana informasi itu diperoleh. Hal yang berguna untuk menentukan apakah angket tepat digunakan untuk memperoleh informasi itu.
Selain itu, perlu menetapkan apakah informasi yang akan diperoleh itu berupa fakta atau pendapat. Hal itu akan menentukan butir-butir, kata maupun kalimat pertanyaan. Spesifikasi informasi itu harus tetap mengacu pada definisi konseptual variable yang akan diperoleh data empirisnya.
2. Penentuan Pertanyaan Individual
Pertanyaan-pertanyaan individual yang digunakan pada angket dimaksudkan untuk memperoleh informasi yang dispesifikasikan sebelumnya. Dalam kaitan itu, Boyd, Westfall, dan Stasch (2004) mengemukakan pertanyaan yang perlu dijawab.
- Apakah subjek memiliki informasi itu?
- Bila subjek memliliki informasi itu, apakah subjek bersedia memberikan informasi itu?
- Apakah subjek membutuhkan banyak waktu untuk memberikan informasi itu?
- Apakah satu pertanyaan culup untuk memperoleh informasi itu atau lebih dari satu pertanyaan?
3. Penentuan Tipe dan Metode Pengadministrasian
Setelah informasi yang akan diperoleh dispesifikasikan dan pertanyaan individual ditentukan, peneliti harus menentukan tipe dan metode pengadministrasiannya. Metode pengadministrasian itu dapat melalui telepon, pribadi atau surat. Tipenya harus berkaitan dengan apakah kuesioner itu menggunakan pertanyaan terbuka atau tertutup, pertanyaan dikotomis atau pilihan ganda.
4. Penulisan Pertanyaan
Dalam menuliskan pertanyaan maupun penyediaan alternative tanggapan atas pertanyaan, perlu memperhatikan beberapa hal, diantaranya buatlah pertanyaan dengan berorientasi pada sudut pandang subjek, Gunakanlah kata dan pertanyaan yang sederhana, jelas, tidak memiliki arti ganda hindarkan istilah yang hebat tetapi kurang atau tidak dimengerti oleh responden, sedapat mungkin jangan menggunakan pertanyaan dengan kalimat yang terlalu panjang, hindari penggunaan kata maupun pertanyaan yang tidak perlu, yang tidak langsung berkaitan dengan tujuan penelitian, hindari pertanyaan yang sifatnya menggiring, sugestif, tanyakanlah hanya satu hal untuk tiap pertanyaan, jangan menggunakan pertanyaan yang memaksa subjek untuk memberikan jawaban yang tidak sebenarnya, bila memungkinkan gunakanlah pertanyaan yang menuntut sedikit usaha subjek untuk menjawabnya, baik dalam berpikir, mempersaipkan maupun menuliskan jawabannya, hindari penggunaan kata-kata yang sentimental, sertakan semua kemungkinan alternative tanggapan,pertanyaan harus berlaku bagi semua responden,hindari pertanyaan yang mempunyai lebih dari satu pengertian.


5. Penentuan Urutan Pertanyaan
Pertanyaan yang mengungkapkan hal yang luas ditempatkan dibagian awal dan disusul dengan pertanyaan yang mengungkapkan hal yang lebih khusus. Pertanyaan-pertanyaan juga disusun dari topik ke topik lainnya secara logis. Pertanyaan yang sederhana, menarik dan objektif ditempatkan dibagian awal. Pertanyaan yang berkaitan dengan identitas subjek lazim dibuat pada bagian awal, pertanyaan yang sulit dan peka ditempatkan pada bagian akhir.
Adakalanya memuat pertanyaan yang bercabang, misalnya bila Anda menjawab ‘ya’ pada pertanyaan ini, Anda dipersilakkan melanjutkan kepertanyaan nomor 15. Dalam kaitan ini, perancangan percabangan harus dilakukan denagn hati-hati (Churchill, Jr., 1995). Menurut Tull dan Hawkins (1993), pada pertanyaa awal harus dihindari pemberian kerangka acuan yang bias atau jawaban yang mengarah ke jawaban atas pertanyaan berikut.
6. Penulisan Instruksi
Memuat instruksi mengenai cara subjek untuk memberikan jawaban setiap pertanyaan. Instruksi itu mencakup cara subjek untuk memberikan tanggapan atas tiap pertanyaan, cara subjek merevisi tanggapannya yang terlanjur salah, serta cara dan alamat pengembalian bila dikirimkam melalui surat.
Menurut Hadi (1992), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menulis instruksi suatu angket, yaitu: hindari kata-kata yang mengandung perintah atau permintaan yang sifatnya memaksa, tulislah instruksi sesingkat-singkatnya, tetapi selengkap-lengkapnya, gunakanlah kata-kata yang jelas, tidak mengandung makna yang kabur maupun kata-kata asing, tonjolkan hal yang perlu mendapat perhatian dari subjek dengan huruf besar atau garis bawah atau di antara tanda petik atau cetak tebal atau warna yang berbeda, berikanlah petunjuk baru tiap kali jawaban yang diinginkan sangat berlainan dengan tipe jawaban sebelumnua, serta bila dipandang perlu, berikanlah contoh pemberian tanggapan atas pertanyaan angket.
7. Penentuan Karakteristik Fisik
Karakteristik fisik perlu juga mendapat perhatian dari peneliti karena bentuk fisik angket yang menyenangkan atau menarik akan lebih mendorong subjek untuk memberikan tanggapan atas pertanyaan pada suatu angket. Angket umumnya diketik pada kertas kuarto, penggunaan aneka bentuk huruf perlu juga dupertimbangkan, asalkan tidak membingungkan subjek dan merusak keasrian penampilan angket.
8 Penentuan Kode
Pada penelitian konklisif, data yang diperoleh biasanya dianalisis dengan teknik statistik. Untuk itu, peneliti perlu memperhatikan penentuan kode numerik atas tiap kemungkinan tanggapan yang diberikan subjek atas tiap pertanyaan. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat daftar analisis dan tabulasi silang yang diperlukan untuk penganalisisan data dengan teknik analisis statistik yang akan digunakan.
Pada penelitian eksploratif, data yang di[eroleh melalui angket biasanya dianalisis dengan teknik-teknik analisis kuantitatif, seperti analisis isi. Dalam keadaan yang demikian, peneliti harus mengantisipasi hal-hal yang diperlukan untuk menggunakan analisis itu.
Cara paling aman untuk penentuan skor dalam tiap kemungkinan tanggapan atas pertanyaan angket adalah dengan melakukan simulasi analisis data pada saat pelaksanaan uji coba angket. Itu dilakukan sebelum angket diberikan kepada subjek yang sebenarnya pada suatu penelitian. Untuk itu, peneliti memberikanb angket kepadanya sejumlah kecil saja. Kemudian hasilnya diberi skor dan dianalisis dengan teknik analisis statistik yang akan digunakan pada penelitian itu. Dengan cara demikian, peneliti akan mengetahui apakah masih ada hal-hal yang masih perlu untuk diperbaiki sebelum diberikan kepada subjek yang sebenarnya dari penelitian yang akan dilakukan.
9. Pemeriksaan Ulang
Sebelum diujicobakan, peneliti perlu memeriksa kembali untuk mengetahui kekeliruan yang mungkin terjadi dalam pengadministrasian. Hal-hal yang akan diperiksa itu mengacu pada hal-hal yang akan dijelaskan mengenai tujuan pengujicobaan dan perbaikannya.
D. Pertanyaan Yang Peka
Dari hasil uji coba, peneliti mungkin dapat mengidentifikasi adanya pertanyaan yang dipandang peka sehinnga menyinggung privasi dari subjek. Berdasarkan tujuan penelitian yang dilakukan, pertanyaan yang demikian mungkin tidak dapat ditiadakan. Dalam keadaan yang demikian,ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan terhadap pertanyaan yang peka (Barton, 1958; dalam Aaker, Kumar, dan day, 1995).
1. Pendekatan Kasual
Pendekatan kausal digunakan seolah-olah peneliti menanyakan informasi yang dibutuhkan secara sambil lalu, misalnya dengan menggunakan pertanyaan, apakah Anda menggunakan alat X selama minggu terakhir ini?
2. Kartu Bernomor
Penggunaan kartu bernomor dilakukan dengan menuliskan nomor dari tiap alternatif tanggapan atas pertanyaan yang diajuka pada kartu yang terpisah untuk tiap alternatif tanggapan. Kemudian, subjek diminta untuk memberikan tanggapannya dengan memilih kartu yang nomornya sesuai dengan dirinya.
3. Pendekatan Tiap Orang
Pendekatan tiap orang digunakan dengan mengkaitka pertanyan dengan keadaan dari tiap orang yang ada, misalnya seperti Anda ketahui bahwa beberapa orang memakan permen karet ini. Apakah Anda juga memakannya?
4. Pendekatan Orang Lain
Pendekatan orang lain dilakukan dengan memberitahukan ledih dulu informasi mengenai orang lain yang keadaannya sama dengan subjek. Denga cara itu, subjek diharapkan akan lebih lugas untuk memberikan tanggapannya karena kepada subjek telah diberitahukan bahwa keadaan yang berkenaan dengan informasi yang dimintakan juga dialami juga oleh orang lain. Contoh pertanyaannya adalah sebagai berikut: apakah Anda mengetahui adanya orang dewasa yang memakan permen karet ini? Bagaimana dengan Anda sendiri?
5. Teknik Surat yang Disegel
Teknik ini dilakukan dengan memberitahukan kepada subjek bahwa subjek memiliki hak untuk dirahasiakan identitasnya mengenai informasi yang diberikan. Untuk itu, kepada subjek diberitahukan juga bahwa angket yang telah diisinya itu akan dimasukkan ke dlalm amplp yang tersegel. Dengan demikian, hanya peneliti yang akan mengetahui informasi itu maupun identitasnya dan amplop itu diterima serta dibawa langsung oleh peneliti atau pengumpul data.


6. Teknik Kinsey
Teknik Kinsey dilakukan dengan menatap secara benar-benar mata subjek dan menggunakan bahasa yang jelas, sederhana, sesuaiu dengan kebiasaan subjek, serta dengan mengsumsikan adanya suasana bahwaa tiap orang telah melakukan segala sesuatu mengenai hal yang ditanyakan. Namun demikain, ada kemungkinan teknik ini tidsak sesuai denga budaya orang Indonesia.
7. Teknik Tanggapan Acak
Pada teknik tanggapan acak (Campbell dan Joiner, 1973; Reinmuth dan Guerts, 1975 dalan Aaker, Kumar, dan Day, 1995), subjek diminta untuk menjawab satu atau lebih pertanyaan yang dipilih secara acak tanpa menyatakan atau menampakkan pertanyaan mana yang telah dijawabnya. Perlu diingat bahwa pertanyaan-pertanyaan itu memiliki arti atau tujuan yang sama.
E. Surat Pengantar
Pengguanaan kuesioner yang diisi sendiri oleh subjek dan dikirimkan disertai dengan surat pengantar. Untuk itu, peneliti perlu mengemukakan tujuan yang sebenarnya dari penelitian yang dilakukan agar subjek tidak merasa curiga. Pada surat pengantar perlu juga ditunjukkan bahwa kesediaan subjek untuk memberikan tanggapan itu sangat berarti. Cara maupun Fasilitas, bila ada, pengembalian maupun alamat pengembalian serta waktu pengembalian perlu juga dikemukakan.
Bila hasil penelitian yang dilakukan akan dikirimkan kepada subjek, peneliti perlu juga untuk mengemukakan pada surat pengantar. Surat pengantar sebaiknya ditandatangani langsung oleh peneliti, tidak menggunakan stempel tanda tangan untuk memberikan kesan bahwa peneliti menghargai subjek.
Selain hal di atas, Hadi (1992) juga mengemukakan bahwa pada surat pengantar, peneliti harus menghindari penggunaan kata-kata yang egosentris, misalnya: saya. Selain itu, peneliti harus dapat juga menciptakan suasana kerja sama yang sebaik-baiknya dengan subjek melalui surat pengantar itu. Sebagaimana lazimnya, peneliti juga perlu menyampaikan terima kasih pada bagian akhir surat pengantarsuatu kuesioner.
F. Tingkat Pengembalian Kuesioner
Dalam praktik, sebelum pengembalian data dilakukan, peneliti telah menentukan dari berapa subjek data akan diperoleh. Dalam penentuan ju7mlah subjek itu, peneliti seharusnya membuat cadangan untuk mengantisipasi adanya kemungkinan bahwa tidak semua kuesioner yang diadministrasikan kepada subjek diterima kembali oleh peneliti dan hal itu dpat dilakukan dengan menggunakan rumus tertentu.
G. Keunggulan dan Kelemahan
Keunggulannya adalah bahwa lebih murah dan membutuhkan waktu yang lebih sedikit. Kelemahannya adalah hal-hal yang tidak disadari tidak dapat diungkap, besar kemungkinan jawaban-jawaban yang diberikan subjek dipengaruhi oleh keinginan-keinginan pribadinya, ada hal-hal yang tidak dianggap perlu dinyatakan, misalnya hal-hal yang memalukan atau yang dipandang tidak penting untuk dikemukakan, subjek mungkin mengalami kesulitan untuk merumuskan keadaan dirinya sendiri kedalam bentuk bahasa tertulis, ada kecenderungan untuk mengkonstruksi secara logis unsur-unsur jawaban yang dirasa kurang berhubungan secara logis oleh subjek.



Pengertian
(Dikutip dari buku Masri Singarimbun)
Pada penelitian survai, penggunaan kuesioner merupakan hal yang pokok untuk pengumpulan data. Hasil kuesioner tersebut akan terjelma dalam angka-angka, tabel-tabel, analisa astatistik dan uraian serta kesimpulan hasil penelitian. Analisa data kuantitatif dilandaskan pada hasil kuesioner itu.
Tujuan pokok pembuatan kuesioner adalah untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan survai, dan memperoleh informasi dengan reliabilitas dan validitas setinggi mungkin. Mengingat terbatasnya masalah yang dapat ditanyakan dalam kuesioner, maka senantiasa perlu diingat agar pertanyaan-pertanyaan memang langsung berkaitan dengan hipotesa dan tujuan penelitian tersebut.
Kalau variabel-variabel sudah jelas, maka pertanyaan pun menjadi jelas. Ini tentunya berkaitan pula dengan kemampuan teknis pembuatan kuesioner, walaupun titik-tolaknya adalah variabel-variabel yang jelas dan relevan. Sebaliknya, jika variabel-variabel masih kabur dalam pikiran peneliti, peertanyaan-pertanyaan juga akan kabur dan mungkin sekali dimasukkan banyak pertanyaan yang tidak relevan. Kekaburan dan kekacauan tersebut akan menimbulkan masalah yang berlarut-larut pada analisa data dan penulisan hasil penelitian.
Tiap pertanyaan dimaksudkan untuk dipakai dalam analisa. Perlu ditanyakan dalam hati: apakah pertanyaan tersebut diperlukan, apakah pertanyaan tersebut relevan, bagaimana jawaban atas pertanyaan itu dalam tabulasi? Ini perlu ditanyakan karena ada kecenderungan pertanyaan yang dimaksudkan terlalu banyak dan banyak di antaranya tidak terpakai dalam analisa, meskipun telah banyak tenaga dan waktu yang digunakan untuk itu.
Sebelum atau ketika membuat kuesioner, ada baiknya dipelajari kuesioner yang sudah ada, dan relevan dengan topik penelitian yang akan dilakukan. Namun demikian, contoh kuesioner tersebut bukanlah untuk ditiru begitu saja, jika keadaan memungkinkan, sebaiknya didiskusikan dengan peneliti yang melakukannya, karena yang bersangkutan dapat memberitahukan kelemahan dari pertanyaan tertentu dalam kuesioner. Dia dapat memberikan saran, pertanyaan mana yang dapat diperbaiki atau dihilangkan sama sekali.
Dalam satu penelitian sosial, terlibat berbagai cabang ilmu sehingga sangat mungkin hal-hal tertentu kurang dikuasai si peneliti. Karena itu masalah-masalah konsep dan pengukuran, dapat dipecahkan dengan berkonsultasi kepada sarjana lainnya. Untuk menghemat waktu, seminar interen dapat diadakan untuk itu.
Perlu ditambahkan, bahwa data yang terhimpun melalui kuesioner hanyalah merupakan satu dimensi dari penelitian sosial. Kecuali itu perlu disadari bahwa hasil kuesioner senantiasa terbatas, mengingat kompleksnya fenomena sosial dan juga rumitnya motivasi para responden yang diteliti. Untuk memperkaya pengertian peneliti tentang fenomena sosial dan proses sosial, diperlukan pula berbagai informasi lainnya. Di samping data sekunder yang relevan, informasi yang diperoleh dengan cara lain wawancara bebas, observasi berpartisipasi, studi kasus dan lain-lain akan sangat membantu.
1. Isi Pertanyaan
1. Pertanyaan tentang fakta. Misalnya umur, pendidikan, agama, status perkawinan.
2. Pertanyaan tentang pendapat dan siakp. Ini menyangkut perasaan dan sikap reponden tentang sesuatu.
3. Pertanyaan tentang informasi. Pertanyaan ini menyangkut apa yang diketahui oleh responden dan sejauh mana hal tersebut diketahuinya.
4. Pertanyaan tentang persepsi diri. Responden menilai perilakunya sendiri dalam hubungannya dengan yang lain. Misalnya seringnya kunjungan sosial yang dilakukannya atau pengaruh terhadap orang lain.
2. Beberapa Cara Pemakaian Kuesioner
1. Kuesioner digunakan dalam wawancara tatap muka dengan responden. Cara ini lazim kita lakukan.
2. Kuesioner diisi sendiri oleh kelompok. Misalnya seluruh mahasiswa dalam satu kelas dijadikan responden dan mereka mengisi kuesioner secara serentak.
3. Wawancara melalui telepon. Cara ini sering dilakukan di Amerika Serikat dan negara-negara maju lainnya, tetapi tidak lazim di negara-negara berkembang. Prosedur ini murah daripada wawancara tatap muka dan adakalanya orang tidak bersedia diwawancara melalui telepon.
4. Kuesioner diposkan, dilampiri amplop yang disertai perangko, untuk dikembalikan oleh responden setelah diisi. Cara ini dapat dilakukan untuk kuesioner yang pendek dan mudah dijawab, tetapi mungkain cukup besar proporsi yang tidak dikembalikan oleh responden



3. Jenis Pertanyaan
1. Pertanyaan tertutup. Kemungkinan jawabannya sudah ditentukan sudah ditentukan terlebih dahulu dan responden tidak diberi kesempatan memberikan jawaban lain.
Contoh: Apakah Ibu pernah mendengar tentang transmigrasi?
1. Pernah 2. Tidak pernah
1. Pertanyaan terbuka. Kemungkinan jawabannya ditentukan terlebih dahulu dan responden bebas memberikan jawaban.
Contoh: Menurut pendapat Ibu, apakah masalah yang paling penting bagi wanita di kota?
2. Kombinasi tertutup dan terbuka. Jawabannya sudah ditentukan tetapi kemudian disusul dengan pertanyaan terbuka.
Contoh: Apakah Ibu pernah mendengar tentang cara mengatasi transmigrasi?
1. Pernah 2. Tidak Pernah
(Jika pernah) Coba Ibu sebutkan bagaimana cara-caranya?
Perlu diingat bahwa pertanyaan kombinasi tertutup dan terbuka diatas mengandung kelemahan. Untuk memudahkan pengkodean, pertanyaan tersebut lebih baik dibuat menjadi dua nomor.
3. Pertanyaan semi terbuka. Pada pertanyaan semi terbuka, jawabannya sudah tersusun tetapi masih ada kemungkinan tambahan jawaban.
Contoh: Jenis bunga yang Ibu suka:
Mawar 1
Melati 2
Anggrek 3
Lain-lain:…………….(Sebutkan)

3. Susunan Pertanyaan
Pertanyaan dikelompokkan sesuai dengan tujuan penelitian, dimulai dengan identitas yang berisi:
1. Nama responden.
2. Tempat tinggal.
3. Nama pewawancara.
4. Tanggal wawancara.
Ini disusul dengan pertanyaan tentang ciri-ciri demografi: umur, status kawin, dan jumlah anak. Sensus keluarga biasanya dibuat dibagian muka. Ini diperlukan untuk memilih responden. Namun demikain, ada juga penelitian yang taidak memakai sistem cara pemilihan demikian dan tidak memerlukan kuesioner rumah tangga. Misalnya penelitian: “Hubungan antara karakteristik pribadi, kepuasan kerja dan efektivitas mengajar seorang dosen”.
Terserah kepada peneliti bagaimana mengelompokkan pertanyaan itu dilakukan. Yang perlu diperhatikan ialah urutan yang cukup runtut dan juga di mana ditempatkan pertanyaan yang sensitif. Pertanyaan yang sensitif tidak ditempatkan dibagian muka karena dapat segera mempengaruhi suasana wawancara. Biasanya pertanyaan semacam ini ditempatkan di belakang, tetapi bukan pada penutup supaya wawancara tidak diakhiri dengan perasaan kurang enak.

Bentuk Fisik Kuesioner
Kuesioner sebaiknya rapi, jelas dan mudah digunakan. Menyusun kuesioner yang baik diperlukan lebih banyak waktu tetepi secara keseluruhan akan menghemat waktu. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. Ukuran kertas dan jenis kertas.
2. Diisi bolak-balik atau tidak.
3. Pembagian ruangan tidak sempit. Sisi kiri dan kanan cukup longgar.
4. Nomor urut pertanyaan. Nomor urut dari mula sampai akhir atau tiap kelompok mempunyai nomor sendiri. Sistem nomor urut dari mulai sampai akhir.
5. Penggunaan huruf besar, huruf kecil dan huruf miring (kalau ada).
6. Tanda panah dan kotak pertanyaan.
7. Kotak kolom. (Pembuatan kotak kolom akan menghemat waktu dan tenaga pada tahap berikutnya).
8. Untuk menghindarkan salah ambil, kuesioner dibuat berlainan warna untuk responden pria dan wanita.
Kotak kolom bersama nomornya pada sisi kanan kiri diperlukan untuk menentukan nomor kolom dan jumlah kartu komputer yang digunakan. Sistemnya akan berbeda apabila tidak memakai komputer.
Pretest
Pretest diadakan untuk menyempurnakan kuesioner. Melalui pretest akan diketahui berbagai hal, yaitu apakah pertanyaan tertentu perlu dihilangkan, apakah pertanyaan tertentu perlu ditambah, apakah tiap pertanyaan dapat dimengerti dengan baik oleh responden dan apakah pewawancara dapat menyampaikan pertanyaan tersebut dengan mudah, apakah urutan pertanyaan perlu diubah, apakah pertanyaan yang sensitif dapat diperlunak dengan mengubah bahasa, barapa lama wawancara memakan waktu.
Kalau karena alasan tertentu kuesioner tidak dapat diperpendek dan memakan waktu lebih dari 3 jam, maka kuesioner dan wawancara dapat dibagi atas dua tahap, Taiap responden diwawancarai dua kali.
Lamanya wawancara perlu diketahui untuk perencanaan. Kalau umpamanya, ditaksir rata-rata dua kuesioner dapat diselesaikan tiap hari, maka banyaknya asisten lapangan yang diperlukan dan berapa lamanya mereka bekerja di lapangan, dapat ditentukan berdasarkan perhitungan tersebut.
Untuk penentuan jumlah pretest tidak ada patokan yang pasti dan tergantung pula pada homogenitas responden. Untuk pretest biasanya sebanyak 30-50 kuesioner yang sudah mencukupi dan dipilih responden yang keadaanya kurang lebih sama dengan responden yang sesungguhnya akan diteliti. Pretest dilaksanakan diluar penelitian.
Untuk mengetahuai apakah jawaban yang diperoleh sesuai dengan yang dimaksudkan, hasil pretest ditabulasi. Dari hasil tabulasi diketahui pertanyaan nomor berapa yang sekiranya perlu diperbaiki.
Pedoman Pengisian Kuesioner
Pedoman pengisian kuesioner merupakan pegangan bagi pewawancara. Dalam pedoman pengisisan kuesioner, tiap pertanyaan yang diajukan diberi keterangan yang jelas dan rinci, juga dicantumkan jawaban yang diharapkan, terutama pada pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka.


Penggunaan Bahasa
Kuesioner di Indonesia hampir seluruhnya menggunakan bahasa Indonesia. Hal ini perlu ditinjau karena kebanyakan responden terutama dipedesaan tidak dapat berbahasa Indonesia dengan baik, dan pewawancara tidak dapat diharapkan menerjemahkan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Distorsi-distorsi dalam pengertian mudah terjadi, begitu puila dapat timbul perasaan yang kurang enak bagi responden karena pemilihan kata yang kurang tepat. Wawancara juga dapat tersendat-sendat karena pewawancara kurang lancar menerjemahkan di hadapan responden.
Pada masyatakat di mana pemakaian bahasanya berhubungan dengan pelapisan sosial, perlu diperhatikan penggunaan bahasa yang tepat. Pusat Penelitian Kependudukan UGM Yogyakarta selama ini berusaha menerjemahkan kuesioner tersebut kedalam bahasa daerah. Apabila perlu dianggap pada waktu coaching, asisten lapangan disuruh menerjemahkan kuesioner ke dalam bahasa daerah dan kemudian hasilnya didiskusikan bersama. Apabila karena alasan waktu dan kuesioner tidak mungkin diterjemahkan, maka coaching bahasa tersebut setidaknya dapat dilakukan dan pewawancara mempunyai satu eksemplar kuesioner dalam bahasa daerah.










DAFTAR PUSTAKA


- Hadi Sutrisno. Metodologi Research. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada, 1981
- Singarimbun Masri. Metode Penelitian Survai. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada, 1983
- Aribonang Lerbin, ”Riset Pemasaran”. Ghali

Sabtu, 24 April 2010

INTRUMEN

Instrumen Penelitian
Instrumen merupakan alat yang digunakan untuk melakukan sesuatu. Sedangkan penelitian memiliki arti pemeriksaan, penyelidikan, kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian data secara sistematis dan objektif. Dengan masing-masing pengertian kata tersebut di atas maka instrumen penelitian adalah semua alat yang digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah, atau mengumpulkan, mengolah, menganalisa dan menyajikan data-data secara sistematis serta objektif dengan tujuan memecahkan suatu persoalan.

Perbedaan teknik pengumpulan data dengan instrumen adalah teknik merupakan cara untuk mengumpulkan data. Dan teknik itu sendiri ada beberapa jenis yaitu : teknik wawancara, teknik angket, teknik pengamatan, teknik studi dokumentasi. Sedangkan instrumen merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Yaitu : daftar wawancara, angket, pedoman pengamatan atau observasi dan pedoman penelusuran dokumen. Syarat-syarat data yang baik adalah data harus akurat, relevan, uptodate.
.
Beberapa teknik yang dapat digunakan dalam penelitian bisnis adalah sebagai berikut :
1. Teknik Tes
Teknik tes digunakan untuk mengumpulkan data yang digunakan untuk mengevaluasi yaitu membedakan antara kondisi awal dengan kondisi sesudahnya.
2. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengambilan data dimana peneliti langsung berdialog dengan responden untuk menggali informasi dari responden.
3. Teknik Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan indra jadi tidak hanya dengan pengamatan menggunakan mata saja. Medengarkan, mencium, mengecap meraba termasuk salah satu bentuk dari observasi. Instrumen yang digunakan dalam observasi adalah panduan pengamatan dan lembar pengamatan.
4. Teknik Angket ( Kuesioner)
Merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan untuk mengumpulkan data dengan cara membagi daftar pertanyaan kepada responden agar responden tersebut memberikan jawabannya.
 Kuesioner terbuka
Dalam kuesioner ini responden diberi kesempatan untuk menjawab sesuai dengan kalimatnya sendiri.
Bagaimanakah pendapat anda tentang harga barang di supermarket ini ?……………………………………………………
 Kuesioner tertutup
Dalam kuesioner ini jawaban sudah disediakan oleh peneliti, sehingga responden tinggal memilih saja.
Bagaimanakah pendapat anda tentang harga barang di supermarket ini ?
› Sangat mahal › Murah
› Mahal › Sangat murah
› Cukup
Langkah-langkah dalam penyusunan kuesioner agar kuesioner tersebut efesien dan efektif yaitu:
1. Menentukan variabel yang diteliti
2. Mementukan Indikator
3. Menentukan subindikator
4. Mentransformasi sub indikator menjadi kuesioner
Menurut Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, sebuah instrumen dipersiapkan untuk mengumpulkan data penelitian benar-benar mengukur apa yang ingin diukur. Dan alat pengumpul data yang dipakai harus memiliki validitas dan realibilitas yang tinggi. Misalnya sekiranya peneliti menggunakan kuesioner di dalam pengumpulan data penelitian, maka kuesioner yang disusunnya harus mengukur apa yang ingin diukurnya. ( Singarimbun dan Effendi, 1989: 122-123).
Berikut menurut (www.Google.co.id), mengenai validitas dan realibilitas instrumen. Pertanyaan-pertanyaan untuk mengukur variabel yang kita teliti sebelumnya harus dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Bila instrumen/alat ukur tersebut tidak valid maupun reliabel, maka tidak akan diperoleh hasil penelitian yang baik. Validitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur betul-betul mengukur apa yang akan diukur. Ada beberapa jenis validitas, namun yang paling banyak dibahas adalah validitas konstruk. Konstruk atau kerangka konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk menggabarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian penelitian. Konsep itu kemudian seringkali masih harus diubah menjadi definisi yang operasional, yang menggambarkan bagaimana mengukur suatu gejala. Langkah selanjutnya adalah menyusun pertanyaan-pertanyaan/ pernyataan-pernyataan yang sesuai dengan definisi itu.Untuk mencari definisi konsep tersebut dapat ditempuh dengan berbagai cara sebagai berikut :
1. Mencari definisi konsep yang dikemukakan para ahli. Untuk ini perlu dipelajari buku-buku referensi yang relevan.
2. Kalau dalam literatur tidak dapat diperoleh definisi konsep-konsep penelitian, maka peneliti harus mendefinisikan sendiri konsep tersebut. Untuk tujuan ini peneliti dapat mendiskusikan dengan ahli-ahli yang kompeten dibidang konsep yang akan diukur.
3. Menanyakan definisi konsep yang akan diukur kepada calon responden atau orang-orang yang memiliki karakteristik yang sama dengan responden . Misalnya peneliti ingin mengukur konsep “religiusitas”. Dalam mendefinisikan konsep ini peneliti dapat langsung menanyakan kepada beberapa calon responden tetnang ciri-ciri orang yang religius. Berdasar jawaban calon responden, kemudian disusun kerangka suatu konsep. Apabila terdapat konsistensi antra komponen-komponen konstruk yang satu dengna lainnya, maka konstruk itu memiliki validitas.
Cara yang paling banyak dipakai untuk mengetahui validitas konstruk suatu instrumen/alat pengukur ialah dengan mengkorelasikan skor/nilai yang diperoleh pada masing-masing pertanyaan/pernyataan dari semua responden dengan skor/nilai total semua pertanyaan/pernyataan dari semua responden. Korelasi antara skor/nilai setiap pertanyaan/pernyataan dan skor/nilai total haruslah signifikan berdasarkan ukuran statistik tertentu misalnya dengan menggunakan teknik korelasi product moment.
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengkur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Reliabilitas menunjukkan kemantapan/konsistensi hasil pengukuran. Suatu alat pengukur dikatakan mantap atau konsisten, apabila untuk mengukur sesuatu berulang kali, alat pengukur itu menunjukkan hasil yang sama, dalam kondisi yang sama.
Setiap alat pengukur seharusnya memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran yang mantap atau konsisten. Pada alat pengukur fenomena fisik seperti berat dan panjang suatu benda, kemantapan atau konsistensi hasil pengukuran bukanlah sesuatu yang sulit diperoleh. Tetapi untuk pengukuran fenomena sosial, seperti sikap, pendapat, persepsi, kesadaran beragama, pengukuran yang mantap atau konsisten, agak sulit dicapai.
Berhubung gejala sosial tidak semantap fenomena fisik, maka dalam pengukuran fenomena sosial selalu diperhitungkan unsur kesalahan pengukuran. Dalam penelitian sosial kesalahan pengukuran ini cukup besar. Karena itu untuk mengetahui hasil pengukuran yang sebenarnya, kesalahan pengukuran ini perlu diperhitungkan. Makin kecil kesalahan pengukuran, semakin reliabel alat pengukurnya. Semakin besar kesalahan pengukuran, semakin tidak reliabel alat pengukur tersebut.
Teknik-teknik untuk menentukan reliabilitas ada tiga yaitu: a. teknik ulangan, b. teknik bentuk pararel dan c. teknik belah dua. Dalam tulisan ini akan dijelaskan satu teknik saja yaitu teknik belah dua.
Teknik belah dua merupakan cara mengukur reliabilitas suatu alat ukur dengan membagi alat ukur menjadi dua kelompok. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a. Mengajukan instrumen kepada sejumlah responden kemudia dihitung validitas itemnya. Item yang valid dikumpulkan menjadi satu, item yang tidak valid dibuang.
b. Membagi item yang valid tersebut menjadi dua belahan. Untuk mebelah instrumen menjadi dua, dapat dilakukan dengan salah satu cara berikut: 1). Membagi item dengan cara acak (random). Separo masuk belahan pertama, yang separo lagi masuk belahan kedua; atau (2) membagi item berdasarkan nomor genap-ganjil. Item yang bernomor ganjil dikumpulkan menjadi satu dan yang bernomor genap juga dijadikan satu. Untuk menghitung reliabilitasnya skor total dari kedua belahan itu dikorelasikan.
Pedoman Penyusunan Angket
1. Tujuan Pokok Pembuatan Angket
a. Memperoleh data yang relevan dengan tujuan penelitian
b. Memperoleh data dengan reliabilitas dan validitas setinggi mungkin
2. Sumber Penyusunan Angket
a. Kerangka konseptual (variabel)
b. Tujuan penelitian
c. Hipotesa
3. Hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan angket
a. Apakah pertanyaan yang diajukan relevan dengan tujuan dan hipotesa penelitian
b. Bagaimana cara tabulasi untuk tiap pertanyaan
c. Mempelajari angket yang sudah ada
d. Konsultasi dengan ahli yang pernah meneliti hal yang sama
4. Isi Pertanyaan dalam angket
a. Pertanyaan tentang fakta misal : umur, jenis kelamin, agama, pendidikan dan sebagainya.
b. Pertanyaan tentang pendapat, tanggapan dan sikap, misal : sikap responden terhadap sesuatu hal.
5. Jenis Pertanyaan dalam angket.
a. Pertanyaan tertutup
Jawaban pertanyaan sudah disediakan oleh peneliti. Keuntungan memudahkan dalam proses tabulasi, sedang kelemahannya kurang dapat memperoleh data yang mendalam dan bervariasi.
b. Pertanyaan terbuka
Jawaban pertanyaan tidak ditentukan terlebih dahulu, responden bebas memberi jawaban. Keuntungannya dapat menangkap informasi lebih luas. Sedang kelemahannya adalah kesulitan dalam proses tabulasi.
c. Pertanyaan kombinasi tertutup dan terbuka
Jawaban pertanyaan sudah disediakan, tetapi diikuti oleh pertanyaan terbuka

d. Pertanyaan semi terbuka
Jawaban pertanyaan sudah disediakan oleh peneliti, namun diberi kemungkinan tambahan jawaban.
6. Petunjuk Membuat Pertanyaan
a. Gunakan kata-kata yang sederhana dan mudah dimengerti oleh responden.
b. Usahakan pertanyaan yang jelas dan khusus
c. Hindarkan pertanyaan yang mempunyai lebih dari satu pengertian
d. Hindarkan pertanyaan yang mengandung sugesti
e. Pertanyaan harus berlaku bagi semua responden
7. Uji Coba Angket
Keuntungan jika melakukan uji coba angket
a. Pertanyaan yang dianggap tidak relevan bisa dihilangkan
b. Bisa diketahui apakah tiap pertanyaan dapat dimengerti dengan baik oleh responden
c. Apakah urutan pertanyaan perlu dirubah
d. Bisa diketahui reaksi responden terhadap pertanyaan sensitif, sehingga perlu dirubah atau tidak
e. Lama pengisian angket.

Menurut (www.Google.co.id) Contoh Angket :

RITUAL INVOLVEMENT

1. Apakah Anda sholat ? 1. Ya 2. Tidak
Kalau ‘ya’, hal yang manakah dari hal-hal berikut ini yang sesuai bagi Anda :
a. solat secara teratur lima kali sehari,
b. solat tiap hari, tetapi tidak sampai lima kali sehari,
c. solat hanya seminggu sekali pada hari Jumat,
d. solat hanya pada Hari Raya saja.
2. Apakah Anda berdoa sebelum makan ? 1. Ya 2. Tidak
Kalau ‘ya’, dari hal berikut ini yang manakah yang sesuai bagi Anda :
a. selalu membaca doa setiap kali akan makan makanan apa saja,
b. hanya berdoa setiap akan makan di meja makan,
c. bila akan makan di meja makan kadang-kadang beroda, kadang-kadang tidak,
d. pernah berdoa, tetapi pada umumnya tidak


IDEOLOGICAL INVOLVEMENT
1. Apakah Anda yakin bahwa hari kiamat pasti datang?
a. sangat yakin
b. cukup yakin
c. kurang yakin
d. tidak yakin
2. Apakah Anda yakin bahwa surga itu hanya tempat bagi orang yang taat beribadah?
a. sangat yakin
b. cukup yakin
c. kurang yakin
d. tidak yakin


INTELECTUAL INVOLVEMENT

1. Apakah Anda sering menghadiri pengajian keagamaan?
a. sangat sering
b. cukup sering
c. agak jarang
d. sangat jarang
2. Apakah Anda sering membaca buku-buku tentang agama yang Anda peluk?
a. sangat sering
b. cukup sering
c. agak jarang
d. sangat jarang

EXPERIENTAL INVOLVEMENT
1. Apakah doa Anda sering dikabulkan Tuhan?
a. sangat sering
b. cukup sering
c. agak jarang
d. sangat jarang

EXPERIENTAL INVOLVEMENT
1. Bila Anda disuruh berbuat curang dalam suatu pertandingan olahraga oleh teman Anda, apakah Anda selalu menolak?
a. selalu menolak
b. pada umumnya menolak, walaupun kadang-kadang menerima
c. kadang-kadang menerima, kadang-kadang menolak
d. umumnya tidak menolak
2. Bila Anda berbuat kesalahan terhadap seseorang, apakah yang Anda lakukan?
a. selalu segera meminta maaf
b. umumnya segera meminta maaf, walaupun kadang-kadang tidak
c. sering minta maaf, tetapi sering pula tidak
d. jarang meminta maaf

Contoh pertanyaan umum dalam wawancara :
1. Motivasi

Pertanyaan yang dapat menggali aspek motivasi antara lain :
1. Mengapa anda memutuskan untuk melamar pekerjaan di perusahaan ini ?
2. Apa yang membuat anda menjadi tertarik dengan perusahaan ini ?
3. Tanggung jawab apa yang anda anggap penting dalam pekerjaan ?
4. Tantangan apa yang anda cari dalam pekerjaan ?
5. Sebutkan dua hal yang memotivasi anda dalam bekerja.
6. Apa yang dapat memotivasi anda dalam kehidupan pribadi anda ?
7. Apa yang dapat memotivasi anda dalam menyelesaikan tugas yang sulit ?
8. Apa yang dapat memotivasi anda agar menjadi sukses dalam pekerjaan ?
9. Apa alasan anda keluar dari perusahaan sebelumnya ?
10. Apa yang membuat anda keluar dari perusahaan sebelumnya ?
11. Selama perjalanan karir anda, posisi mana yang paling anda sukai ?
12. Mengapa anda ingin mengubah karir ? (bila yang bersangkutan berpindah profesi/karir)
13. Apa arti bekerja bagi anda ?

2. Ketahanan Terhadap Tekanan (Stres)

Pertanyaan yang dapat menggali aspek ketahanan terhadap tekanan/stres antara lain :
1. Apakah anda dapat bekerja di bawah tekanan ?
2. Pernahkan anda bekerja di bawah tekanan ? Ceritakan bagaimana anda menyikapinya?
3. Dalam lingkungan kerja seperti apa anda merasa nyaman ? (Terstruktur atau tidak ?)
4. Seandainya ada konsumen yang marah karena hal yang bukan dilakukan anda, bagaimana anda menyikapinya ?
5. Bagaimana anda menyikapi kritik yang diberikan kepada anda ?
6. Seandainya anda mendapatkan pekerjaan yang tidak anda harapkan, apa yang akan anda lakukan?
7. Apa yang anda anggap sebagai hal yang berat untuk dilakukan dalam pekerjaan ?
8. Seandainya anda dihadapkan dengan dua tugas yang harus diselesaikan pada saat yang bersamaan, apa yang akan anda lakukan ?
9. Masalah terbesar apa yang pernah anda hadapi ? Bagaimana anda mengatasinya ?

3. Inisiatif

Pertanyaan yang dapat menggali aspek inisiatif antara lain :
1. Apa yang anda ketahui tentang perusahaan ini ? Dan darimana serta bagaimana anda mengetahuinya ?
2. Kriteria apa yang anda gunakan untuk mengevaluasi perusahaan yang anda harapkan menjadi tempat kerja anda ?
3. Ceritakan mengenai pendidikan dan pelatihan yang pernah anda ikuti.
4. Bagaimana anda mendapatkan pekerjaan selama ini ? (Apakah melalui iklan, referensi, dsb) - untuk yang sudah pernah bekerja.

4. Sikap kerja

Pertanyaan yang dapat menggali aspek sikap kerja antara lain :
1. Seandainya anda ditempatkan di cabang perusahaan yang jauh dari lokasi anda, bagaimana anda menyikapinya ?
2. Seandainya ada pengalihan tanggung jawab pada pekerjaan yang anda pegang, bagaimana anda menyikapinya ?
3. Ceritakan mengenai pengalaman kerja anda. (untuk yang sudah bekerja)
Apa tanggung jawab anda pada posisi tersebut ? (untuk yang sudah bekerja)

5. Kepercayaan Diri

Pertanyaan yang dapat menggali aspek kepercayaan diri antara lain :
1. Menurut anda, apa definisi/arti kesuksesan ? Dan seberapa besar pengaruhnya bagi anda ?
2. Menurut anda, apa definisi/arti kegagalan ? Dan seberapa besar pengaruhnya bagi anda ?
3. Jelaskan ukuran/standar kesuksesan bagi anda.
4. Pekerjaan apa yang telah anda selesaikan dengan sukses ?
5. Apa peran anda dalam kesuksesan tersebut ?
6. Bagaimana anda memandang diri sendiri saat ini ? Apakah sudah sukses ?

6. Kemampuan Berpikir Analitis

Termasuk di dalam kemampuan berpikir analitis adalah "Kemampuan Memecahkan Masalah" (problem solving) dan "Kemampuan Membuat Keputusan" (decision making).

Pertanyaan yang dapat menggali aspek kemampuan berpikir analitis antara lain :
1. Masalah tersulit apa yang pernah anda alami ? Apa yang anda lakukan ? Bagaimana penyelesaiannya ?
2. Hambatan atau kendala apa yang ditemukan selama kuliah atau belajar ? Bagaimana cara mengatasinya ?
3. Ceritakan mengenai persoalan yang pernah anda pecahkan.
4. Ceritakan situasi dimana anda pernah memiliki masalah dengan pengambilan keputusan.
5. Ceritakan dimana anda harus membuat suatu keputusan.
6. Ceritakan bagaimana anda pernah memecahkan masalah yang sulit.
7. Ceritakan mengenai permasalahan yang paling sering anda hadapi dalam pekerjaan.
8. Apakah anda pernah menyelesaikan suatu permasalahan bersama-sama rekan ? Apa peran anda dalam menyelesaikan masalah tersebut ?
9. Apakah anda pernah diminta untuk menyelesaikan beberapa tugas dalam suatu waktu ? Apa yang anda lakukan ?
10. Bagaimana anda menyelesaikan suatu permasalahan yang muncul tiba-tiba ?
11. Bagaimana anda mengidentifikasikan kedatangan suatu masalah ?
12. Bagaimana anda membuat suatu keputusan penting ?
13. Bagaimana anda memecahkan masalah ?
14. Dalam situasi atau kondisi seperti apa, anda memiliki kemungkinan paling besar untuk berbuat kesalahan ?
15. Keputusan apa yang terasa sulit bagi anda ? Berikan Contohnya !
16. Menurut anda, faktor apa yang paling menentukan suksesnya seseorang ?
17. Apa yang anda lakukan saat dihadapkan dengan pengambilan keputusan yang penting ?
18. Apa yang anda lakukan saat kesulitan atau tidak dapat memecahkan persoalan yang anda hadapi ?
19. Keputusan tersulit apa yang telah anda buat selama tiga tahun terakhir ?
20. Kapan anda memutuskan untuk berhenti berusaha memecahkan suatu persoalan yang sulit ?

7. Kemampuan Pencapaian Keberhasilan (Achievement)

Pertanyaan yang dapat menggali aspek kemampuan pencapaian keberhasilan antara lain :
1. Apakah anda senang mengerjakan pekerjaan/proyek yang sulit ?
2. Apakah anda mempunyai prestasi yang dibanggakan ? Ceritakan !
3. Apakah anda memiliki inisiatif ? Bagaimana anda menunjukkan hal tersebut ? Ceritakan satu contoh inisiatif yang telah anda ambil.
4. Apakah anda pernah menyelesaikan persoalan yang sulit ? Atau yang sebelumnya anda pikir tidak dapat anda selesaikan ?
5. Bagaimana anda menunjukkan keinginan (willingness) untuk bekerja ?
6. Sebutkan prestasi yang pernah anda capai dalam pekerjaan atau masa kuliah/sekolah !
7. Sebutkan lima pencapaian terbesar dalam hidup anda !
8. Apa kegagalan terbesar yang pernah anda alami ? Kekecewaan apa yang anda alami ?
9. Bagaimana anda mengatasi perasaan tersebut ? Dan mengatasi kegagalan tersebut ?
10. Hal atau lingkungan seperti apa yang paling mendorong anda dalam bekerja ?
11. Menurut anda, apa tantangan terbesar dalam pekerjaan ?
12. Sebutkan bagian dari pekerjaan yang paling menantang dan yang paling tidak menantang.
13. Apakah anda termasuk orang yang berani dalam mengambil risiko ?
14. Berdasarkan pengalaman anda, ceritakan secara rinci dalam hal apa anda mengambil risiko untuk menyelesaikan suatu tugas ?
15. Mengapa anda mengambil risiko tersebut ?
16. Risiko apa yang anda hadapi saat mengajukan suatu usulan ?
17. Prestasi apa yang pernah anda dapatkan di sekolah yang tidak dapat anda lupakan ?
18. Prestasi apa yang pernah anda capai dalam bekerja yang mendapatkan penghargaan dari pimpinan atau perusahaan ? (baik penghargaan lisan ataupun penghargaan tertulis atau materi).

8. Aspirasi Diri

Pertanyaan yang dapat menggali aspek aspirasi diri antara lain :
1. Mata kuliah (mata pelajaran) apa yang paling anda senangi ? Mata kuliah (mata pelajaran) apa yang paling anda tidak senangi ? Kenapa ?
2. Apa cita-cita anda ketika lulus sekolah ? Ketika lulus kuliah ?
3. Apakah anda berniat melanjutkan sekolah ? Berniat melanjutkan kuliah ?
4. Menurut anda, apakah nilai anda merupakan indikasi terbaik untuk hasil akademik anda ?
5. Kenapa kami harus memilih anda ?
6. Bisakah anda menyebutkan lima kelebihan dan lima kekurangan anda ?
7. Bagaimana pendapat anda mengenai perusahaan ini ?

9. Kelemahan Diri

Pertanyaan yang dapat menggali aspek kelemahan diri antara lain :
1. Apakah anda telah mencapai semua target yang telah anda tetapkan ? Bila tidak, mengapa ?
2. Bagaimana anda mengatasi kegagalan dalam pencapaian target tersebut ?
3. Kelemahan apa yang muncul saat anda dihadapkan pada tugas yang sulit ?


10. Sosialisasi

Pertanyaan yang dapat menggali aspek sosialisasi antara lain :
1. Ceritakan kegiatan anda di waktu senggang.
2. Kegiatan apa yang anda ikuti di lingkungan anda ?
3. Seandainya anda menjadi anggota suatu organisasi, maka kegiatan apa dan peran apa yang akan anda lakukan dalam organisasi tersebut ?
4. Selain belajar, kegiatan apa saja yang anda ikuti saat masih kuliah atau sekolah ? Posisi apa yang anda pegang ?

11. Kemandirian

Pertanyaan yang dapat menggali aspek kemandirian antara lain :
1. Ceritakan keputusan-keputusan penting dalam hidup anda, yang anda anggap sebagai keputusan anda sendiri. Juga ceritakan keputusan penting yang anda anggap bukan keputusan anda sendiri.
2. Mengapa anda memilih jurusan .... ?
3. Dalam pengambilan suatu keputusan, siapa yang berpengaruh dalam diri anda ?
4. Dalam hal-hal apa saja orang-orang tersebut anda sertakan ?

12. Kepemimpinan

Pertanyaan yang dapat menggali aspek kepemimpinan antara lain :
1. Sebutkan kepribadian yang anda miliki yang mencerminkan kemampuan memimpin.
2. Menurut anda, kualitas apa yang dibutuhkan seorang pemimpin ?
3. Apa yang paling menjadi tantangan bagi seorang pemimpin ?
4. Bagaimana cara anda mendelegasikan suatu tanggung jawab ?
5. Apakah anda membutuhka pengawas dalam bekerja ?
6. Bagaimana cara anda membuat suatu rencana kerja ?
7. Bagaimana cara anda memberikan teguran atau mendisiplinkan bawahan anda ?
8. Seandainya ada bawahan anda yang melanggar aturan perusahaan, bagaimana anda menghadapinya ?
9. Atasan seperti apa yang anda harapkan ?
10. Seandainya anda kelebihan beban kerja, apa yang akan anda lakukan ?
11. Bagaimana cara anda untuk memotivasi sesorang ?
12. Atasan seperti apa yang menurut anda sulit untuk diajak kerja sama ?
13. Bawahan seperti apa yang menurut anda sulit untuk diajak kerja sama ?
14. Atasan seperti apa yang menurut anda tidak adil ?
15. Seandainya anda membuat suatu kebijakan, kemudian bawahan anda banyak yang menentangnya, bagaimana anda mengatasinya ?


Sumber : www.gilland-ganesha.com, buku "Sukses Mendapatkan Pekerjaan" Anna T.Yuniarti, S.Psi.


Adakalanya instrumen yang dibutuhkan telah tersedia serta telah teruji validitas maupun reliabilitasnya. Dan ada empat hal yang perlu diperhatikan. Pertama, karakteristik dari subjek yang digunakan pada waktu menguji sangat berbeda dari karakteristik subjek yang akan diteliti. Kedua, definisi konseptual yang digunakan untuk mengembangkan instrumen yang telah ada. Ketiga dan keempat, koefisien validitas dan realibilitas dari instrumen yang telah ada. Suatu Instrumen dinyatakan valid bila instrumen itu dapat digunakan untuk mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur melalui instrumen tersebut, dan suatu instrumen dinyatakan reliabel bila instrumen itu dapat menghasilkan ukuran yang konsisten (Aritonang, 2007: 140)
Yang merupakan instrumen adalah :
 Observasi adalah pengamatan atas suatu variabel yang dilakukan secara sistematis dan objektif dalam kondisi yang didefinisikan secara tepat, serta hasilnya dicatat secara hati-hati. Singkatnya, observasi ilmiah dilakukan secara terencana bukan secara sambil lalu dan objektif. Observasi memiliki kelemahan dan keunggulan bila dibandingkan dengan metode lainnya untuk memperoleh data empiris pada suatu penelitian. Metode observasi tidak didasarkan pada laporan sendiri, dapat mengamati secara langsung ekspresi dari subjek serta memungkinkan beberapa gejala untuk diobservasi sekaligus. Kelemahan observasi adalah pada variabel yang terjadi secara periodik dalam waktu yang lama, subjek terganggu, dan hanya tepat digunakan untuk variabel yang dapat diobservasi secara langsung.
 Angket merupakan salah satu instrumen yang banyak digunakan untuk memperoleh data pada suatu penelitian. Angket adalah sehimpunan pertanyaan atau pernyataan mengenai suatu variabel yang diajukan kepada dan untuk memperoleh tanggapan dari subjek. Keunggulan angket, bila dibandingkan dengan metode lain dalam pengumpulan data, khususnya wawancara, adalah bahwa angket lebih murah dan membutuhkan waktu yang lebih sedikit. Sebagian pendekatan laporan mengenai diri sendiri didasarkan pada prinsip introspeksi sehingga memiliki kelemahan, antara lain : hal-hal yang tidak disadari tidak dapat diungkap, besar kemungkinan jawaban-jawaban yang diberikan subjek dipengaruhi oleh keinginan-keinginan pribadinya, ada hal-hal yang dianggap tidak perlu dinyatakan, subjek mungkin mengalami kesulitan untuk merumuskan keadaan dirinya sendiri ke dalam bentuk bahasa tertulis.
 Wawancara adalah pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dilakukan secara sistematis dan berlandaskan kepada tujuan penelitian. Kebaikan metode wawancara terletak pada keluwesannya artinya wawancara dapat dengan mudah disesuaikan dengan kondisi yang terjadi pada saat wawancara berlangsung. Sedangkan kelemahan metode wawancara adalah dari segi banyaknya waktu, tenaga dan biaya yang dibutuhkan. (Aritonang, 2007: 148-161).
Menurut J. Supranto M. A, ada beberapa cara untuk mengumpulkan informasi yang menyangkut karakteristik atau sifat-sifat atau elemen-elemen yang menjadi objek penyelidikan. Cara-cara itu antara lain (Supranto 2003: 60-75) :
1. Wawancara adalah Tanya jawab antara petugas dengan responden (kepala rumah tangga, direktur perusahaan, para langganan, karyawan, mahasiswa, petani, pedagang kaki lima, golongan ekonomi lemah, turis asing, penabung penanaman modal, dll). Wawancara yang baik ialah suatu wawancara yang menghasilkan banyak informasi dalam waktu yang relative pendek. Cara ini disebut juga cansavving method yaitu metode pengumpulan data dimana pihak pengumpul data aktif mendatangi responden untuk memperoleh keterangan-keterangan yang diperlukan. Wawancara juga bisa dilakukan dengan telepon.
2. Observasi, Cara ini dilakukan tanpa mengajukan pertanyaan-pertanyaan, sering dipergunakan di dalam penelitian anthropologi atau di dalam bidang-bidang social dan ekonomi dan terutama sekali untuk penelitian dimana obyeknya orang tujuan penyelidikan di rahasiakan. Observasi itu bias dilakukan oleh orang atau suatu instrumen yaitu observasi secara mekanis. Yaitu: psycho galvanometer adalah alat yang dipergunakan untuk mengukur reaksi orang terhadap suatu advertensi. Dan Eye camera : pemotret untuk melihat gerakan mata sebagai reaksi terhadap suatu advertensi.
3. Questionnaire adalah suatu daftar pertanyaan yang akan ditanyakan kepada banyak responden (objek penelitian) terdiri dari baris-baris dan kolom-kolom untuk diisi dengan jawaban-jawaban yang ditanyakan. Suatu questionnaire yang baik harus juga memenuhi persyaratan umum, yaitu :
 Mudah ditanyakan oleh petugas pengumpul data
 Mudah dijawab oleh pihak responden
 Mudah diproses oleh peneliti untuk selanjutnya dianalisa
Menurut Prof. Drs. Sutrisno Hadi M.A. ada beberapa metodologik pengukuran dan alat-alat pengukurannya yang biasa disebut sebagai instrumen dalam melakukan penelitian (Hadi, 1980 : 150: 193) :
1. Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologik dan psikologik. Dua diantaranya yang terpenting adalah proses pengamatan dan ingatan . Ada beberapa alat observasi yang dapat digunakan dalam situasi-situasi yang berbeda-beda. Beberapa diantaranya adalah :
 Anecdotal Records. Biasa juga disebut daftar riwayat kelakuan, merupakan catatan-catatan yang dibuat oleh penyelidik mengenai kelakuan-kelakuan luar biasa.
 Catatan Berkala. Dalam catatan berkala penyelidik tidak mencatat macam-macam kejadian khusus sebagaimana pada observasi anecdotal, melainkan waktu tertentu.
 Check List. Adalah suatu daftar yang berisi nama-nama subjek dan faktor-faktor yang hendak diselidiki. Dimaksudkan untuk menyistematikan catatan observasi.
 Rating Scale. Melakukan pencatatan gejala menurut tingkat-tingkatnya. Ia tidak hanya menjadi alat untuk meringkaskan observasi-observasi yang langsung, tetapi juga untuk memperoleh gambaran mengenai keadaan subjek menurut tingkat-tingkatnya masing-masing.
 Mechanical Devices. Perkembangan alat-alat optika yang maju memungkinkan seorang obsever menggunakan fotografi atau motion picture untuk menyelidiki tingkah laku orang.
2. Kuesioner menyediakan kesempatan sebebas-bebasnya dan seluas-luasnya bagi responden untuk menyatakan pendapatnya dalam berbagai pertanyaan maupun pernyataan. Meminta responden mengisikan beberapa jawaban yang diperlukan guna untuk mendapatkan informasi yang diharapkan.
3. Interview atau wawancara dijadikan satu-satunya alat pengumpul data, dan digunakan sebagai alat untuk mencari informasi-informasi yang tidak dapat diperoleh dengan cara lain, ia akan menjadi pelengkap. Informasi diperoleh dengan tanya jawab lisan dalam keadaan yang lebih longgar.

Jumat, 02 April 2010

POPULASI DAN SAMPEL

Populasi dan Sampel

Populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta cirri-ciri yang telah ditetapkan. Kualitas atau ciri tersebut dinamakan variabel. Sebuah populasi dengan jumlah individu tertentu dinamakan populasi finit sedangkan jika jumlah individu dalam kelompok tidak mempunyai jumlah yang tetap ataupun jumlahnya tidak terhingga disebut populasi infinit. Misalnya jumlah petani dalam sebuah desa adalah populasi finit. Sebaliknya, jumlah pelemparan mata dadu yang terus menerus merupakan populasi infinit.

Keterangan mengenai populasi dapat dikumpulkan dengan dua cara. Pertama, tiap unit populasi dihitung. Cara ini disebut sensus atau somplete enumeration. Kedua, perhitungan-perhitungan dilakukan hanya pada bagian unit populasi saja. Keterangan diambil dari “wakil” populasi, atau dari sampel. Teknik ini dinamakan survey sampel (sample survey) atau sample enumeration.

Sebuah sampel adalah bagian dari populasi. Survei sampel adalah suatu prosedur dalam mana hanya sebagian dari populasi saja yang diambil dan dipergunakan untuk menentukan sifat serta cirri yang dikehendaki dari populasi.

Istilah populasi dan sampel tepat digunakan jika penelitian yang dilakukan mengambil sampel sebagai subjek penelitian. Akan tetapi jika sasaran penelitiannya adalah seluruh anggota populasi, akan lebih cocok digunakan istilah subjek penelitian, terutama dalam penelitian eksperimental.

Dalam survei, sumber data lazim disebut responden dan dalam penelitian kualitatif disebut informan atau subjek tergantung pada cara pengambilan datanya. Penjelasan yang akurat tentang karakteristik populasi penelitian perlu diberikan agar besarnya sampel dan cara pengambilannya dapat ditentukan secara tepat.

Tujuannya adalah agar sampel yang dipilih benar-benar representatif, dalam arti dapat mencerminkan keadaan populasinya secara cermat. Kerepresentatifan sampel merupakan kriteria terpenting dalam pemilihan sampel dalam kaitannya dengan maksud menggeneralisasikan hasil-hasil penelitian sampel terhadap populasinya. Jika keadaan sampel semakin berbeda dengan kakarteristik populasinya, maka semakin besar kemungkinan kekeliruan dalam generalisasinya.

Jadi, hal-hal yang dibahas dalam bagian Populasi dan Sampel adalah
(a) identifikasi dan batasan-batasan tentang populasi atau subjek penelitian,
(b) prosedur dan teknik pengambilan sampel, serta
(c) besarnya sampel.

Beberapa Istilah Penting dan Isu di Sekitar Penentuan Sampel
Karena berbagai alasan, tidak semua hal yang ingin diramalkan atau dikendalikan dapat diteliti. Penelitian ilmiah boleh dikatakan hampir selalu hanya dilakukan terhadap sebagian saja dari hal-hal yang sebenarnya mau diteliti. Jadi penelitian hanya dilakukan terhadap sampel, tidak terhadap populasi. Namun kesimpulan-kesimpulan penelitian mengenai sampel itu akan dikenakan atau digeneralisasikan terhadap populasi. Generalisasi dari sampel ke populasi ini mengandung resiko bahwa akan mengandung ketidak tepatan atau kekeliruan, karena sampel tidak akan mencerminkan secara tepat keadaan populasi. Makin tidak sama sampel itu dengan populasinya, maka makin besar kemungkinan kekeliruan dalam generalisasi itu. Karena hal demikian itulah maka teknik pengambilan sampel menjadi sangat penting peranannya dalam penelitian. Berbagai teknik penenutan sampel itu pada hakekatnya adalah cara-cara untuk memperkecil kekeliruan generalisasi dari sampel ke populasi. Hal ini dapat dicapai kalau diperoleh sampel yang representatif, yaitu sampel yang benar-benar mencerminkan populasinya.

Di antara berbagai teknik penentuan sampel yang dianggap paling baik adalah penentuan sampel secara rambang (random sampling). Kebaikan teknik ini tidak hanya terletak pada teori yang mendasarinya, tetapi juga pada bukti-bukti empiris. Perkembangan teknologi komputer telah memungkinkan orang melakukan berbagi simulasi untuk membuktikan keunggulan teknik pengambilan sampel secara acak itu.

Di dalam penentuan sampel secara acak, semua anggota populasi, secara individual atau secara kolektif, diberi peluang yang sama untuk menjadi anggota sampel. Alat untuk mengambil sampel secara acak ini yang paling praktis (dan dianggap paling valid juga) ialah degan menggunakan tabel bilangan acak atau kalkulator yang mempunyai program untuk bilangan acak. Jika besarnya populasi terbatas, peluang acak dapat diberikan kepada anggota-anggota populasi secar individual. Tetapi kalu populasi itu sangat besar, sebaiknya peluang acaknya diberikan kepada anggota_anggota populasi secara kelompok, dan kalau perlu dilanjutkan dengan acak individual.

Walaupun teknik pengambilan sampel secara acak itu merupakan teknik yag terbaik, namun tidak selalu dapat dilaksanakan, karena berbagai alasan. Kadang-kadang orang terpaksa puas dengan sampel rumpun (cluster sample), karena rumpun-rumpun yang merupakan kelompokan indiviu-individu itu yang tersedia sebagai unit-unit dalam populasi. Penelitian mengenai murid-murid sekolah biasanya tidak menggunakan teknik pengambilan sampel secara acak. Yang mendapat peluang sama untuk menjadi sampel bukan murid secar individual, melainkan sekolah( jadi murid secara kelompok)

Seringkali terjadi pula sampel yang diambil dari rumpun-rumpun yang telah ditentukan atau tersedia. Teknik yang demikian disebut penentuan sampel secara bertingkat. Kalau dari kelompok-kelompok yang tersedia itu diambil sampel-sampel yang sebanding dengan besarnya kelompok dan pengambilannya secara acak, maka teknik itu disebut pengambilan sampel secara acak proporsionak (Proportional random sampling)

Ada 4 parameter yang biasa dianggap menentukan representativeness suatu sampel, yaitu :
1. Variabilitas populasi
2. Besar sampel
3. Teknik penentuan sampel
4. Kecermatan memasukkan ciri-ciri populasi dalam sampel

Variabilitas populasi. Dari keempat parameter tersebut di atas itu variabilitas populasi merupakan hal yang sudah “given”, artinya peneliti harus menerima sebagaimana adanya, dan tidak dapat mengatur atau memanipulasikannya. Ketiga parameter yang lain tidak demikian halnya, peneliti dapat mengatur atau memanipulasikannya untuk meningkatkan taraf representative sampel.

Besar sampel. Makin besar sampel yang diambil akan makin tinggi taraf representative sampelnya. Ketentuan ini berlaku selama populasinya tidak homogeny secara sempurna. Jika populasinya homogeny secara sempurna, besar sampel tidak mempengaruhi taraf representatifnya sampel. Untuk populasi yang demikian itu sampel cukup kecil saja.

Teknik penentuan sampel. Makin tinggi tingkat acak dalam penentuam sampel, akan makin tinggilah tingkat representative sampelnya. Ketentuan ini juga hanya berlaku selama populasinya tidak homogeny secara sempurna. Jika populasinya homogeny secara sempurna acak sama sekali tidak diperlukan.

Kecermatan memasukkan cirri-ciri populasi. Makin lengkap cirri-ciri populasi yang dimasukkan kedalam sampel, akan makin tinggi tingkat representative sampel.

Dengan mempertimbangkan parameter-parameter diatas, penelitian daiharapkan dapat menentukan sampel yang paling tinggi tingkat representatifnya yang mungkin dicapai. Kecakapan untuk ini seperti untuk melakukan langkah-langkah yang lain dalam penelitian, sangat tergantung kepada latihan dan pengalaman.

Pemahaman terhadap beberapa istilah yang selalu muncul dalam prosedur penentuan sampel penelitian sangat diperlukan. Di bawah ini adalah definisi beberapa istilah yang dirangkum dari berbagai sumber :
 populasi: himpunan unit penelitian yang lengkap / utuh terdiri dari nilai/skor/ukuran peubah-peubah yang bersifat majemuk
 sampel:bagian dari populasi yang memberikan keterangan atau data untuk suatu penelitian yang terdiri dari nilai/ skor/ukuran peubah-peubah yang bersifat terbatas jumlahnya. Sampel diperlukan jika populasi penelitian relatif besar
 unit analisis: unit yang menjadi tempat untuk mengumpulkan informasi
 sensus: sampel yang mencakup seluruh populasi
 statistik: rangkuman deskriptif peubah-peubah dalam sampel yang nilainya dihitung berdasarkan sampel. Variasi nilai statistik tergantung pada sampel yang dipilih
 kerangka sampel (sampling frame) : daftar semua unsur dalam populasi yang akan menjadi sumber informasi untuk menarik sampel penelitian
 keterwakilan sampel(representativeness):tingkatan yang menunjukkan kesesuaian suatu sampel terhadap populasi sasaran penelitian dalam hal karakteristik utamanya.
 kesalahan dalam penentuan sampel: ketidaksesuaian antara data yang diambil dari sampel dengan data populasi yang sebenarnya akibat kesalahan proses penentuan sampel

Pada umumnya peneliti tidak dapat melakukan pengamatan secara langsung terhadap semua unit atau individu yang ada dalam populasi penelitian. Sebagai gantinya mereka mengambil data dari sebagian populasi – yang disebut sampel, dan menggunakannya untuk meyimpulkan keadaan seluruh populasi yang diteliti. Melalui pengambilan sampel maka jumlah pengukuran yang dilakukan akan berkurang dan pada gilirannya akan dapat mengurangi biaya dan waktu yang diperlukan untuk melakukan penelitian.

Idealnya, sampel mempunyai kesesuaian karakteristik dengan populasinya yang diamati, sehingga kesimpulan peneliti benar untuk semua populasi. Kesesuaian karateristik antara sampel dengan populasinya (representasi) ini merupakan hal yang paling penting dan akan menentukan kualitas penelitian. Ada 3 faktor yang mempengaruhi tingkat keterwakilan suatu sampel, yakni ukuran sampel, variabilitas populasi serta fraksi populasi yang diambil sampelnya (Freedman, 2004). Sampel yang tinggi tingkat keterwakilannya secara ilmiah menghasilkan informasi tentang komposisi seluruh populasi.

Perkiraan tentang populasi tersebut dapat diperoleh dari daftar atau peta informasi yang sering disebut kerangka sampel (sampling frame). Jika kerangka sampel yang digunakan tidak lengkap atau kurang akurat, maka akan terjadi kesalahan sistematik dalam penarikan sampel. Jika sampel ditentukan dengan cara yang benar dan dengan kerangka sampel yang lengkap, maka tidak akan terjadi kesalahan sampel, bahkan untuk sampel yang ukurannya sangat sekalipun.

Tingkat keterwakilan sampel seringkali dipengaruhi oleh ukuran sampel yang diambil, terutama jika populasi penelitiannya sangat besar. Logikanya, untuk mendapatkan tingkat keterwakilan sampel yang tinggi, diperlukan ukuran sampel yang besar pula (Neuman, 2000). Jika populasinya besar, penentuan sampel menjadi tidak praktis dan terkadang sulit dilakukan karena tujuan utama pengambilan sampel adalah efisiensi biaya dan waktu. Namun demikian, ukuran sampel bukan jaminan untuk menghasilkan sampel yang representatif. Ukuran sampel besar jika tidak diambil secara acak atau tanpa kerangka sampel yang lengkap, akan kurang representatif dibandingkan dengan sampel yang kecil (Freedman, 2004).

Sebuah sampel haruslah dipilih sedemikian rupa sehingga setiap satuan elementer mempunyai kesempatan dan peluang yang sama untuk dipilih dan besarnya peluang tersebut tidak boleh sama dengan 0.Di samping itu pengambilan sampel yang secara acak (random) harus menggunakan metode yang tepat yang sesuai dengan cirri-ciri populasi dan tujuan penelitian. Meskipun sebuah sampel tdd sebagian populasi tetapi sebagian dari populasi itu tidak selalu dapat disebut sebuah sampel apabila cara pengambilannya tidak benar.

Suatu metode pengambilan sampel yang ideal mempunyai cirri-ciri sifat seperti di bawah ini
1. Dapat menghasilkan gambaran yang dapat dipercaya dari seluruh populasi yang diteliti
2. Dapat menentukan presisi dari hasil penelitian dengan menentukan penyimpanan baku (standard) dari taksiran yang diperoleh
3. Sederhana hingga mudah dilaksanakan
4. Dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan biaya serendah rendahnya (Teken 1965:38)

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 1998). Adapun populasi menurut Nazir (1999) adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan. Populasi berkenaan dengan data, bukan dengan orangnya ataupun bendanya. Jadi yang dimaksud dengan populasi adalah keseluruhan subyek atau unit penelitian yang akan dianalisis.

Pernyataan tersebut senada dengan apa yang dikemukakan oleh Nazir (1999) bahwa sampel adalah bagian dari populasi. Dengan demikian sampel adalah suatu bagian (subset) dari populasi yang dianggap mampu mewakili populasi yang akan diteliti.

Mengenai penentuan besarnya sampel Arikunto (1998:120) mengemukakan di dalam pengambilan sampel apabila subyeknya kurang dari 100 diambil semua sehingga penelitian merupakan penelitian populasi.

Populasi adalah setiap subyek yang memenuhi kriteria yang ditentukan, atau sekumpulan subyek dalam satu setting tertentu atau yang mempunyai kesamaan ciri tertentu

Populasi adalah objek utama dari penelitian yang direncanakan.

Populasi bisa terkait dengan manusianya serta tindakannya maupun objek lain yang ada di alam. Apabila populasi dalam jumlah banyak, maka diadakan sampel disesuaikan dengan kaedah keilmuan.

Perkataan unit digunakan dalam pengertian yang lebih luas untuk menyatakan setiap item yang terhadapnya dilakukan pengamatan. Unit dapat berupa suatu rumah tangga, sebuah pabrik, seseorang dan sebgainya. Perkataan “populasi” digunakan untuk menyatakan kumpulan (totalitas) dari semua unit statistic yang menjadi obyek pengamatan.

Sebagaimana diketahui kadang-kadang perlu dibedakan antara populasi terbatas dan tidak terbatas. Populasi terbatas adalah suatu populasi yang banyak unitnya mempunyai batas , sedangkan populasi tidak terbatas adalah suatu populasi yang banyak unitnya tidak terbatas atau tidak bisa ditentukan batasnya, seperti semua ikan d laut atau seluruh pasir di pantai.

Ada beberapa teknik menentukan sample, antara lain :
1. Random sampling/sampling acak
- Sampling acak sederhana
- Sampling acak beraturan (ordinal sampling)
- Sampling acak dengan bilangan random
2. Sampling kelompok /cluster sampling, yaitu mengambil sampel dengan membuat ciri dari kelompok populasi. Cont kls 1 SMP dengan latar belakang pekerjaan atau pendidikan orang tua,
3. Sampling berstrata atau bertingkat, yaitu apabila dalam populasi terdapat strata. Cont. ada kelas 1,2 dan 3.
4. Sampling bertujuan/purposive sampling,
5. Sampling daerah atau wilayah,
6. Sampling kembar,
7. Sampling berimbang.

4 FAKTOR YANG HARUS DIPERTIMBANGKAN DALAM MENENTUKAN BESARNYA SAMPEL SUATU PENELITIAN
1. Derajat keseragaman ( degree of homogenity )
Makin seraganm populasi itu, makin kecil sampel yang dapat diambil. Apabila populasi itu seragam sempurna (completely homogenous), maka satu satuan elementer saja dari seluruh populasi itu sudah cukup representative untuk diteliti. Dan jika sebaliknya, maka hanya pencacahan lengkaplah yang dapat memberikan gambaran yang representataif

2. Presisi yang dikehendaki dari penelitian
Pada sensus lengkap, presisi ini menjadi mutlak karena nilai taksiran sama dengan parameter. Atau dengan cara lain dapat pula dikatakan bahwa besarnya sampel uang diambil dengan besarnya kesalahan (error) terdapat hubungan yang negative.

3. Rencana analisa
Adakalanya besar sampel sudah mencukupi dengan presisi yang dikehendaki, tetapi kalau dikaitkan dengan kebutuhan analisa, maka jumlah sampel tersebut kurang mencukupi.

4. Tenaga, biaya dan waktu
Kalau menginginkan presisi yang tinggi maka jumlah sampel harus besar. Tetapi apabila dana, tenaga dan waktu terbatas, maka tidaklah mungkin untuk mengambil sampel yang besar, dan ini berarti presisinya akan menurun.

TEORI PENENTUAN JUMLAH SAMPEL DARI POPULASI
• Pada dasarnya tidak ada rumus tertentu dalam penarikan sampel dari populasi;
• Pada prinsipnya semakin besar jumlah sampel yang ditarik dari populasi maka kemungkinan kesalahan penilitian semakin kecil;
• Penarikan sampel harus dapat mewakili populasi.

HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM MENENTUKAN SAMPEL DARI POPULASI
1. Menentukan objek penelitian
2. Menentukan populasi penelitian
3. Menentukan ukuran dan teknik sampling
4. Mengambil sampel.

SAMPEL
• Adalah himpunan bagian atau sebagian dari suatu populasi
• Proses pengambilan sampel dari suatu populasi disebut tehnik sampling
• Keuntungan tehnik sampling:

Sampling ialah suata cara pengumpulan data yang sifatnya tidak menyeluruh, artinya tidak mencakup seluruh obyek penelitian (populasi = universe ) akan tetapi hanya sebagian dai populasi saja, yaitu hanya mencakup sampel yang diambil dari populasi tersebut.

Pada dasarnya ada dua macam sampling yaitu : Probability sampling dan non probability sampling. Probability sampling ialah suatu suatu sampling di mana pemilihan obyek atau elemen dari populasi yang akan dimasukkan di dalam sampel didasarkan atas nilai probability. Penggunaan probability sampling ini penting sekali apabila kita akan membuat analisis statistic yang mendalam, misalnya ingin membuat perkiraan interval ( Interval Estimate ) atau pengujian hipotesa ( testing hypotestic) atas hasil penelitian tersebut. Kalau soalnya hanya ingin membuat perkiraan tunggal (point estimate) misalnya rata-rata, persentase, maka cukup dengan non probability sampling.

Menurut Moh. Nazir, probability sample adalah suatu sampel yang diatrik sedemikian rupa di mana suatu elemen (unsure) individu dari populasi, tidak didasarkan pada pertimbangan pribadi tetapi tergantung kepada aplikasi kemungkinan (probabilitas). Jika pemilihan individu dari populasi didasarkan atas pertimbangan pribadi, maka sampel tersebut dinamakan judgement sample.

Dalam hal menarik sampel, maka kita selalu melakukan cara sampling without replacement. Ini dimaksudkan bahwa individu yang telah ditarik tidak dimasukkan kembali dalam kelompok populasi dalam melakukan penarikan individu berikutnya.

Beberapa Terminologi
Survei sampel adalah berkenaan dengan pengukuran keadaan ataupun atribut dari entitas tertentu, seperti keluarga, areal, produksi, usaha tani, guru, penyakit, dan sebagainya. Atribut serta objek yang menjadi tujuan penelitian disebut sifat atau cirri (characteristic). Unit yang mempunyai sifat ini dinamakan unsur (element) atau unit elementer (elementary unit). Unsur atau unit elementer adalah sebuah objek pada mana akan dilakukan pengukuran-pengukuran. Unit elementer ini mempunyai sifat kuantitatif (dapat diukur dengan unit-unit pengukuran tertentu seperti kg, meter, rupiah, micron, dan sebagainya) ataupun mempunyai sifat kualitatif yang diukur dengan suatu rasio tentang ada atau tidak adanya suatu sifat kualitatif tersebut. Pendapatan petani misalnya, mempunyai sifat kuantitatif, karena dapat diukur dengan rupiah. Sebaliknya, jenis kelamin, merupakan sifat kualitatif.

Kumpulan dari ukuran unit-unit elementer disebut populasi. Populasi adalah kumpulan dari ukuran-ukuran tentang sesuatu yang ingin kita buat inferensi. Populasi adalah berkenaan dengan data, bukan dengan orangnya ataupun bendanya. Jadi, misalnya populasi adalah luas sawah, umur mahasiswa, berat kerbau, bukan sawah, mahasiswa atau kerbau.

Unit yang membentuk basis dari proses sampling dinamakan unsur sampling. Dengan perkataan lain, unit sampling adalah kumpulan dari unsur-unsur dari populasi yang tidak tumpang tindih. Unit sampling ini dapat saja elementary unit ataupun kelompok dari unit elementer. Misalnya, kita ingin mengetahui pendapatan petani. Populasinya adalah pendapatan petani. Kita dapat menjadikan petani sabagai unit sampling. Tetapi dapat juga kita buat kampung sebagai unit sampling dimana dalam 1 kampung terdapat sekelompok unit elementer. Jika di tiap unsur sampling mempunyai satu dan hanya satu elemen dari populasi, maka unit sampling adalah identik dengan unit elementer. Dalam hal di atas, kita mengadakan sampling petani dan bukan sampling kampung dalam mengadakan estimasi terhadap pendapatan petani.
Sampel adalah kumpulan dari unit sampling. ia merupakan subset dari populasi. Sampel adalah kumpulan dari unit sampling yang ditarik biasanya dari sebuah frame. Langkah-langkah yang akan kita ambil untuk memperoleh sampel dari sebuah populasi kita sebut sampling plan (rencana sampling). sebuah frame adalah list atau urutan unti sampling yang tersedia. Misalnya, dalam hal meneliti pendapatan petani, maka jika petani yang kita gunakan sebagai unit sampling, maka list dari petani yang tercatat dalam “pemilu”, dapat kita gunakan sebagai sampling frame. Atau, jika kampung yang kita gunakan sebagai sampling unit, maka list dari kampung yang ada pada kantor pemerintah dapat kita gunakan sebagai frame. Dan dari frame inilah kita tarik sampel yang kita inginkan.

Kuantitas yang dapat menjelaskan tentang sifat-sifat populasi disebut parameter. Misalnya, mean dan variance populasi adalah parameter.. parameter populasi adalah konstan dan mempunyai nilai yang tetap untuk populasi tertentu. Biasanya, mean populasi dinyatakan dengan µ dan variance populasi dinyatakan dengan δ.

Di lain pihak, kita juga mempunyai kuantitas yang dihitung dari sampel dan digunakan untuk menerangkan sampel. Ini dinamakan statistik. Misalnya, mean sampel adalah statistik. Variance sampel adalah statistik. Mean sampel biasanya ditulis dengan huruf X dan variance sampel ditulis dengan s² atau V(x).

Mengadakan generalisasi terhadap populasi dengan dasar sampel yang diambil dari populasi tersebut, kita namakan inferensi statistik. Dengan perkataan lain, kita membuat sesuatu generalisasi terhadap parameter berdasarkan statistik. Dalam inferensi statistik ini kita mengerjakan 2 hal, yaitu mengadakan estimasi dan menguji hipotesa.

Parameter populasi biasanya tidak kita ketahui. Parameter ini kita estimasikan berdasarkan statistik dari sampel. Yang kita peroleh dinamakan estimat. Ada dua jenis estimat, yaitu estimat titik atau point estimate dan estimat interval. Mean dari sampel adalah estimat titik dari median populasi dan variance dari sampel adalah estimat titik dari variance populasi.

Hipotesa adalah suatu statemen tentatif tentang parameter populasi atau tentang distribusi populasi. Hipotesa bisa saja benar dan bisa saja salah dan hipotesa selalu terbuka terhadap kecurigaan. Hipotesa ini akan diuji, dengan teknik pengujian tersendiri, sehingga dapat diambil suatu kesimpulan apakah hipotesa tersebut diterima atau ditolak.

Sampel dan Sensus
Menurut Dr. M. Suparmoko, sampling seperti telah disinggung di atas adalah proses pemilihan beberapa obyek untuk contoh (sample) dari seluruh obyek (populasi) yang akan diteliti sifat-sifatnya. Contoh yang kita ambil karenanya merupakan bagian dari populasi dan harus dapat mewakili populasinya dan menggambarkan karakteristik serta sifat-sifat populasinya. Sampling berbeda dengan cara pengkajian secara kesluruhan, artinya yang terakhir ini dikerjakan dengan meneliti satu per satu atau bagian demi bagian obyek yang menjadi anggota populasi itu. Cara ini kita namakan sensus.

Contoh dalam sampling. kita mengambil beberapa lembar daun pepaya kemudian kita rebus dan kita ambil airnya lalu diminum. Kalau ini terasa pahit, maka kita akan mengambil kesimpulan bahwa air daun pepaya itu pahit.

Contoh dari sensus. Kita mengambil semua daun pepaya yang ada di pohon pepaya kemudian direbus dan diambil airnya untuk diminum. Ternyata rasanya pahit sehingga kita simpulkan bahwa air daun pepaya itu rasanya pahit.

Dari contoh di atas terbukti bahwa baik dengan cara sampling maupun cara sensus, kesimpulan yang dihasilkan harus sama saja, yaitu bahwa daun pepaya itu pahit rasanya. Contoh lain ialah bila kita ingin mengukur tinggi rata-rata penduduk suatu desa. Kalau kita lakukan pengukuran terhadap setiap orang yang tinggal di desa tersebut, maka dalam hal ini kita melakukan sensus. Tetapi bila kemudian kita kekurangan dana, tenaga, maupun waktu, maka kita dapat mengambil beberapa dari penduduk di desa itu lalu kita ukur tingginya, kemudian di rata-rata. Cara yang terakhir itu kita sebut sampling atau mengambil contoh, dan dari beberap contoh itu diharapkan dapat diketahui tinggi rata-rata penduduk desa tersebut. Jadi, hasil dari sampel diharapkan mewakili populasinya, atau memberi gambaran tentang populasinya.

Survey adalah pengumpulan informasi tentang sekelompok manusia dimana suatu hubungan langsung dengan obyek yang dipelajari, seperti individu, organisasi, masyarakat dan sebagainya, diadakan melalui suatu cara yang sistematis seperti pengisian daftar pertanyaan, wawancara, dan lain sebagainya.

Sensus adalah suatu survey dimana informasi yang dikumpulkan diambil dari semua anggota populasi atau kelompok yang diperlajari. Sample survey merupakan suatu studi dimana informasi itu dikumpulkan dari sebagian unsur populasi yang dipilih (sampel) untuk mewakili seluruh unsur populasi itu. Dengan kata lain, sampel survey ini merupakan survey terhadap sampel yang mewakili populasinya, untuk memberikan gambaran yang benar tentang populasinya.

Sample survey lebih sering digunakan dalam penelitian daripada cara sensus karena beberapa alasan:
1. Sample survey lebih cepat dan lebih murah.
Suatu contoh tentu lebih sedikit daripada jumlah seluruh populasinya, sehingga pengumpulan dan pengolahan data dari sampel itu akan lebih cepat pula. Demikian pula karena sampel itu hanya bagian dari populasi, ini berarti bahwa biaya pengumpulan informasinya akan lebih murah pula.
2. Sample survey akan menghasilkan informasi yang lebih lengkap dan mencakup banyak hal.
Sejumlah sampel yang kecil dapat diteliti secara lebih mendalam dan menyeluruh karena akan membutuhkan biaya yang relatif lebih sedikit bagi penelitian yang mendalam tapi obyeknya kecil.
3. Sample survey akan lebih diteliti
Karena jumlah sampel yang kecil, maka kesalahan-kesalahan dalam pengumpulan dan pengolahan data juga relatif kecil dibanding dengan cara sensus.
4. Karena adanya penghematan baik waktu maupun uang, sample survey memungkinkan bagi adanya studi yang jauh lebih bermacam-macam daripada bila dengan uang dan waktu yang sama, kita harus menjalankan suatu sensus.

Dalam penelitian sosial yang menyangkut tingkah laku manusia, kita harus berhubungan/berbicara dengan orang lain yang ingin kita teliti sebagai sampel. Oleh karenanya kita harus memilih orang sebagai sampel untuk menjawab pertanyaan kita. Mereka itu sering disebut sebagai responden. Dalam hal ini kita melakukan suatu penelitian yang tidak didasarkan pada percobaan-percobaan (non-experimental research), yang kita bedakan dengan penelitian yang menggunakan percobaan-percobaan (experimental research).

Beberapa contoh probability sampling.
• Simple random sampling.
Adalah suatu metode pemilihan sampel dimana setiap unit sampling yang terdapat dalam populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi anggota sampel.

Metode pmilihan sampel dengan cara simple random sampling merupakan metode yang paling umum dan sederhana dari semua tipe probability sampling.

Sebuah sampel yang diambil sedemikian rupa sehingga tiap unit penelitian atau satuan elementer dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Tiap unit populasi diberi nomor. Kemudian sampel diinginkan ditarik secara random, baik dengan menggunakan random numbers ataupun dengan undian biasa.

Pemilihan unit dalam simple random sampling dilakukan satu persatu dengan peluang yang sama dengan dua cara, yaitu:
1. Simple random sampling dengan pengembalian
Proses pemilihan sampel dalam simple random sampling dengan pengembalian dilakukan sedemikian rupa dan mengembalikan unit yang sudah terpilih sebelum pengembalian unit yang berikutnya.

2. Simple random sampling dengan tanpa pengembalian
Proses pemilihan sampel dalam simple random sampling dengan tanpa pengembalian dilakukan sedemikian rupa dan tanpa mengembalikan unit yang sudah terpilih sebelum pengambilan unit berikutnya.

Dari kedua cara pemilihan tersebut, simple random sampling dengan tanpa pengembalian lebih efisien daripada simple random sampling dengan pengembalian. Walaupun metode ini dikatakan sangat umum dan sederhana, tetapi dalam praktek tidak dipakai secara luas.

Ada 2 metode pengambilan sampel acak sederhana yaitu :
1. Dengan pengundi unsur-unsur penelitian atau satuan-satuan elementer dalam populasi
Penggunaan cara ini hampir tidak praktis apabila populasinya besar karena :
- Hampir tidak mungkin untuk mengocok dengan seksama seluruh gulungan kertas undian
- Manusia selalu cenderung dengan angka-angka tertentu
2. Dengan menggunakan tabel angka acak (random)
Cara ini dipilih karena selain meringankan pekerjaan, juga memberikan jaminan yang jauh lebih besar, bahwa setiap unit elementer mempunyai probabilitas yang sama untuk terpilih.

• Stratified random sampling
Dalam praktek sering ditemukan populasi yang tidak homogeny. Makin heterogen suatu populasi, makin besar pula perbedaan sifat antara lapisan-lapisan tersebut. Presisi dan hasil yang dapat dicapai dengan penggunaan suatu metode pengambilan sampel, antara lain dipengaruhi oleh derajat keseragaman populasi yang bersangkutan.

Untuk dapat menggambarkan secara tepat mengenai sifat-sifat populasi yang heterogen, maka populasi yang bersangkutan harus dibagi-bagi dalam lapisan-lapisan (strata) yang seragam, dan dari setiap lapisan dapat diambil sampel secara acak. Dalam sampel berlapis, peluang untuk terpilih antara satu strata dengan yang lain mungkin sama, mungkin pula berbeda.

Tujuan untuk membuat strata adalah untuk mengurangi total keragaman dalam populasi dan dengan cara ini dapat pula mengurangi sampling error tanpa harus memperbesar ukuran sampel. Dalam pembentukan strata diusahakan agar setiap strata sehomogen mungkin, sehingga apa saja yang terambil dari suatu strata akan mewakili unit-unit yang lain dalam strata yang bersangkutan. Di samping kita membentuk strata sehomogen mungkin, tetapi kita dapat membentuk perbedaan antar strata sebesar mungkin.

Dengan cara sampel strata ini telah membantu untuk membuat sampel yang lebih mewakili. Stratisi mengatakan bahwa metode sampel sebagai “keragaman yang besar antar strata dan keragaman yang kecil dalam strata”. Hal ini akan lebih baik disbanding jika kita mengambil sampel dengan metode dimple random sampling dengan tidak membentuk strata.

• Systematic random sampling.
Menurut Josep R. Tarigan (1995:87), sampel sistematik adalah suatu pemilihan sampel yang diperoleh dari suatu kerangka sampel atau daftar semua unit dalam populasi, sesuai dengan suatu pola pengambilan yang sistematis yang telah ditentukan. Metode yang paling sering digunakan adalah memilih sampel dengan interval atau selang yang teratur dari kerangka sampel. Dengan metode ini tidak ada kesempatan berbagai kombinasi dari unit untuk terpilih.

Kenyataan ini memperlihatkan, bahwa sampel sistematik (systematic random sampling) menghasilkan sampel yang lebih efisien dan lebih mewakili daripada yang diperoleh melalui simple random sampling. Hal ini dapat dicapai dengan menyusun unit yang ada ke dalam suatu daftar dengan suatu susunan yang sesuai. Sebagai contoh, jika kita ingin mengambil sampel penduduk di suatu kota, maka kita dapat menyusun daftar penduduk berdasarkan usia. Prosedur sistematik akan memberikan perpencaran yang cukup baik dari umur yang tercakup dalam sampel.

Bentuk yang lain dari sampel sistematik disebut sampel sistematik berimbang (balance systematic sampling). dengan metode ini, populasi disusun berdasarkan urutan yang cocok dan pemilihan dibuat dengan jarakyang sama dari setiap ujung daftar.

Pada umumnya dapat dikatakan bahwa sampel sistematik merupakan metode yang sangat baik dalam berbagai hal, karena tidak bias mudah dipahami dan dilaksanakan, khususnya yang berhubungan dengan tipe pengambilan sampel acak lainnya.

Apabila banyaknya satuan elementer yang akan dipilh cukup besar, maka pemilihan sampel dengan simple random sampling agak berat mengerjakannya.

Pengambilan sampel sistematis ialah suatu metode pengambilan sampel dimana hanya unsure pertama saja dari sampel dipilih secara acak, sedangkan unsur-unsur selanjutnya dipilih secara sistematis menurut suatu pola tertentu

Sampel sistematis sering menghasilkan kesalahan sampling (sampling error) yang lebih kecil, disebabkan anggota sampel memencar secara merata di seluruh populasi

Unit dari populasi diberi nomor dan diurutkan. Kemudian ditentukan satu nomor sebagai titik tolak menarik smpel. Nomor berikut dari anggota yang ingin dipilih ditentukan secara suatu sistematika, misalnya tiap nomor ke-m dari titik tolak dan dari unit selanjutnya akan dipilih sebagai anggota sampel.

Pada restricted sample, sampel ditarik dari populasi yang telah dikelompokkan lebih dahulu. Mula-mula populasi dibagi atas kelompok atau subsample. Sampel ditarik dari masing-masing kelompok tersebut, ataupun ditarik dari beberapa buah subpopulasi merupakan sampel di mana seluruh unit dalam kelompok-kelompok tersebut dijadikan anggota sampel, ataupun tidak seluruh anggota dari subpopulasi menjadi anggota sampel, tetapi hanya sebagian saja dari anggota subpopulasi tersebut yang dipilih menjadi anggota sampel.

Restricted sample dapat dibagi atas:
1. Multiple stage sample
2. Stratified sample
3. Cluster sample
4. Stratified cluster sample

Keterangan:
1. Multiple stage sample
Sampel ditarik dari kelompok populasi, tetapi tidak semua anggota kelompok populasi menjadi anggota sampel. Hanya sebagian dari anggota subpopulasi menjadi anggota sampel. Caranya bisa dengan equal probability ataupun dengan proportional probability. Pada equal probability, maka dari tiap kelompok populasi kita pilih sejumlah anggota tertentu untuk dimasukkan dalam sampel dan tiap anggota kelompok tersebut mempunyai probability yang sama untuk dimasukkan ke dalam sampel. Pada proportional probability, maka tiap anggota kelompok mempunyai probabilitas yang sebanding dengan besar relative dari kelompok-kelompok yang dimasukkan dalam subsample.

2. Stratified sample
Dalam kenyataan sering suatu populasi dapat terbentuk dari sederetan subpopulasi yang dapat diambil sampelnya secara terpisah dan masing-masing subpopulasi tersebut dikatakan sebagai lapisan atau strata.

Populasi dibagi dalam kelompok yang homogen lebih dahulu, atau dalam strata. Anggota sampel ditarik dari setiap strata. Jika tidak semua strata ditarik sampelnya, maka ia menjadi multiple stage sampling.

Tujuan untuk membuat strata adalah untuk mengurangi total keragaman dalam populasi dan dengan cara ini dapat pula mengurangi sampling eror tanpa harus memperbesar ukuran sampel. Dalam pembentukan strata diusahakan agar setiap strata sehomogen mungkin, sehingga apa saja yang terambil dari suatu strata akan mewakili unit-unit yang lain dalam strata sehomogen mungkin, tetapi kita dapat membentuk perbedaan antar strata sebesar mungkin.

Dengan cara sampel strata ini telah membantu untuk membuat sampel yang lebih mewakili. Statistisi mengatakan bahwa metode sampel sebagai “keragaman yang besar antar strata dan keragamab yang kecil dalam strata”. Hal ini akan lebih baik dibanding jika kita mengambil sampel dengan metode simple random sampling.

3. Cluster sampling
Sebagai pengganti memilih unit sampling secara individual, dilakukan pemilihan terhadap kelompok unit dan memasukkan seluruh unit di dalam kelompok terpilih sebagai bahagian dari sampel.

Sampel berkelompok kadang-kadang dikenal sebagai “area sampling” karena biasanya metode ini diterapkan berdasarkan daerah.

Berbeda dengan stratified sampling, tujuan dari cluster sampling adalah untuk mempunyai unit dalam suatu kelompok seheterogen mungkin dan antar kelompok yang berbeda sehomogen mungkin. Tipe sampling seperti ini mempunyai kelemahan, biasanya mempunyai sampling eror yang besar disbanding simple random sampling dengan ukuran yang sama. Tetapi keuntungannya adalah karena unit sampling berada dalam kelompok maka waktu perjalanan dari satu unit ke unit lain relative lebih singkat dan akibatnya biaya survey akan lebih rendah. Suatu keuntungan lain adalah kerangka sampel yang diperoleh cukup sederhana, yaitu cukup daftar nama.

Populasi dibagi dulu atas kelompok berdasarkan area atau cluster. Anggota subpopulasi tiap cluster tidak perlu homogeny. Beberapa cluster dipilih dulu sebagai sampel. Kemudian dipilih lagi anggota unit dari sampel cluster di atas. Dalam memilih anggota unit ini, bisa saja diambil seluruh elementary unit dari cluster atau sebagian dari unit elementer dari cluster. Biasanya randomisasi penarikan sampel hanya di kala memilih cluster, dan tidak di kala memilih anggota unit elementer.

Cluster sampling adalah teknik memilih sebuah sampel dari kelompok-kelompok unit-unit yang kecil, atau cluster. Populasi dari cluster merupakan subpopulasi dari total populasi. Unsure-unsur dalam cluster sifatnya tidak homogen, yang berbeda dengan unit-unit, elementer dalam strata. Tiap cluster mempunyai anggota yang heterogenmenyerupai populasi sendiri.

Seperti telah dijelaskan seblemunya, unit elementer merupakan individu-individu yang mempunyai atribut-atribut yang akan dipelajari dalam survey. Kumpulan dari unit elementer ini akan merupakan populasi. Unit elementer tersebut dapat saja usaha tani, family, kepala keluarga, pabrik firma, ulama istri pejabat, dokter, kota, kampong, murid, dan sebagainya.

Adakalanya, unit sampel yang diinginkan adalah kelompok kecil dari unit-unit elementer. Tiap teknik sampling yang mencoba mengelompokkan unit-unit elementer dalam kelompok kecil, dimana unit elementer dalam kelompok masih heterogen, dinamakan cluster sampling.

Beberapa halnya dengan pembagian populasi menurut strata, maka pengelompokkan secara cluster menghasilkan unit elementer yang heterogen seperti halnya populasi sendiri. Pada pengelompokkan secara strata, maka tiap kelompok diinginkan mempunyai suatu homogenitas.

Menurut Moh. Nazir, teknik cluster sampling digunakan jika catatn lengkap tentang unit elementer dalam populasi tidak diperoleh. Umpamanya, seorang peneliti ingin mengetahui rata-rata luas sawah per usaha tani di Aceh. Tentu saja sukar memperoleh data tentang nama-nama petani serta luas sawah yang dipunyainya di Banda Aceh, kecuali dengan melakukan sensus. Tetapi sudah terang, sensus, akan memakan lebih banyak biaya. Karena itu peneliti dapat menggunakan cluster sampling untuk keperluan di atas.

Ada dua kelebihan dari cluster sampling, yaitu:
a. Tidak diperlukan frame yang berisi list dari unit elementer, tetapi cukup dengan list dari cluster saja
b. Andaikatapun ada frame yang terdiri dari list unit elementer cluster sampling jauh lebih murah dibandingkan dengan stratified atau random sampel sederhana.

Tetapi, derajat efisiensi ditinjau dari segi peluang membuat eror, akan lebih banyak pada cluster sampling dibandingkan stratified random sampling. dalam cluster sampling, unit elementer yang terpilih adakalanya berdekatan sehingga informasi yang diberikan tidak cukup rpresentatif dibandingkan dengan informasi dari unit elementer yang cukup berpencar pada stratified sampling.

Seperti diterangkan di atas, dalam cluster sampling tidak diperlukan list dari unit elementer untuk frame tetapi cukup dari list cluster saja. Misalnya dalam penelitian untuk mencari rata-rata produksi per usaha tani di Banda Aceh, yang diperlukan hanya list dari kabupaten, kecamatan, serta desa di Aceh saja, yang akan digunakan sebagai frame. Aceh dibagi atas kabupaten yang merupakan cluster stage 1, kemudian tiap kabupaten dibagi atas kecamatan (stage 2) dan seterusnya. Kelompok yang dibentuk pada tingkat pertama dari populasi dinamakan primary sampling unit disingkatkan psu.

4. Stratified cluster sample
Sampel ditarik dengan teknik kombinasi antara stratified sampling dan cluster sampling.

Keuntungan dan Kelemahan Masing-masing Cara Pengambilan Sampel
1. Pengambilan contaoh secara acak (simple random sampling)
Keuntungan: teorinya mudah dimengerti.
Kelemahan:
a. Apabila variasi dalam populasi bersifat tidak teatur, maka mungkin terpilih kelompok-kelompok sampel yang justru tidak mewakili atau menggambarkan populasi.
b. Dalam memilih sampel dengan member nomor pada masing-masing unsure populasi akan cukup membosankan.
c. Dengan simple random sampling, mungkin terjadi bahwa survey harus dilaksanakan di wilayah yang sangat luas dan tersebar. Jadi kurang mengarah.

2. Pengambilan contoh dengan strata (stratified random sampling)
Keuntungan:
a. Lebih efisien daripada cara simple random sampling, Karena lebih terarah.
b. Data atau informasi yang dikumpulkan dapat lebih mendalam dan menyeluruh mengenai masing-masing strata.
c. Lebih mudah dikendalikan, karena administrasinya mudah dan jelas.

Kelemahan:
a. Perlu informasi tentang strata populasi yang bersangkutan.
b. Harus ada kerangka pengambilan contoh untuk masing-masing strata, misalnya mengenai jumlah unsure dalam masing-masing strata.

3. Pengambilan contoh bertahap (multistage sampling)
Keuntungan:
a. Pengambilan contoh dapat diatur dengan mudah dan murah
b. Semua lapisan populasi dapat tercakup dalam sampel

Kelemahan: bila populasi tidak teridri dari unsure-unsur yang tersebar secara acak (random), maka ada kemungkinan diperoleh sampel yang selalu mirip atau sejenis, sehingga kurang menggambarkan populasinya.

4. Pengambilan contoh dengan cluster (cluster sampling)
Keuntungan:
a. Kita tidak perlu menyusun unsure-unsur dalam populasi dalam suatu daftar urut, tetapi cukup dengan daftar dari cluster saja.
b. Biaya penelitian akan lebih murah karena unsure/sampel tidak terpencar-pencar.

Kelemahan: tidak efisien bila disbanding dengan cara simple random dan stratified sampling karena seringkali sampel yang saling berdekatan memiliki sifat-sifat mirip. Hal ini kurang menggambarkan populasi yang sebenarnya.

5. Pengambilan contoh bertahap (multistage sampling)
Keuntungan:
a. Lebih efisien dan fleksibel daripada pengmabilan contoh scara langsung (single stage sampling).
b. Pelaksanaannya mudah karena akan memperkecil jumlah sampel dan menghemat biaya.

Kelemahan: tampak agak sulit dalam teori karena agak kompleks.

Dari uraian di atas kita melihat bahwa setiap cara memiliki keuntungan dan kelemahan sehingga cara mana yang paling tepat untuk dipakai akan ditentukan oleh macam populasi unsur-unsur dalam populasi, serta tidak ketinggalan pula tenaga, waktu, dan dana dari penelitian yang bersangkutan.

Perbedaan antara Simple Random Sampling, Stratified Random Sampling dan Cluster Random Sampling

ITEM SIMPLE RANDOM SAMPLING STRATIFIED RANDOM SAMPLING CLUSTER RANDOM SAMPLING
Bila digunakan 1. Jika populasi tidak terlalu menyebar menurut area
2. Jika populasi kurang lebih homogeny dalam sifat yang ingin diukur 1. Jika populasi dari sifat yang ingin diteliti sangat mengelompok di satu tempat dan sporadic di tempat yang lain
2. Jika estimate yang cukup tepat diinginkan untuk bagian tertentu dari populasi 1. Biaya penelitian terbatas
2. Jika populasi dapat dikelompokkan menurut cluster-cluster
Kebaikan 1. Mean sampel merupakan estimate tidak bias dari mean populasi
2. Metode estimasi mudah dan sederhana 1. Adanya stratifikasi dapat menambah presisi estimate
2. Sangat memudahkan secara administrasi 1. List populasi tidak diperlukan
2. Biaya untuk membuat list sudah berkurang
3. Biaya transport lebih murah
Keburukan 1. Sampel yang terpilih dapat menyebar sehingga meninggikan biaya transport
2. Frame populasi atau list diperlukan
3. Sampel yang terpilih bisa tidak tipikal populasi 1. List dari populasi dari tiap stratum diperlukan
2. Biaya transport tinggi apalagi jika daerah cukup luas 1. Biaya untuk analisa dan mengerjakan lebih besar
2. Prosedur dalam mengadakan estimasi sukar


Beberapa contoh non probability sampling
• Accidental sampling
Sampling dimana cara memilih elemen-elemen untuk menjadi anggota sample ditentukan dengan subjektif sekali, artinya sesuka hati saja dan hasilnya kasar sekali sehingga kurang mewakili

• Quota sampling
Sampling seperti stratified random sampling akan tetapi jumlah elemen dari setiap stratum ditentukan terlebih dahulu (artinya setiap stratum diberi jatah atau Quota. Mungkin pemilihannya juga tidak random, sangat subjektif)

• Purposive sampling
Sampling dimana pengambilan elemen-elemen yang dimasukkan dalam sample dilakukan dengan sengaja, dengan catatan bahwa sample tersebut representative atau mewakili populasi. Sering juga disebut judgement sampling.

Kesulitan dalam penentuan sampel penelitian umumnya terkait dengan upaya pemenuhan kriteria sampel yang baik, yaitu memenuhi syarat akurasi dan dapat menghasilkan data yang validitas dan reliabilitasnya memadai (Friedrich,2003). Validitas data dapat dilihat dari ketaatan peneliti menggunakan prosedur untuk mengambil data (sampel), sedangkan reliabilitas data diindikasikan dengan tingkat keterwakilannya terhadap populasi penelitian (Neuman, 2000). Namun demikian sampel yang baik tidak mudah diperoleh mengingat masih banyaknya kendala seperti keterbatasan biaya dan waktu penelitian serta kesalahan-kesalahan penentuan sampel yang tidak disadari oleh peneliti (Losh,2000).

DALAM PENENTUAN SAMPEL
1. Sampling Frame
2. Sampling Size
3. Sampling Technique = Sampling Procedure

Kenapa kita melakukan teknik sampling:
1. Lebih murah
2. Lebih mudah
3. Lebih cepat
4. Dapat mewakili populasi

Teknik /prosedur sampling
1. Tentukan populasi
2. Tentukan prosedur sampling
3. Tentukan besar sampel

Langkah-langkah teknik sampling:
1. Tentukan populasi
2. Buat daftar subyek
3. Pilih sampel melalui prosedur yang sudah ditetapkan

Penetapan populasi
1. Relevansi sampel à populasi à masalah/tujuan penelitian
2. Relevansi teknik metodologis: apakah variabel dapat diukur pada sampel
3. Identifikasi unit analisis: subyek terkecil yang akan diamati
4. Tentukan batas-batas populasi
- aspek geografik
- aspek subyek

Penetapan prosedur sampling, perhatikan:
1. Relevansi populasi terhadap inti permasalahan penelitian
2. Representativitas sampel terhadap populasi
3. Obyektivitas, validitas, reliabilitas observasi/pengukuran
4. Relevansi data dengan jawaban yang dikehendaki

Representativitas:
1. Apakah ciri-ciri unit analisis identik dengan ciri-ciri populasi
2. Apakah perubahan-perubahan pada sampel identik dengan perubahan pada populasi

Representativitas tergantung pada:
1. Homogenitas populasi
2. Jumlah (besar) sampel
3. Banyaknya karakteristik subyek yang akan diteliti
4. Adekuitas tehnik pemilihan sampel

Jenis-jenis sampling design:
I.Probability Sampling
a. Acak sederhana (simple random sampling)

b. Rancangan acak berstrata
(Stratified random sampling)
- sederhana
- proporsional

c. Rancangan klaster (Cluster sampling)

Dalam praktek kita seringkali dihadapkan dengan kenyataan dimana kerangka sampel (cluster sampling frame) yang digunakan untuk dasar pemilihan sampel tidak tersedia atau tidak lengkap, dan biaya untuk membuat kerangka sampel tersebut terlalu tinggi. Untuk mengatasi hal tersebut, maka unit-unit analisa dalam populasi digolongkan ke dalam gugus-gugus yang disebut clusters, dan ini akan merupakan satuan-satuan darimana sampel akan diambil. Jumlah gugus yang diambil sebagai sampel secara acak. Kemudian untuk unsur-unsur penelitian dalam gugus tersebut diteliti semua.

Keuntungan dari metode ini ialah tidak diperlukan daftar kerangka sampling dengan unsur-unsurnya tetapi keburukannya ialah sangat sulit untuk menghitung standar kesalahan (standar error)

d. Rancangan bertingkat (Multistage sampling)
Dalam praktek sering kita jumpai populasi yang letaknya sangat tersebar secara geografis,sehingga sangat sulit untuk mendapatkan kerangka sampel dari semua unsure-unsur yang terdapat dalam populasi tersebut. Untuk mengatasi hal ini maka unit-unit analisa dikelompokkan kedalam gugus-gugus yang merupakan satuan-satuan dari sampel yang akan diambil. Pengambilan sampel dilakukan melalui tahap-tahap tertentu. Jadi satu populasi dapat dibagi-bagi dalam gugus tingkat pertama, kemudian gugus-gugus tingkat pertama ini dapat pula dibagi-bagi dalam gugus-gugus tingkat kedua dan selanjutnya.

II. Non-Probability sampling
a. Purposive
b. Kuota
c. Convenience

SIMPLE RANDOM SAMPLING
• Untuk sample homogen
• Untuk sample besar
Teknik:
1. Dengan bilangan random
2. Dengan tehnik komputer
3. Dengan undian
4. Sistematik – kurang baik

RUMUS BESAR SAMPLE
1.Penelitian survey/observational
a. Populasi diketahui
b. Populasi tidak diketahui
2. Penelitian eksperimental
a. N diketahui
b. N tidak diketahui
c. Uji klinis paralel à Pocock
d. Ujia klinis serial à Corlton
3. Uji Korelasi

MACAM PENYIMPANGAN DAN SEBABNYA
Besar penyimpangan yang dapat ditoleransi dalam sebuah penelitian, tergantung pada sifat penelitian itu sendiri. Ada penelitian yang dapat mentoleransikan penyimpangan yang besar; sebaliknya ada juga penelitian-penelitian yang menghendaki penyimpangan yang kecil, sebab penyimpangan yang besar dapat menimbulkan kesimpulan yang salah.

Dalam sebuah penelitian, ada kemungkinan timbul 2 macam penyimpangan, yaitu :
A. Penyimpangan karena Pemakaian Sampel (Sampling Error)
Seandainya tidak ada kesalahan pada pengamatan, satuan-satuan ukuran, definisim
pengolahan data dan sebagainya, maka perbedaan itu hanya disebabkan oleh pemakaian sampel. Mudah dimengerti bahwa semakin besar sampel yang diambil, semakin kecil pula terjadinya penyimpangan. Apabila sampel itu sudah sama besar dengan populasi, maka penyimpangan oleh pemakaian sampel akan hilang.

B. Penyimpangan Bukan oleh Pemakaian Sampel (Non Sampling Error)
Golongan penyimpangan ini ditimbulkan oleh berbagai hal, di antaranya adalah :
1) Penyimpangan karena kesalahan perencanaan
2) Penyimpangan karena penggantian sampel
3) Penyimpangan karena salah tafsir petugas
4) Penyimpangan karena salah tafsir responden
5) Penyimpangan karena responden sengaja salah menjawabnya
6) Penyimpangan karena kesalahan pengolahan data dan penerbitan